"Mey, elo dimana? Mika kecelakaan, butuh donor darah, golongan darah elo sama khan sama Mika?"
"Mika kecelakaan? Butuh darah?" Mey mulai bingung dan gugup, perasaan sakit hati kembali menyelimuti Mey karena teringat pengkhianatan yang pernah dilakukan Mika setahun yang lalu.Â
"Donor darah? Haruskah aku menolong Mika? Kenapa harus aku?"Â Pertanyaan demi pertanyaan hadir mengisi pikiran Mey.
Mey diam sejenak untuk berpikir, kemudian berjalan berputar-putar sambil terus berpikir. Tidak lama kemudian, diambilnya ponsel yang tergelatak diatas tempat tidur, Â dan segera menghubungi Dea.
"Hallo De, Mika di rumah sakit mana?" kemudian diam mendengarkan jawaban Dea.
"Ok, gue ke sana sekarang." Lanjutnya dan segera berjalan keluar kamar menemui mama.
Setelah menceritakan maksud kepergiannya kepada mama, Mey segera mengendarai mobilnya menuju rumah sakit tempat Mika di rawat.
--
"Mika di ruang ICU, belum bisa dibesuk. Elo jadi donor Khan? Ayo ikut gue." dengan gaya paniknya, Dea membrondong Mey tanpa memberi kesempatan menjawab.Â
Tanpa mengucapkan apa-apa Mey melangkah mengikuti Dea dan melakukan apa yang diinstruksikan. Setelah semua selesai, mereka menuju cafetaria rumah sakit.
Sambil menikmati susu hangat dan bubur ayam, Mey mendengar cerita Dea mengenai penyebab kecelakaan dan bagaimana kehidupan Mika setelah putus dengan Mey.