Selasar sore tak pernah berkhianat
Seperti rasa yang selalu pulang pada sosok yang tepat
Membenamkan diri dalam cinta paling emas, lembut tapi ganas
Itu kau, cintamu juga
Aku tak hendak sebut siapa aku, sebab di hadapanmu tentulah diri  ini tiada
Banding yang berat, tak akan sama sepadan
Meski sama kita perempuan
Â
Mohon jangan minta aku bungkam mulut, sebab terlalu banyak meracau cinta
Mengigau sengau dan kau mulai hafal
Tapi dia tidak, aku tau
Aku harus mengulangnya, lagi hingga lagi
Dan aku bukan apa-apa dibanding cemburumu yang tiada
Hanya sebiji benih yang menyentuh atap langit dengan do’a
Dan aku bukan apa-apa dibanding abdimu yang paripurna
Hanya sekelebat waktu yang lindap cepat, nyaris tanpa jejak
Â
Kita akan berbagi sepanjang usia menggantung di tetiang hari?
Benarkah?
Kau pasti bercanda
Berbagi satu lelaki? Itu berat, wanita!
Itu berat
Sebab kepalamu akan pening pada belaiannya di rambutku
Tubuhmu akan menggigil pada peluk tak terlepas lengannya di tubuhku
Juga deru kasih yang tak pernah lagi dapat kau hentikan menujuku
Kau masih yakin?
Â
Baiklah, kau wanita tersulit dimengerti oleh pikiran..
Hidup telah membelahmu jadi beberapa bagian
Dan aku satu diantaranya
Kau relakan, kau ikhlaskan
Tanpa syarat atau mahar berat
Dan kita berbagi lelaki sepanjang usia
Dia lelakimu, lelakiku
Dia suwargamu, muasalku
Â
June 7th, 1437 H Â
*Ramadhan ke sembilan tak lagi sempat menikmati sahur-buka perdana di rumah. Sehat selalu, sepasang kekasih abadi di sana.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H