“Oaalaaah tanggal 22 Desember ya, pantesan nci Lia jual onde.” Belum sempat Ranti menjawab Mey sudah menjawab pertanyaannya sendiri.
Mey mulai menekan tombol pada ponsel dan segera mengarahkan telepon ke telinga.
“Ma, mama kok gak bikin onde hari ini? Sekarang khan tanggal 22 Desember ma, hari onde.”
“Tahun ini mama gak bikin Mey, koko Jo baru pulang akhir bulan nanti, sejak gak ada papa, Cuma kamu sama mama yang makan, dan sekarang kamu juga sibuk banget, sayang kalau mama bikin gak dimakan.”
“oooh… Mey beli aja ya ma, nanti pulang kerja kita makan sama-sama” Mei segera menutup telepon dan segera memesan kue termasuk dua bungkus onde untuk dibawa pulang.
--
Tiba dikantor, dua bungkus onde yang akan dibawa pulang segera dimasukan dikulkas agar tidak basi, dan Mey kembali disibukan dengan pekerjaan rutinnya.
Setelah waktu senggang, Mey mulai membuka timeline fesbuk dari ponselnya, disana penuh foto teman-teman yang berpose bersama ibu disertai ucapan selamat hari ibu dan ungkapan kecintaan kepada Ibu.
Tanggal 22 Desember memang hari ibu, tetapi dalam ingatan Mey, tanggal 22 Desember adalah hari onde, karena sejak kecil, ditanggal itu, mama selalu menyajikan onde dan Mey, juga papa dan Koko Jo, harus menghabiskan jatah onde sesuai umur terlebih dahulu, baru boleh mengambil sesukanya. Sepeninggal papa dan mutasi kerja Jo di luar kota, membuat Mey satu-satunya teman mama di rumah, dan kini Mey tidak lagi dapat menemani mama karena kesibukan pekerjaannya.
‘teeeeeeetttt’
Suara bel tanda panggilan dari dalam ruangan Fernando membuyarkan lamunan Mey hingga tanpa sadar Mey buru-buru berdiri dan beranjak menuju asal panggilan.