Di level atas, pemerintah pusat dan daerah selayaknya mengalokasikan anggaran yang cukup untuk langkah-langkah promosi dan pencegahan penyakit. Menggencarkan iklan-iklan layanan masyarakat yang kreatif dan mudah diingat, dan mesti dilakukan secara konsisten dan kontinyu. Regulasi dan pengawasan yang jelas juga harus dibuat.
Kita bersyukur bahwa ada dukungan dan komitmen Menkes kita Nila Djuwita F. Moeloek, untuk mengutamakan pelayanan promotif dan preventif. Ini tercetus dalam pidatonya di beberapa kali kesempatan. Nampak pula dari meningkatnya anggaran APBN program kesehatan di bidang preventif sebesar hampir 100% di tahun 2015 lalu. Namun sekali lagi, dana lebih besar pun tidak akan berguna efektif bila pelaksanaan dan tenaga pelaksananya tidak berpikir konsep "mencegah lebih baik daripada mengobati".
Di tingkat institusi-institusi penyedia layanan kesehatan (rumah sakit, puskesmas, klinik, apotek, laboratorium, sarana rehabilitasi, dll), secara rutin harus memprogramkan kegiatan preventif dalam kuantitas dan kualitas yang baik, bahkan bila perlu menjadikannya sebagai program unggulan.
Para tenaga kesehatan sebaiknya dengan penuh kesadaran berkomitmen secara rutin sosialisasi dan penyuluhan ke warga di sekitar, baik secara lisan maupun tertulis. Mulai dari dokter hingga tenaga paramedis lainnya, seharusnya aktif memberi edukasi dan konseling ke setiap pasien yang ditangani. Aktif menyuluh di kesempatan apapun kepada masyarakat luas, bahkan menulis rubrik / artikel / brosur-brosur tentang kesehatan yang membuka wawasan pikiran.
Dalam bidang pendidikan, sejak dini anak-anak harus diperkenalkan konsep preventif, baik di keluarga maupun sekolah formal / non-formal. Menerapkan kebiasaan dan perilaku sehat harus sudah ditanamkan sejak anak dapat mengerti dan bisa diajar. Sebab bagaimanapun membentuk nilai, konsep, kebiasaan, serta perilaku, akan selalu lebih mudah ketika mereka masih anak-anak / remaja.Â
Sebagai contoh praktis, langkah preventif yang bisa dilakukan dan secara dini diajarkan pada anak adalah tentang kebersihan pribadi & lingkungan, makan makanan sehat, juga kebiasaan-kebiasaan sehat seperti membuang sampah pada tempatnya.
Contoh upaya preventif lainnya, menghindari rokok karena keniscayaan dampak buruknya. Tidak membuang ludah, bersin, atau batuk sembarangan, yang dapat menjauhkan berbagai penyakit menular. Mengurangi konsumsi makanan junkfood yang akan menghindarkan dari penyakit-penyakit metabolik / kronik degeneratif. Memberi balita gizi yang cukup sebagai modal perkembangan tubuh dan kecerdasan otak mereka.
Coba bayangkan, betapa banyaknya keuntungan yang bisa dipetik bila program pencegahan penyakit ini berhasil. Anggaran bidang kesehatan yang sebagian besar habis untuk pengobatan bisa sangat dipangkas, dialihkan ke sektor-sektor utama lainnya.Â
Kualitas SDM akan meningkat karena derajat kesehatan meningkat. Usia harapan hidup pun turut naik. Akan dihasilkannya generasi bangsa yang sehat, cerdas, aktif, dan produktif, yang berdampak pada kemajuan pembangunan di berbagai sektor. Secara keseluruhan, kualitas sumber daya kita akan naik sejalan dengan majunya sebuah bangsa.
Tidak rumit, bila kita lakukan dengan kesadaran dan kerelaan hati, toh keuntungan dari semua upaya itu akan kita petik. Dengan langkah-langkah preventif, angka kesakitan, kecacatan, dan kematian akibat penyakit yang bisa dicegah akan berkurang. Sumber daya manusia Indonesia menjadi berkualitas, secara kognitif maupun karakter, dan pada akhirnya pembangunan di negara kita jauh lebih meningkat karena aset SDM-nya yang baik.
Sekali lagi, gugahlah kesadaran, celikkan mata, lihatlah bahwa upaya pencegahan bukan sekedar perlu, tetapi penting, bahkan mendesak. Bila kita berpikir sama, maka pasti langkah baik ini tidak lagi dipandang sebelah mata, dianggap rumit, atau kurang menarik.Â