Hujan pun makin deras membuat dingin semakin menusuk tubuh.  Sayup-sayup terdengar suara jam bandul berdentang dari masjid sebelah rumah.  Dua belas kali jam bandul  itu berdentang pertanda dini hari.
Seusai dentang jam tiba-tiba suasana mencekam dirasakan Aran.  Dilihatnya Abah Azis masih terlelap sambil meringkuk kedinginan.  Ditengoknya pintu kamar Nyai Ipah masih tertutup rapat dan  tidak ada tanda-tanda aktivitas di sana. Aran berharap  istrinya merasa nyaman tidur bersama perempuan yang pandai mengajar ngaji itu.
"Tak... tak tak... tak... trak...." suara kaca jendela diketuk berulang dari luar.
Aran hanya menoleh lalu menajamkan pandangannya ke arah jendela dan pintu. Â Kain tirai bergerak gerak pelan karena hembusan angin dari bagian atas kusen jendela yang dilapis kawat anti nyamuk. Â Â Karena tak ada yang aneh, Aran pun mengalihkan perhatiannya ke arah lain.
Bersambung....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H