Mohon tunggu...
Ariyani Na
Ariyani Na Mohon Tunggu... Wiraswasta - ibu rumah tangga

Hidup tidak selalu harus sesuai dengan yang kita inginkan ... Follow me on twitter : @Ariyani12

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Sebab Mudahnya "Bullying" di Dunia Maya

28 September 2015   00:17 Diperbarui: 28 September 2015   00:38 1387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="sumber gambar: komando.com"][/caption]

Ngikutin berita soal Tut Wuri Handayaninya Della JKT48 gak Jo?” Tanya saya pada si sulung.

“Iya tuh payah, masa Tut Wuri Handayani jadi walaupun beda tetap satu.” Jawabnya spontan

“Emang kamu tau artinya Tut Wuri Handayani?” tanya saya lagi

“Lupa Mih, emang mami inget?” Sulung saya balik bertanya

“Lupa juga, terus siapa yang payah donk?” Tanya saya kembali

“Ya sama-sama payah.” Jawab si sulung.

“Ya udah sekarang buka google cari artinya.” Jawab saya.

---

Beberapa hari yang lalu Twitter memang sempat diramaikan dengan Tut Wuri Handayani yang disalahartikan oleh Della, salah satu personil JKT48. Dan karena kesalahan ini Della pun menjadi objek bullyan para netizen.

Dari antara yang membully, tentu ada yang benar-benar mengetahui arti Tut Wuri Handayani, tetapi pasti lebih banyak yang mengetahui bahwa walaupun beda tapi tetap satu adalah arti semboyan Bhineka Tunggal Ika, dari pada arti Tut Wuri Handayani itu sendiri, seperti saya dan anak saya. Saat Sekolah Dasar tentu kita ingat arti Tut Wuri Handayani, namun karena jarang diulang-ulang, maka banyak yang melupakan.

Respon cepat netizen untuk membully sepertinya sudah menjadi fenomena dunia maya, contohnya saat kasus curhat Aurel dan KD di Instagram, saya mencoba mengamati komen-komen yang ada di Instagram tersebut, banyak yang membully dengan menyalahkan KD dan mengungkit masa lalu KD, namun ada juga yang membela.

Kebebasan Berpendapat

Kehadiran media sosial memang memberi kita kebebasan untuk mengeluarkan pendapat, bahkan karena adanya kebebasan tersebut kita boleh menjadi siapa dan apa saja, seperti menjadi hakim dan polisi moral, menjadi pembela, menjadi orang bijak, menjadi ahli hukum dan ahli agama, meskipun sebenarnya kita belum tentu lebih baik dari orang yang kita bully.

Hujatan, cacian dan makian yang disampaikan oleh netizen bila melihat sesuatu yang sepertinya diluar norma dianggap sebagai sanksi moral yang harus diterima karena telah melakukan kesalahan, tanpa berpikir bagaimana dampak yang akan terjadi pada orang yang di-bully.

Meskipun lebih banyak terjadi pada tokoh terkenal, kasus di-bully di media sosial bisa terjadi pada siapa saja, termasuk kita.

Boleh Sembunyi di Balik Akun Anonim

Saat mengamati kasus KD dan Aurel saya melihat bahwa komentar-komentar negatif secara kasar cenderung berasal dari akun-akun anonim, sedangkan komentar dengan akun yang sepertinya asli cenderung lebih bijak dalam menyikapi kasus yang ada meskipun bukan bersifat pembelaaan.

Karena merasa aman berada dibalik akun anonim dan merasa semua akun media sosial dapat dengan mudah dihapus bila akan dilaporkan oleh yang merasa dirugikan, maka tidak heran banyak yang menggunakan akun anonim untuk menyampaikan apa saja bahkan dengan kalimat-kalimat kasar dan tidak pantas.

Tidak mengenal secara pribadi dan Tidak berhadapan langsung

Tak kenal maka tak sayang mungkin berlaku pada kasus caci maki yang ada di dunia maya ini. Umumnya netizen hanya sebatas mengetahui dan tidak mengenal secara pribadi dengan orang yang di-bully tersebut. Karena tidak mengenal secara pribadi maka tidak ada beban moral untuk menjaga hubungan atau menjaga sikap agar orang yang sedang menjadi topik hangat di sosial media tersebut tidak bertambah bebannya.

Selain itu, karena tidak berhadapan langsung dengan orang yang kita bully maka kita juga tidak lagi mempertimbangkan kondisi yang terjadi pada pihak yang mendapat bullyan, yang penting pada saaat itu kita sudah menyampaikan uneg-uneg dan sudah ikut memberi hukuman secara moral agar orang tersebut menyadari kesalahannya. 

Beda orang terkenal dan tidak terkenal menyikapi bullying dunia maya

Karena penghasilannya berasal dari ketenarannya, maka orang terkenal seperti artis lebih tahan menghadapi bullying dibanding orang biasa. Contohnya pada kasus Tut Wuri Handayani, meskipun sudah dibully namun ia tetap bisa berkicau seperti biasa, begitu juga dengan Syahrini, bullyan seolah malah menjadi mesin penggerak agar namanya tetap terkenal di jagad hiburan.

Berbeda bila kasus terjadi pada orang biasa, karena tidak siap mental maka si pemilik akun cenderung akan menonaktifkan akunnya hingga kasusnya reda dan tidak lupa untuk meminta maaf sebelum menghilang.

Berhati-hati di Media Sosial

Penyesalan selalu ada di akhir, karena bila di awal namanya pendaftaran. Begitu juga halnya dengan kasus bullying yang ada di dunia maya. Bila mengetahui akan di-bully, tentu kita akan memilih untuk tidak menuliskan status atau menguggah foto yang sekira dapat menimbulkan respon negatif dari para netizen, begitu juga halnya dengan sebuah artikel yang kita tulis, bisa saja menjadi sebab diri kita mendapat cacian dan makian.

 

Bila tidak siap di-bully, maka sebaiknya tetap berhati-hati menulis dan mengunggah sesuatu di dunia maya, karena mungkin bukan hanya sekedar bullyan yang akan kita terima tetapi bisa juga bisa membawa kita pada proses hukum. Begitu juga bila kita hendak membully, sebaiknya berpikir kembali, bagaimana bila seandainya hal tersebut terjadi pada kita, apakah kita sanggup menerima bullyan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun