[caption caption="Gambar bikin sendiri "][/caption]
Peserta No. 38
Telah lama Rani memendam keinginan untuk membuka sebuah kotak sepatu berwarna hitam, yang tersimpan rapi di rak bawah dalam lemari buku Adrian, suaminya. Namun keinginan itu selalu berhasil diredam manakala Ia ingat janjinya kepada Adrian untuk tidak membuka kotak hitam itu sejak awal mereka menikah.
Kini, di usia ke tiga belas tahun pernikahannnya, janji untuk tidak membuka kotak sepatu berwarna hitam tak lagi dapat meredam rasa penasaran Rani, setelah tanpa sengaja Rani membaca sepenggal pesan yang tidak terhapus di facebook suaminya untuk seseorang bernama Lintang.
Sampai saat ini aku masih menyimpan semua milikmu di rumah, karena aku tidak pernah bisa melupakanmu
“Siapa Lintang? Pemilik isi kotak hitam itukah? Mantan mas Adrian? Mereka berhubungan lagi sekarang?” satu persatu prasangka mulai menghantui pikiran Rani, memuncak hingga mendesak akal Rani untuk mengingkari janji yang selama ini dijaganya.
Dengan berbalut rasa marah sekaligus takut, Rani mengambil kunci lemari Adrian, dan segera membukanya.
Pintu lemari terbuka, kotak hitam masih tersimpan rapi di dalam sudut sana. Perlahan ditariknya keluar, dan dengan selembar tisu, dibersihkannya debu yang menutupi semua permukaan kotak.
Kedua telapak tangan Rani sudah berada di posisi siap untuk membuka tutup kotak, namun tiba-tiba ragu mulai menghantui hatinya. “Benarkah aku harus melanggar janji yang sudah kujaga tiga belas tahun lamanya?” tanya hatinya.
Ditariknya nafas dalam-dalam, kemudian dihembuskannya kembali perlahan, begitu seterusnya hingga hatinya tenang.
“Maafkan mama, pa” bisiknya dalam hati.
Dibukanya tutup kotak, terlihat hanya ada sebuah buku dan tumpukan amplop surat bertuliskan nama Adrian dengan alamat yang sangat dikenalnya disana. Satu per satu Rani membuka dan membaca isi surat tersebut. Perlahan rasa cemburu mulai menyelimuti, dan sebuah tanya mulai menari di kepalanya, mengapa Adrian yang tergambar di surat berbeda dengan yang Ia dampingi selama ini?
Tiba pada amplop surat terakhir, sejenak Rani berhenti dan menarik nafas panjang, dikumpulkan kembali segenap kekuatan untuk menuntaskannya.
"Tidak baik menolak permintaan terakhir orang yang sudah menyelamatkanmu. Penuhi permintaannya, bukankah Rani gadis yang baik? Aku rela melepasmu, Mas."
Rani tak lagi dapat membendung air matanya, Ia menangis sejadi-jadinya, rupanya inilah alasan mengapa selama 13 tahun menikah Adrian tidak pernah mengucapkan kata cinta padanya.
--
Pertemuan Rani dan Adrian dimulai 16 tahun yang lalu, saat itu Adrian baru saja lulus dan mendapat tugas di kampung asal Rani. Ayah Rani adalah kepala kampung, dan orang yang paling berjasa menyelamatkan Adrian dari aksi penolakan warga akan kehadirannya, bahkan karena jasa ayah Rani, Adrian bisa berbalik mengambil hati warga, hingga akhirnya bisa menyelesaikan masa tugas menjadi dokter pertama di sana.
Pernikahan Rani dan Adrian berlangsung di depan Ayah Rani yang terbaring sakit, hingga akhirnya wafat dua hari setalah itu. Selesai masa tugas, Adrian kembali ke ibukota dengan membawa Rani dan Arjuna buah hati mereka.
Adrian tidak pernah menceritakan masa lalunya, termasuk kehidupan sebelum menginjakkan kaki di Kampung Rani. Pendiam dan irit bicara, itulah kesan yang ditangkap Rani setelah hidup bersama sekian tahun lamanya. Kesibukan Adrian di Rumah Sakit dan selalu pulang tepat waktu meyakinkan Rani bahwa suaminya tidak pernah memiliki hubungan dengan perempuan lain.
Kini Rani berada di persimpangan, bertanya mengenai Lintang, berarti Adrian akan mengetahui bahwa dirinya sudah melanggar janji yang pernah dibuatnya dulu, bila tidak bertanya, hatinya terus dipenuhi kebimbangan.
----
Meskipun sudah berusaha ditutupi, perubahan sikap Rani rupanya tetap terbaca oleh Adrian. Rani yang tidak pernah menghindari tatapannya saat diajak bicara kini tak lagi seperti itu. Pertanyaan ada apa? Kenapa? selalu dijawab datar dengan kalimat “baik-baik saja”, hingga akhirnya, pada suatu malam saat Arjuna sudah lelap tertidur, diajaknya Rani duduk di depan teras rumah.
“Inikah yang menyebabkan perubahan sikap mama belakangan ini?” tanya Adrian seraya menyerahkan kotak sepatu hitam.
Rani kaget, tertunduk dan diam seribu bahasa, tubuhnya gemetar karena takut Adrian marah, kedua telapak tangannya saling menggenggam, duduk manis dipangkuannya. Tak lama setelah itu suara isakan tangis mulai terdengar dan air mulai mengalir dari pelupuk matanya.
“Maafin mama, Pa. Mama sudah melanggar janji mama.”
Dipeluknya Rani, dibiarkan hingga tangisnya mereda.
“Kalau mama sudah tenang, papa akan cerita semua tentang Lintang.”
Butuh 10 menit untuk menunggu tangis Rani mereda, dan melepas tubuhnya dari pelukan Adrian. Matanya mulai berani menatap wajah Adrian, seolah menyatakan bahwa Ia siap mendengar cerita Adrian soal Lintang.
Lintang seorang gadis campuran Tionghoa-Jawa, teman sekolah Adrian sejak masih mengenakan seragam putih abu-abu. Jalinan kasih mereka justru dimulai saat baru lulus SMA. Perbedaan suku dan keyakinan justru membuat hubungan mereka berjalan mulus karena besarnya toleransi diantara keduanya, namun akhirnya mereka tetap putus karena Lintang memilih untuk menyelamatkan masa depan Adrian.
Karena masih memendam rasa cinta dan selalu dihantui rasa bersalah, setelah selesai tugas dan kembali ke ibu kota, Adrian mulai mencari Lintang. Petualangan Adrian mencari Lintang tidak mudah, keluarga Lintang sudah pindah entah kemana, teman-teman Lintang yang dikenal Adrian pun tidak mengetahui keberadaan Lintang.
Hadirnya Facebook juga sudah dimanfaatkan Adrian untuk mencari Lintang, namun tetap tidak berhasil hingga akhrinya Adrian menemukan satu akun yang diketahui pasti adalah sahabat dekat Lintang, Lani. Awalnya Lani tidak bersedia menyebutkan dimana keberadaan Lintang, namun karena Adrian terus menghiba dan memohon, akhirnya Lani memberitahu bahwa Lintang ada di list pertemanannya dengan menggunakan bunga Lily sebagai foto profil.
Pertemanan yang diajukan Adrian baru dibalas dua bulan kemudian, dan tidak ada informasi apa-apa di time lime Facebook Lintang, hanya ada beberapa gambar kata-kata bijak disana, dan sebuah gambar bunga Lily kesukaannya.
Sapaan Adrian melalui pesan facebook baru dijawab satu bulan kemudian, begitu juga sapan-sapaan selanjutnya, butuh waktu berminggu-minggu untuk mendapat balasan dari Lintang. Dari percakapan yang terputus-putus itu, Adrian mengetahui bahwa Lintang sekarang menjadi Biksuni dan selalu berpindah-pindah tempat untuk bertugas. Akun facebooknya dibuat hanya untuk berkomunikasi dengan adiknya yang saat ini sedang menjaga Ibunya yang sedang sakit.
Usai mendengar cerita Adrian ekspresi wajah Rani mulai kembali normal, dipeluknya Adrian seraya meminta maaf.
“Mama mau tahu pesan yang disampaikan Lintang?”
Rani mengangguk.
“Manusia menikah dengan jodohnya, walaupun jodoh itu bukan orang yang kita cintai. Meski demikian, lambat laun cinta akan hadir dan berjalan bersisian dengan rasa tanggungjawab" Adrian berhenti sejenak mengambil nafas
"Saat menikah dulu, memang mama bukan orang yang papa cintai, tapi sekarang cuma mama yang ada di hati papa, love you ma.”
Merekapun berjalan berpelukan masuk ke dalam rumah.
__
Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community
Silahkan bergabung di FB Fiksiana Community
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H