Satu per satu peserta meeting memasuki ruangan, dan bahan yang sudah disiapkan Mey diletakkan di meja Fernando, atasan Mey yang selalu disebutnya bos rese.
Idealisme dan ritme kerja Fernando yang cepat dan tepat, menuntut Mey harus dapat mengikuti apapun yang diperintahkan, dan hal ini sempat membuatnya stress hingga menangis diawal-awal bekerja sebagai sekretaris, lantaran Fernando tidak sungkan memarahi Mey bila menemukan kesalahan yang menurut Mey bukan kesalahan fatal.
Seiring berjalannya waktu. Mey mulai bisa mengikuti keinginan Fernando, termasuk menemani Fernando meeting bersama client hingga malam, dan itu juga alasan mengapa Mey mendapat fasilitas mobil kantor.
--
“Makan siang dimana kita, Mey?” suara Ranti, teman setia makan siang Mey terdengar di ujung telepon.
“Bakmi Bangka depan kantor aja ya, gue mau balik kantor cepet, nanti sore bos mau ketemu nasabah gede, dan gue harus nyiapin proposal.”
“Ok, ketemu di lobby ya.”
“Siip” jawab Mey dan segera bersiap-siap keluar kantor menuju lobby gedung, dan terlihat Ranti sudah berdiri manis dekat satpam yang sedang berjaga.
“Mampir toko kue, sebentar ya, buat bekel jam tiga hahahha.” Mey berbisik dan mereka pun segera menuju zebra cross di bawah lampu merah untuk bersiap-siap menyebrang jalan.
Di atas etalase toko kue, dipajang beberapa bungkusan onde warna putih, merah, dan hijau, yang tidak terlihat dihari-hari biasanya.
“Sekarang tanggal berapa Ran?” sejenak Mey terdiam dan mulai berpikir.