Tidak hanya sampai di situ, ternyata al-Ghazali juga memposisikan ketiga tingkatan tersebut pada maqam (kedudukan) yang berbeda pula. Semakin tinggi maqamnya, semakin sulit juga ujian dan jenis kenikmatan yang didapatnya. Berikut ketiga Maqam para pengikut tasawuf itu menurut al-Ghazali:
Maqam Mujahadah dan Mukabadah
Maqam ini adalah maqamnya murid. Pada maqam ini, seorang murid harus senantiasa siap dalam mencicipi kepahitan dan melawan kesenangan, serta hal-hal yang membangkitkan hawa nafsu.
Di sinilah letak keseriusan seorang salik diuji, apakah ia benar-benar memiliki tekad yang kuat atau hanya sekadar keinginan sesaat yang kebetulan menghampirinya.
Maqam Golongan Menengah
Pada tahap ini seorang salik sudah menemukan murad (yang dikehendaki). Namun, ia belum benar-benar menggapainya. Ia dituntut berpegang pada adab yang baik, memelihara kejujuran, dan kerap berpindah-pindah dari satu hal (keadaan) ke hal lain.
Maqam Tamkin
Mereka yang telah wushul kepada Allah masuk dalam golongan ini. Mereka berada pada posisi yang kokoh (tamkin); tidak berubah oleh berbagai kesulitan, dan tidak terpengaruh dengan beragam keadaan.
Mereka yang termasuk dalam golongan puncak ini senantiasa merasa bahwa lahirnya bersama makhluk, sementara batinnya bersama Allah swt. al-Ghazali menggambarkan keadaan mereka sebagai berikut: "Sekiranya seseorang dari tingkatan puncak ini berdiri di atas dataran bumi tertinggi, lalu tertiup angin kencang, ia tetap bergeming seujung rambut pun."
Pada akhirnya, kitab karya al-Ghazali ini berusaha merangkum nasihat-nasihat dan hal-hal yang berkaitan dengan pendakian seorang hamba dalam lakunya untuk menggapai Allah swt. yang pada puncaknya nanti mampu berdiri di hadapan Sang Maha Sejati dengan hati yang khusyuk.
Informasi Buku