Mohon tunggu...
Ariya Hadi Paula
Ariya Hadi Paula Mohon Tunggu... Penulis - Penulis adalah Fiksionis, jurnalis independen dan kolomnis sosial humaniora.

Alumni IISIP Jakarta, pernah bekerja di Tabloid Paron, Power, Gossip majalah sportif dan PT Virgo Putra Film sebagai desainer grafis dan artistik serta menjadi jurnalis untuk Harian Dialog, Tabloid Jihad dan majalah Birokrasi. Saat ini aktif sebagai Koordinator masyarakat peduli dakwah & peradaban (MPDP) Al Madania dan pengurus Yayasan Cahaya Kuntum Bangsa (YCKB).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Komite Pemburu Kampanye

10 Desember 2023   13:29 Diperbarui: 11 Desember 2023   21:28 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Nah, bapak-bapak dan ibu-ibu, dan para remaja sahabat Kami. Jadi demikian progam dan target dari partai. Jadi jangan lupa nanti contreng nomor......." teriak lantang lelaki itu yang disusul jawaban  serentak warga bagai chorus sebuah vocal group.

Sebelum Dzuhur kegiatan kampanye partai dan calegnya pun bubar setelah diakhiri dengan pembagian sembako berupa minyak goreng, beras dan gula.  Senyum warga partisipan kampanye pun mengembang. Tidak terkecuali para perempuan dewasa anggota komite sekolah yang memang sengaja  menyasar  kegiatan  yang hanya ramai jelang Pemilihan Umum (Pemilu) lima tahunan sekali.  

Sambil menenteng tas kain berlogo partai yang berisikan sembako, para perempuan itu tersenyum sumringah serta tak henti-hentinya mengucapkan terima kasih kepada sang Caleg maupun kader partai yang telah menyelenggarakan kampanye.

"Mpok Ani,  makacih ya udah diajak kemari. Tadinya Saya sudah hopeless deh kagak kebagian Bansos lagi," ujar Mama Raffi sambil menepuk-nepuk bahu orang yang paling ditunggu tadi pagi.

"Lha Saya juga terima kasih ya Mpok Ani,  apalagi Saya cuma punya KTP musiman. Boro-boro sembako,  kalo ada Posyandu atau fogging aja rumah kontrakan Saya dilewati," timpal Mbak Pur  sambil melakukan hal yang sama seperti dilakukan Mama Raffi.

Oalah, kalau suamiku  sih  ndak pilih-pilih.  Semua warga pasti ta beri tahu ada Posyandu, Poslansia atau juga fogging.  Bansos juga  dibagikan kok Mbak, asal sesuai kriteria dan cukup punya surat domisili,"  jelas Bu RT merasa tersentil dengan ucapan Mbak Pur. Mpok Ani  tertawa-tawa kecil mendengar komentar para koleganya. Kemudian dari tas kain yang berisi sembako tadi dia mengeluarkan  amplop coklat berisi uang kertas Rp20 ribu-an. Uang tersebut segera dibagikan kepada  sohibnya masing-masing dua lembar.

"Udeh ye sorang empatpuluh!  Ini cume kite-kite aje yang dapet, jadi jangang bilang-bilang  sama yang bukan komite, jelas pok Ani sambil tersenyum bangga karena berhasil melakukan negosiasi dengan panitia kampanye supaya diberikan transport bagi rombongannya.

Para ibu rumah tangga itu serempak kembali mengucapkan terima kasih kepada Mpok Ani.  Tidak sedikit juga yang memuji-muji kecakapannya menemukan 'info' dan sumber tambahan masukan keluarga. Pokoknya bagi mereka Mpok Ani sosok yang Top Markotop.

"Eh inget nih, Kamis sore ba'da Ashar  di GOR  dekat kecamatan.  Tapi pakai baju warna kuning ye, jangan warna lain!" pesan Mpok Ani sebelum rombongan ibu komite sekolah itu bubaran.

"Wah, aman deh ya dapur Kita sampai dua bulan ke depan kalau ikut Mpok Ani. Namanya juga Pawabg Bansos," sahut Mama Raffi sambil kembali menepuk-nepuk bahu  perempuan berkulit gelap.

"Lha memangnya kenapa  Mama Raffi? Bukannya  anak situ dapat KJP sama bansos beras?" tanya Mbak Pur dengan logat khas Brebes.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun