Mohon tunggu...
Ariya Hadi Paula
Ariya Hadi Paula Mohon Tunggu... Penulis - Penulis adalah Fiksionis, jurnalis independen dan kolomnis sosial humaniora.

Alumni IISIP Jakarta, pernah bekerja di Tabloid Paron, Power, Gossip majalah sportif dan PT Virgo Putra Film sebagai desainer grafis dan artistik serta menjadi jurnalis untuk Harian Dialog, Tabloid Jihad dan majalah Birokrasi. Saat ini aktif sebagai Koordinator masyarakat peduli dakwah & peradaban (MPDP) Al Madania dan pengurus Yayasan Cahaya Kuntum Bangsa (YCKB).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Komite Pemburu Kampanye

10 Desember 2023   13:29 Diperbarui: 11 Desember 2023   21:28 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Oalah Mbak Pur.  Ndak dapat info toh kalau bantuan-bantuan itu sedang mampet. Malah ada banyak warga ndak terdaftar lagi di DTKS alias dicoret. Gaul to Mbak," respon Bu RT  sebelum yang ditanya menjawab.

"Iye Mbak Pur. Kabarnye ampir enam juta orang penerima bansos lagi dtinjau ulang," tambah Mpok Ani.

"Makanya tuh, Kita kudu cari partai, caleg atau orang-orang yang mau bagi-bagi bantuan buat warga suseh seperti Kite.  Mau sembako, mau duit, Kite ambil aje  supaye dapur terus ngebul,"  lanjut Mpok Ani.

"Oo bansosnya  ke kampanye ya?" gumam Mbak Pur.

"Oalah mana ada yang tahu toh Mbak Pur.  Pokoknya  Kita kompakan saja njih.  Ndak apa-apa toh Kita  bukan cuma jadi komite sekolah, tapi juga jadi komite pemburu kampanye,"ujar Bu RT sambil mengusapkan tisu ke seluruh wajahnya yang basah karena keringat.

"KPK dong," celetuk Mama Raffi yang disusul tawa riang semua perempuan berpakaian serba merah.

Bersamaan dengan itu muncul Bang Adul dengan motor Vespa tua kesayangannya menjemput istri tercinta.  Mpok Ani segera naik  ke bangku belakang sambil berpesan  untuk agenda mereka berikutnya.  Bang Abdul enggan mematikan mesin motor produksi Italy, alasannya  susah  menghidupkan kembali.   Bising knalpot motor antik itu membuat Mpok Ani harus berteriak keras.

"Inget ya, Kamis  sore  baju kuning, Minggu pagi baju biru ye!" teriaknya.

"Wah, mesti punya baju warna-warni dong. Putih aja tak bisa ya Mpok?" tanya Mbak Pur.

""Yang berwarne putih atau item kagak ada duitnye!" jawab Mpok Ani ...begitu ucapan terakhir Mpok Ani karena suaminya sudah mulai tancap gas. Akhir sebuah letupan keras disertai asap hitam yang mengepul dari knalpot motor Bang Adul  membubarkan rombongan KPK.

Lenteng Agung, 21 Jumadil Awwal 1445H / 4 Desember 2023M
Magista Studio Jakarta

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun