Sambil melakukan foto-foto, saya pun menanyakan kepada mereka pertanyaan tersebut. Jawabnya hampir sama, mereka belajar sendiri, melihat para turis yang melakukan foto-foto di Pantai Tanjung Aan.
Karena masih penasaran, pulang dari Pantai Tanjung Aan saya langsung bertanya kepada pemimpin perjalanan mengenai anak-anak ini.
Informasi yang saya terima, bahwa dulunya anak-anak ini hanya menjual gelang sambil meminta belas kasihan dari para turis yang datang, namun kemudian ada turis asing yang berkata kepada anak-anak ini bahwa untuk mendapatkan uang, mereka harus punya keterampilan yang bermanfaat sehingga pengunjung akan memberi mereka  uang atas hasil usaha bukan hasil meminta-minta. Turis asing tersebut akhirnya mengajari mereka memotret termasuk trik menghasilkan foto rekayasa,  dan sejak itu mereka memperhatikan turis-turis berfoto disana dan sesekali belajar dari pemandu perjalanan.
Anak-anak ini tidak ada yang mengorganisir sehingga semua berjalan secara alamiah, dan mereka tidak menentukan jumlah uang yang harus diberikan, meskipun ada beberapa anak yang ikut minta diberi lagi meskipun sudah diberi oleh pengunjung lain.
Dengan hasil foto yang bagus, tentu pengunjung akan memberi uang yang lebih besar daripada sekedar memberi karena belas kasihan, dan point pentingnya mereka anak-anak pintar yang seharusnya bisa dibimbing ke arah yang positif dan diperhatikan oleh pemerintah setempat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H