“Aku boleh pinjam henpon kakak? Tas dan henpon-ku tertinggal waktu aku lari dari mereka?” masih dengan gemetar gadis itu bersuara
“Boleh, ini pakai saja.” jawab Mey seraya menyerahkan ponselnya
Tidak lama kemudian tampaknya gadis ini berhasil menghubungi keluarganya, dan terdengar sambil menangis bercerita bahwa dia tertipu oleh teman yang berjanji mengajaknya kopdar dengan sebuah komunitas yang belum lama diikuti. Dia dibawa ke sebuah tempat yang disebut markas komunitas yang ternyata sebuah rumah kontrakan yang dihuni laki-laki pengangguran dan pemabuk.
Chika, sepertinya itu nama gadis yang masih terus menangis menelepon ibunya, sementara Mey bingung harus kemana membawa gadis ini.
“Kakak tolong antar aku ke kantor polisi sebrang mall WTC, nanti papa sama mama akan nyusul aku kesana.”
“Ok.” tanpa pertanyaan apa-apa Mey segera memutar arah menuju kantor polisi yang dimaksud.
Setibanya di kantor polisi, tampak orang tua Chika sudah menunggu di halaman. Melihat orang tuanya, Chika langsung keluar dari mobil dan berlari memeluk Ibunya. Rasa haru menyelimuti hati Mey menyaksikan pemandangan itu.
Mey keluar menghampiri Chika dan kedua orangtuanya, setelah berkenalan dan mendapatkan ucapan terima kasih Mey pamit sambil menyerahkan bacang milik om wisnu dan sebotol minuman untuk Chika.
“Ini bacang buatan mama kakak, makan ya, sepertinya kamu sangat lapar dan lelah.”
“Makasih Kak.” spontan Chika memeluk Mey dengan penuh rasa terima kasih.
Mey pamit sekali lagi untuk kembali pulang ke rumah.