Dalam ranah kajian ilmu tasawuf, Salik merupakan sebutan bagi mereka yang ingin menggapai Sang Maha Sejati. Dalam perjalanannya, para Salik harus melalui tahapan-tahapan supaya mereka bisa benar-benar wushul (sampai) kepada Allah swt. Tanpa tahapan-tahapan tersebut mustahil rasanya seorang salik mampu menggapai Dzat yang ia tuju, Allah swt.
Menjadi seorang salik bukanlah perkara yang mudah. Seorang salik harus siap secara lahir dan batin dalam menjalankan laku syariat dan hakikat agar ia benar-benar mengenal diri sendiri sebelum akhirnya mampu mengenal Tuhan. Untuk mempermudah perjuangan para Salik ini, Imam al-Ghazali pun akhirnya menulis sebuah karya berjudul Raudhatut Thalibin wa 'Umdatus Salikin yang telah diterjemahkan oleh Penerbit Turos Pustaka dengan judul Kitab Para Pencari Kebenaran.
Dalam kata pengantar buku tersebut, Imam al-Ghazali menulis:
"Aku menulis risalah ini sebagai pegangan bagi para pencari kebenaran, dan membantu mereka dalam menempuh suluk, insya Allah."
Pada bagian-bagian awal, al-Ghazali menjelaskan istilah-istilah tasawuf yang sudah tidak asing di kalangan pengkaji sufisme, seperti makna suluk, wushul dan wishal, makrifat, mahabbah, qurb, dan sebagainya.
Tidak hanya itu, kitab ini juga membahas berbagai aspek lain, seperti kemuliaan ilmu, makna ketergelinciran lidah, larangan ghibah, arti akhlak mulia, dan lain-lainnya yang mengarahkan seseorang untuk menjadi pribadi yang lebih baik dalam menjalin hubungan dengan Allah swt. maupun kepada sesama manusia.
Dalam menerangkan bagian-bagian yang dicantumkan di dalam kitab, al-Ghazali memadukan pendapatnya dengan konsep-konsep yang bersumber dari al-Quran, Hadis, dan perkataan para ulama dan sufi terdahulu, seperti Abu yazid al-Busthami, al-Junaid, Sahl bin Abdullah at-Tustari, dan sebagainya.
Memang ada begitu banyak kajian yang al-Ghazali coba angkat di dalam kitab ini, tapi kesemua pembahasan itu mengerucut menjadi satu premis yang terangkum dalam salah satu ungkapan paling masyhur dalam ruang lingkup kajian tasawuf, 'barang siapa mengenal dirinya, maka akan mengenal Tuhannya'.
Premis di atas membukakan jalan bagi kita untuk memahami makna tasawuf menurut Imam al-Ghazali. Di bagian ketiga pada bab Makna Suluk dan Tasawuf, al-Ghazali menulis: "Tasawuf berarti mencampakkan nafsu dalam ibadah dan menggantungkan hati dengan hal-hal Ilahiah."
Di sini kita bisa sedikit memahami mengapa al-ghazali mengatakan bahwa tasawuf itu mengandung tiga hal, yakni ilmu, amal, dan pemberian. Ilmu bermanfaat untuk menyingkap tujuan, amal berguna untuk membantu mencapai tujuan, sedangkan pemberian sebagai capaian puncak pengharapan seorang Salik.
Ketiga kandungan tersebut berdiri pada tingkatan yang berbeda-beda. Tingkatan ilmu adalah tingkatan murid, tingkatan amal adalah tingkatan menengah, dan tingkatan pemberian adalah tingkatan wushul.
Tidak hanya sampai di situ, ternyata al-Ghazali juga memposisikan ketiga tingkatan tersebut pada maqam (kedudukan) yang berbeda pula. Semakin tinggi maqamnya, semakin sulit juga ujian dan jenis kenikmatan yang didapatnya. Berikut ketiga Maqam para pengikut tasawuf itu menurut al-Ghazali:
Maqam Mujahadah dan Mukabadah
Maqam ini adalah maqamnya murid. Pada maqam ini, seorang murid harus senantiasa siap dalam mencicipi kepahitan dan melawan kesenangan, serta hal-hal yang membangkitkan hawa nafsu.
Di sinilah letak keseriusan seorang salik diuji, apakah ia benar-benar memiliki tekad yang kuat atau hanya sekadar keinginan sesaat yang kebetulan menghampirinya.
Maqam Golongan Menengah
Pada tahap ini seorang salik sudah menemukan murad (yang dikehendaki). Namun, ia belum benar-benar menggapainya. Ia dituntut berpegang pada adab yang baik, memelihara kejujuran, dan kerap berpindah-pindah dari satu hal (keadaan) ke hal lain.
Maqam Tamkin
Mereka yang telah wushul kepada Allah masuk dalam golongan ini. Mereka berada pada posisi yang kokoh (tamkin); tidak berubah oleh berbagai kesulitan, dan tidak terpengaruh dengan beragam keadaan.
Mereka yang termasuk dalam golongan puncak ini senantiasa merasa bahwa lahirnya bersama makhluk, sementara batinnya bersama Allah swt. al-Ghazali menggambarkan keadaan mereka sebagai berikut: "Sekiranya seseorang dari tingkatan puncak ini berdiri di atas dataran bumi tertinggi, lalu tertiup angin kencang, ia tetap bergeming seujung rambut pun."
Pada akhirnya, kitab karya al-Ghazali ini berusaha merangkum nasihat-nasihat dan hal-hal yang berkaitan dengan pendakian seorang hamba dalam lakunya untuk menggapai Allah swt. yang pada puncaknya nanti mampu berdiri di hadapan Sang Maha Sejati dengan hati yang khusyuk.
Informasi Buku
Judul Asli     : Raudhatut Thalibin wa 'Umdatus Salikin
Judul Buku    : Kitab Para Pencari Kebenaran
Pengarang    : Imam al-Ghazali
Penerjemah  : Kaserun AS. Rahman
Genre        : Tasawuf
Editor        : Khoirul Imam, Agus Khudlori, Erik Erfinanto
Halaman    : 324 halaman
Ukuran      : 15x23 cm
Cover       : Soft Cover
ISBN Â Â Â Â Â Â Â : 978-623-7327-21-9
Penerbit    : Turos Pustaka
Cetakan    : Pertama, September 2019
Harga      : Rp75.000,-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H