Mohon tunggu...
Ariyani Na
Ariyani Na Mohon Tunggu... Wiraswasta - ibu rumah tangga

Hidup tidak selalu harus sesuai dengan yang kita inginkan ... Follow me on twitter : @Ariyani12

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Fiksi Kuliner] Bacang untuk Chika

6 Juni 2016   10:59 Diperbarui: 7 Juni 2016   11:20 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

--

Tidak banyak rumah yang dikunjungi Mey, hanya beberapa tetangga sekitar yang jaraknya masih dapat ditempuh dengan berjalan kaki dan terakhir rumah om wisnu, adik papa yang jaraknya cukup jauh.

Jalanan terlihat agak sepi, tidak ada tanda-tanda persiapan menyambut Peh Cun seperti biasanya. Sungai di bawah jembatan pun masih terlihat kosong, tidak ada perahu dan lampion yang menghiasi.

Selama perjalanan, kenangan melihat perayaan Peh Cun bersama papa mulai kembali menghiasi pikiran Mey dan baru terhenti saat Mey tersadar ada sosok yang tiba-tiba melintas cepat di depannya yang membuat Mey spontan  menginjak rem secara mendadak.

Keterkejutan Mey bertambah karena tiba-tiba sosok itu mengetuk kaca pintu mobil sebelah kiri. Mey memperhatikan sekeliling, jalanan sepi, perasaan was-was mulai menghantui dan membuat Mey ragu memutuskan, apakah akan membuka pintu kaca mobilnya atau tidak. Diperhatikannya sekali lagi wajah sosok itu, terlihat masih muda dan gemetar ketakutan.

"Sebentar ya, saya pinggirkan dulu mobilnya ." seru Mey setelah membuka sedikit kaca mobilnya.

Setelah berada di posisi aman, Mey memberanikan diri turun dan menghampiri sosok wanita itu.

"Tolong saya kak, tolong bawa saya segera pergi dari sini, saya takut orang-orang itu ngejar saya lagi." dengan suara gemetar wanita muda usia belasan ini memohon bantuan Mey.

Mey membuka pintu mobil, mengajaknya masuk, dan segera melajukan mobilnya meninggalkan tempat itu. 

Mey terdiam, sesekali melihat gadis di sebelahnya yang masih tampak gelisah dengan berkali-kali melihat arah belakang.

“Saya harus mengantarmu kemana, Dek?” Mey mulai membuka pertanyaan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun