Mohon tunggu...
Ariyani Na
Ariyani Na Mohon Tunggu... Wiraswasta - ibu rumah tangga

Hidup tidak selalu harus sesuai dengan yang kita inginkan ... Follow me on twitter : @Ariyani12

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Bukan Hanya Baduy, di Lebak Ada Museum dan Kuliner Legendaris

22 Juni 2018   17:29 Diperbarui: 23 Juni 2018   08:55 3040
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana area Museum dan Perpustakaan (dokumentasi pribadi)

Sebelum menjadi provinsi sendiri, Banten masuk ke dalam wilayah Provinsi Jawa Barat, sehingga tidak heran bila kita menemukan banyak kemiripan budaya dengan di Jawa Barat, terutama di daerah Lebak dan Pandeglang. 

Selain memiliki kemiripan budaya dengan Jawa Barat, wilayah lain di Provinsi Banten, yakni Kota Tangerang, yang letaknya berdekatan dengan DKI Jakarta, cenderung memiliki kemiripan budaya dengan budaya Betawi. Sehingga dapat disimpulkan Provinsi Banten menjadi provinsi yang kaya akan budaya, aneka ragam adat istiadat, aneka ragam kuliner, dan memiliiki logat bahasa yang beragam.

Lahir dan besar di Lebak, kemudian berkarir dan menua di Tangerang, maka saya akan bercerita terlebih dahulu mengenai tanah kelahiran saya, tepatnya Rangkasbitung, Kabupaten Lebak.

Pemukiman Suku Baduy (dokumentasi Yuskal)
Pemukiman Suku Baduy (dokumentasi Yuskal)
Yang terkenal dari Kabupaten Lebak tentu keberadaan suku Baduy, yang kini menjadi lokasi wisata budaya nasional karena bertahan menjaga tradisi, adat dan gaya hidup di tengah modernisasi kehidupan yang berkembang saat ini. 

Kunjungan wisatawan dimanfaatkan suku Baduy untuk menjual hasil kerajinan yang dahulu hanya digunakan untuk keperluan sendiri seperti tas yang dibuat dari kulit kayu Pohon Teureup yang disebut tas Koja, dan batik baduy yang biasa digunakan sebagai ikat kepala yang menjadi identitas suku Baduy luar.

Tas Koja dan Batik Baduy (Dokumentasi Pribadi)
Tas Koja dan Batik Baduy (Dokumentasi Pribadi)
Setiap tahun Suku Baduy merayakan seba Baduy, yaitu tradisi peninggalan leluhur yang digelar setelah selesai musim panen ladang huma. Mereka membawa hasil ladang dengan berjalan kaki dari pedalaman Baduy menuju pusat pemerintahan, Kabupaten Lebak hingga kantor Gubernur Serang.

Alun-alun Rangkasbitung dan Museum Multatuli 

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Saat perayaan Seba Baduy, lokasi yang ramai dipenuhi warga Baduy adalah alun-alun Rangkasbitung, karena di sana terletak kantor dan pendopo pemerintahan Kabupaten Lebak.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Selain pusat pemerintahaan daerah kabupaten, di alun-alun juga terdapat Museum Multatuli yang terintegrasi dengan gedung dinas kearsipan dan perpustakaan Saidja-Adinda yang belum lama dibangun dan diresmikan.

Suasana area Museum dan Perpustakaan (dokumentasi pribadi)
Suasana area Museum dan Perpustakaan (dokumentasi pribadi)
Karena baru dibangun, keberadaan museum ini belum banyak diketahui oleh warga Kabupaten Lebak, sebagian besar yang mengetahui adalah anak-anak muda atau keluarga yang menghabiskan akhir pekan di alun-alun baik malam minggu ataupun minggu pagi saat CFD (Car Free Day).

Suasana Malam di alun-alun Rangkasbitung (dokumentasi pribadi)
Suasana Malam di alun-alun Rangkasbitung (dokumentasi pribadi)
Kuliner Legendaris di Rangkasbitung

Meskipun tampak lebih semerawut karena bertambah banyaknya kendaraan serta banyaknya pedagang kaki lima, Kabupaten Lebak sudah banyak berkembang dibandingkan saat saya tinggalkan 20 tahun lalu. 

Di sana sudah ada pusat belanja modern, yang diimbangi dengan berkembangnya toko-toko gadget dan elektonik, minimarket, apotik dan rumah sakit serta munculnya jenis kuliner yang biasa kita temukan di kota-kota besar, seperti fried chicken, donuts dan sebagainya.

Meskipun banyak kuliner baru, kuliner idola saat saya masih imut-imut tetap bertahan sampai saat ini, seperti mpek-mpek bumbu kacang "Mang Ade", yang saat saya kecil menjadi jajanan favorit. Karena jangkauannya anak SD, maka mpek-mpeknya hanya terbuat dari sagu, dipotong-potong setelah digoreng, ditusuk dengan tusukan sate kemudian diberi bumbu kacang. Selain bumbu kacang ada juga bumbu cuka, bila mau.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Selain mpek-mpek, ada juga nasi uduk legendaris, yaitu Nasi Uduk Iming, yang selalu menjadi tujuan kuliner saat mudik. Bukan hanya nasi uduknya, namun jenis lauk yang dijual sebagai teman makan nasi uduk, selain tempe, perkedel, telur, daging empal, ada juga martabak dan hebring (penasaran dengan hebring, silahkan berkunjung ke Rangkasbitung). Sebagai catatan, nasi uduk ini hanye berjualan sore hingga malam hari.

Kuliner yang bertahan lainnya adalah Es Campur Muin dan Mie Ayam Uun, yang berkembang hingga memiliki beberapa cabang di sekitaran kota Rangkasbitung. Satu lagi yang wajib dikunjungi adalah rumah makan Ramayana, yang terkenal dengan nasi rames, sate dan sotonya.

Oleh-oleh Lebak

Untuk oleh-oleh Lebak, saya pernah menulis lengkap di Kompasiana dengan judul "Mengenal Oleh-oleh dari Lebak, Banten." Silahkan menuju link yang saya cantumkan. 

Kerukunan Beragama

Meskipun mayoritas penduduk di Kabupaten Lebak adalah umat muslim, namun di sana terdapat 4 gereja (3 Gereja Protestan, 1 Gereja Katolik) dan 1 Vihara yang sudah lama berdiri, dan tetap rutin menjalankan ibadah setiap minggu. 

Semoga kerukunan umat beragama yang tetap terjaga disana akan terus terjaga sehingga masyarakat Kabupaten Lebak hidup damai dan sejahtera.

P dan F yang Tertukar, Bahasa Sunda dan Liwetan (Ngagonjleng)

Bahasa yang digunakan di Lebak adalah Bahasa Sunda, namun berbeda dengan di daerah Jawa Barat, bahasa Sunda yang digunakan di sana lebih "kasar", dan lucunya, sampai saat ini masih ada teman saya yang kadang tertukar saat harus menulis kata yang menggunakan huruf F dan P.

Liwetan di Kebun (dokumentasi pribadi)
Liwetan di Kebun (dokumentasi pribadi)
Liwetan atau ngagonjeleng yang sekarang menjadi tren kuliner masyarakat kota besar merupakan gaya makan bersama masyarakat desa di Kabupaten Lebak saat berkumpul dengan teman atau kerabat. 

Nasi berbumbu dengan sayur dan lauk pauk sederhana tidak ditata rapi seperti yang kita lihat di media sosial, tetapi hanya disebar merata sebanyak anggota yang ikut duduk makan. Lauk pauk dan sayuran juga biasanya hanya diambil dari kebun dan hasil ternak sendiri, karena yang terpenting dari kegiatan ini adalah kebersamaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun