Mohon tunggu...
Ariya Hadi Paula
Ariya Hadi Paula Mohon Tunggu... Penulis - Penulis adalah Fiksionis, jurnalis independen dan kolomnis sosial humaniora.

Alumni IISIP Jakarta, pernah bekerja di Tabloid Paron, Power, Gossip majalah sportif dan PT Virgo Putra Film sebagai desainer grafis dan artistik serta menjadi jurnalis untuk Harian Dialog, Tabloid Jihad dan majalah Birokrasi. Saat ini aktif sebagai Koordinator masyarakat peduli dakwah & peradaban (MPDP) Al Madania dan pengurus Yayasan Cahaya Kuntum Bangsa (YCKB).

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tak Berdaya

11 Juni 2023   17:51 Diperbarui: 6 September 2023   12:30 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tak Berdaya (1)

Kami cuma himpunan manusia lemah, pengalah dan tak berdaya.

Menghadapi seorang pongah, serakah dan penuh tipu daya.

Kami hanya mampu mengelus dada penuh pasrah menyelamatkan diri.

Menghindari mahluk dzolim penuh bangkawarah dan tak tahu diri.

Sungguh berjaya para perampas hak sesama di akhir zaman,

Semena jumawa berkeras kepala melalui menyandera.

Sungguh merdeka para perampok milik saudara di akhir masa,

Leluasa menjarah menikmati segala bak tiada bertuan.

Kami tak berdaya karena tersandera.

Tak tahu cara dan tak mampu memaksa.

Hanya mampu berharap dan mencoba mengikhlaskan.

Karena keyakinan atas janji Tuhan  segalanya akan dipertanggung-jawabkan.

Keniscayaannya,

Jiwa tak berdaya adalah pintu menyandarkan asa kepada Sang Khalik.

Jiwa tak berdaya adalah  membangun taqwa dan serta orientasi  datangnya Yaumul Hisab.

Kenyataannya,

Kedzoliman  hanya memberi kemenangan fatamorgana yang dinaungi azab dunia sepanjang masa.

Kedzoliman cuma berbuah kesenangan seketika dibayangi sengsara dan ancaman siksa membara.

Karya Ariya Ibnu Paula

Magista Studio - Lenteng Agung, 20 Dzulqodah 1444 H / 10 Juni 2023 M

Tak Berdaya (2)

Di negeri megapolitan nun jauh di balik awan.

Bukan cuma hukum yang terbalik, tajam ke bawah tumpul  ke atas.

Keadilan cuma milik kaum pongah kaya raya dan berkuasa.

Di negeri  yang selalu dalam naungan mega nan mendung dengan petir menggelegar setiap saat.

Faktanya moral dan akhlak kian terjungkal, 

Perilaku dzolim dimuliakan asal  dilindungi kesepakatan absolut.

Perilaku bermartabat dianggap sampah dan cuma cari nama bila tidak direstui mayoritas absolutisme.

Manakala para pedzolim kaya raya dan berkuasa leluasa merampas, merampok atau mengambil paksa hak kaum tak berdaya.

Manakala tindakan  para rampok elit berlindung kepada  legalisasi yang bisa dibeli.

Manakala kami yang dirugikan dan terampas haknya malah dijejali intimidasi.

Dipersekusi karena dianggap tak juga tunduk pada regulasi yang dirancang membuat  perancangnya sakti.

Begitulah peradaban dunia baru yang membuat kami tak berdaya,

Karena berlindung pada racikan ketentuan dan regulasi yang menjebak  mangsa.

By Ariya Al Batawy

Urbano Patrajasa - Bekasi,  22 Dzulqodah 1444 H/ 11 Juni 2023M

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun