Orang yang merasa dirinya pintar, cenderung menjadi sombong karena menganggap dirinya lebih tahu banyak hal dibanding orang lain, dan tidak mau menerima pendapat orang lain, akibatnya akan memicu konflik dengan orang lain karena orang yang merasa pintar belum tentu pintar, dan gagasan yang disampaikan pun belum tentu benar.
Orang yang merasa miskin, merasa bodoh, merasa jelek, merasa hina cenderung akan menjauhkan diri dari komunitas atau teman-temannya karena beranggapan bahwa teman-temannya tidak mau menerima atau terpaksa menerima kehadirannya, padahal pada kenyataannya belum tentu apa teman-temannya seperti itu.
Berpikir Postif
Karena ‘merasa’ berkaitan erat dengan pikiran maka yang perlu dikendalikan terlebih dahulu tentu pikiran. Pikiran yang positif tentu akan menghasilkan keluaran positif di dalam hati  dan tentu akan menghasilkan tindakan yang positif pula.
Contohnya pada kasus sang gadis yang mencurigai kekasihnya tersebut diatas, bila ia berpikir positif bahwa perubahan sikap sang kekasih bukan karena ada yang lain dan mau bertanya tentu sang kekasih juga tidak akan merasa dicurigai dan tetap nyaman menjalin hubungan.
Tidak Selalu Perlu Me pada Rasa
Pada kasus tertentu, me pada rasa tentu diperlukan, contohnya merasa dicintai, merasa disayang, merasa diperhatikan, dan hal ini tentu pada harus pada hal-hal pada hal-hal yang positif, sehingga dengan merasa disayang dan dicintai terutama oleh orang yang dicintai dan disayangi, akan membuat kita bahagia dan tentu akan berdampak positif pada orang disekitar.
Tetapi, untuk hal-hal yang akan berdampak negatif pada diri sendiri dan orang lain, kita harus belajar untuk tidak merasa atau bila perlu membiarkan akhiran kan menemaninya terlebih dahulu baru dapat mengambil kesimpulan secara tepat dan mengambil tidakan yang tepat pula.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H