Mohon tunggu...
Ariyani Na
Ariyani Na Mohon Tunggu... Wiraswasta - ibu rumah tangga

Hidup tidak selalu harus sesuai dengan yang kita inginkan ... Follow me on twitter : @Ariyani12

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Kunci Sukses Rumah Makan "Aroma Cempaka" di Jambi

19 Oktober 2017   09:59 Diperbarui: 19 Oktober 2017   14:12 5774
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
bagian dalam rumah makan - dokumen pribadi

Tidak ada kata "Padang" atau "Minang" pada sebuah rumah makan yang menyajikan hidangan masakan padang di kota Jambi ini, yang tertera disana hanya tulisan "Rumah Makan Aroma Cempaka". Saat kami tiba, tempat parkir mobil sudah terisi penuh dan di teras depan rumah makan terlihat antrean panjang pembeli yang hendak membeli nasi padang untuk dibungkus dan dibawa pulang.

tidak ada kata
tidak ada kata
Ruangan yang terkesan mewah dikombinasikan dengan meja dan kursi yang terbuat dari anyaman bambu, serta karyawan wanita yang berpakaian dan berdandan ala pramugari di bagian kasir memberi nilai lebih pada rumah makan ini.

Hampir seluruh meja terisi penuh, hanya terlihat beberapa meja kosong yang baru saja ditinggalkan pengunjung dan belum dibersihkan, kami berjalan menuju salah satu meja tersebut dan menunggu karyawan rumah makan tersebut membersihkannya.

Seperti di rumah makan padang pada umumnya, di meja kami disajikan beberapa hidangan yang bebas kami pilih dan dibayar setelah kami santap. Yang berbeda adalah nasi tidak disediakan di piring, namun disajikan dibakul sehingga bisa mengambil secukupnya, selain itu ayam goreng dan udang goreng disajikan dalam kondisi panas (baru digoreng) dan inilah yang menjadi keunggulan rumah aroma cempaka ini.

Saat hendak meminta ayam goreng tambahan, kami dihampiri oleh seorang laki-laki muda berpakaian rapi yang awalnya kami kira seorang pengunjung namun ternyata salah satu anak dari pemilik rumah makan yang diberi tanggungjawab untuk menjalankan bisnis rumah makan aroma cempaka ini.

Karena sikapnya yang ramah, dan tidak sungkan berinteraksi dengan pengunjungnya, pria berusia 35 tahun yang mengaku bernama Ali ini berhasil kami ajak berbincang seputar bisnis rumah makannya ini. Dari perbincangan kami ada hal-hal menarik yang dapat kita simpulkan sebagai "kunci sukses" usaha rumah makan yang sudah memiliki beberapa cabang di kota Jambi ini.

Sukses rumah makan berada di dapur

Usaha rumah makan ini awalnya dirintis oleh Ibu Jabudah (72 tahun), Ibunda dari Ali pada tahun 1987, dengan membuka kedai makan berukuran 4 x 10 meter tanpa karyawan, hanya dibantu oleh anak-anaknya.

Sejak awal dirintis hingga saat ini, Ibu Jabudah yang berasal dari Padang tetap berperan menjadi juru masak, sehingga makanan yang disajikan terjaga kualitas dan rasanya.

Karena rasa menjadi kunci utama, maka Ibu Jabudah melatih anak-anaknya termasuk Ali untuk mengenal rasa dan aroma, dari mulai rasa garam hingga bumbu-bumbu dapur yang menjadi bahan untuk membuat masakan. Latihan yang diberikan membuatnya bisa menggantikan ibunda menjadi juru masak bila ibu sedang berhalangan.

"Masakan minang tidak mengenal gula dan kami menjaga keaslian itu meskipun tidak mencantumkan kata padang atau minang pada nama rumah makan kami." demikian penjelasan Ali saat saya tanya mengapa tidak menggunakan kata padang atau minang pada nama rumah makannya.

Sajian di meja - dokumen pribadi
Sajian di meja - dokumen pribadi
Dengan tetap memegang rahasia dapur di keluarga sendiri, dan juru masak tetap dari keluarga sendiri, maka tidak perlu ada kekhawatiran bisnis akan terganggu bila karyawan berhenti, karena mereka akan dapat merekrut karyawan baru untuk menggantikannya.

Ayam goreng dan udang goreng yang disajikan panas juga untuk menjadi ciri khas agar orang dapat membedakan rumah makannnya dengan rumah makan padang lainnya. Tidak ada strategi marketing khusus, promosi hanya mulut ke mulut.

Pemilik harus ikut mengawasi 

Hal menarik lain yang dibagikan Ali saat saya tanya mengapa ikut terjun langsung mengawasi kegiatan di rumah makan, bukankah lebih enak duduk mengawasi di kursi kasir dan tidak perlu repot berkeliling.

"Saat seorang sedang menikmati makanan, semestinya kepala akan tertunduk dan fokus menghadap sajian yang ada di piring, namun ketika seorang mengangkat kepala, kemudian pandangannya beralih mencari sesuatu, pasti ada sesuatu yang dibutuhkan. Hal-hal inilah yang terkadang tidak dapat direspon cepat oleh karyawan, sehingga saya perlu membantu dan menghampiri untuk melayani kebutuhan tamu tersebut." Demikian penjelasannya.

Selain itu, keikutsertaannya mengawasi kegiatan rumah makan setiap hari juga untuk memastikan bahwa pelayanan yang diberikan kepada tamu berjalan dengan baik, sehingga omset penjualan per hari tidak akan berkurang karena ia akan berkoordinasi dengan bagian dapur dan memastikan permintaan pelanggan akan terpenuhi selagi makanan yang diminta tersedia.

Motivasi bekerja dan mencari uang

Rumah makan yang terletak di Jalan Cempaka Putih ini buka setiap hari, namun akan libur selama 45 hari saat bulan Ramadhan dan Idul Fitri. Ali dan keluarga akan menggunakan libur tersebut untuk refreshing, kumpul dan berlibur bersama keluarga. "Kita akan merasa lelah bekerja bila kita tidak mengetahui untuk apa kita mencari uang dan tidak menikmatinya." cetusnya.

Selain bisnis rumah makan, keluarga Ali juga memiliki bisnis transportasi, yaitu taksi di kota Jambi.

Untuk sampai pada titik sukses menjalankan "Rumah Makan Aroma Cempaka" ini tentu bukan hal yang mudah, karena 30 tahun bukan waktu yang sebentar untuk Ibu Jabudah dan anak-anaknya bekerja keras berjalan meraih titik tersebut.

Bersama Ali, Pemilik Rumah Makan aroma cempaka
Bersama Ali, Pemilik Rumah Makan aroma cempaka

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun