Setiap kali teman minta dibawakan oleh-oleh saat saya berada di kampung halaman, terus terang saya merasa bingung, oleh-oleh  khas apa yang berasal dari kampung saya, yaitu Lebak, Banten, karena saya merasa apa yang ada di kampung saya sudah banyak dijual di Jakarta dan sekitarnya. Karena merasa tidak enak bila tidak memenuhi permintaaan, dan kebetulan dekat rumah saya ada kios penjual oleh-oleh khas Lebak maka disanalah saya memilih oleh-oleh untuk dibawa. Â
Yang dijual di kios oleh-oleh tersebut umumnya makanan ringan, dan yang paling dominan djual adalah emping melinjo mentah, keceprek, dan emping jengkol. Selain itu hanya makanan ringan yang bukan lagi khas lebak.
Emping melinjo khas lebak lebih tebal dibanding dengan yang  saya temukan di tempat lain, ada yang lebar ada juga yang kecil-kecil. Masih jelas dalam ingatan, saat kecil keluarga kami suka membuat emping melinjo sendiri. Melinjo atau tangkil, yang sudah dipisahkan dari kulitnya, disangrai kemudian dipipihkan dengan menggunakan batu dan dijemur hingga kering.
Emping Jengkol
Sebelum ada kios oleh-oleh, agak sulit untuk mencari emping jengkol ini. Saya harus menyusuri pasar Rangkasbitung saat saya nitip untuk dibelikan emping jengkol ini.
Karena bau yang khas, tidak semua orang menyukainya, tetapi bagi penggemar jengkol, emping ini bisa menjadi camilan yang mengasikan, apalagi bila rasanya agak asin.
Awalnya hanya dua jenis makanan ini yang saya ingat sebagai oleh-oleh khas kampung halaman saya, Lebak, namun kemudian saya teringat masih ada oleh-oleh khas Lebak saat saya mengunjungi stand Kabupaten Lebak di PRJ 2016 yang baru lalu.
Gula Aren Batok khas Lebak.
Dari bentuknya gula aren khas lebak ini sudah berbeda dengan gula yang dijual di pasar swalayan atau kota besar. Strukturnya lebih padat, warnanya coklat tua dan tahan lama. Keunggulan gula aren khas Lebak ini  karena dibuat murni dari nira aren tanpa campuran.
Tas Baduy dan Batik Lebak
Tas Baduy atau Tas Koja ini merupakan kerajinan khas masyarakat suku Baduy, Lebak, terbuat dari kulit kayu yang dijemur kemudian dijadikan serabut. Selain digunakan untuk aktvitas sehari-hari, mereka juga menjualnya ke kota dan menukar hasil penjualan untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Â Saat kuliah, tas ini menjadi tas kebanggaan meskipun kerapkali kehilangan pensil atau pulpen karena lupa dimasukan kedalam kotak pensil *nyengir.
Ternyata Lebak memiliki motif batik sendiri, dan terus terang saya baru mengetahui saat di PRJ 2016 lalu. Ada beberapa motif, diantaranya Kahuripan Baduy yang menggambarkan kehidupan masyarakat Baduy, Seren Taun yang merupakan upacara adat sunda, Leuit Sajimat yang juga menggambarkan budaya masyarakat sunda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H