"Betul wahai kamboja yang baik. Seekor kumbang memang diciptakan untuk  mengambil sari madu dari setiap bunga yang sedang tumbuh mekar, mengumpulkannya lalu juga menikmatinya," tambah mawar jelita.
Bunga matahari yang dari tadi diam  membisu, tiba-tiba bergerak maju ke depan  merangkul bunga kamboja eksotik.
Kadang sebagai mahluk Tuhan yang terbatas pengetahuannya, Kita sulit memahami  kemauan dan tujuan Sang Pencipta dengan seluruh ciptaan-Nya. Tahukah Kamu bahwa dengan hinggapnya kumbang pada setiap bunga, maka akan terbawa olehnya serbuk sari yaitu benih-benih cikal bakal bunga yang baru. Benih itu tersebar ke seluruh penjuru bukit sebagaimana dia terbang ke segala arah," tutur bunga matahari yang anggun dan bijaksana.
"Betul sekali bunga matahari. Sang kumbang perkasa  memang menghisap sari madu Kami, tapi sesungguhnya dia tengah menebar  dan menumbuhkan benih-benih penuh kasih di Bukit Cinta Sejati.  Seperti...." sambung melati cantik.
"Seperti Papi Erdin bersama Mama Siva dan Mama Fiesta membangun rumah yatim bagi Kami anak -anak yang kehilangan kasih sayang orangtua," sambut mawar jelita sambil menunjuk seorang lelaki lanjut usia yang di sisi kanan dan kirinya merapat mesra dua ibu muda berhijab ungu muda.
Seketika applause dan pandangan  para penonton pentas tertuju kepada ketiga sosok yang disebutkan namanya tadi.  Mereka adalah pendiri dan pengurus Rumah Yatim al Insaniyah. Tampak oleh hadirin, kedua ibu muda menggenggam  jemari tangan kiri dan kanan Papi Erdin dengan lembut yang bergetar karena usia. Seakan memberitahu semua orang jika mereka bahagia dan bangga pada sang kumbang' di rumah cinta sejati.
Setelah tepuk tangan dan keriuhan mereda, pandangan kembali ke  pentas drama anak  bertajuk "Bunga Pasrah" yang digelar dalam rangka menyambut Tahun Baru Islam 1 Muharram 1444 Hijriyah sekaligus menyambut bulannya anak yatim dan kaum dhuafa.
"Mentari pagi semakin meninggi.  Para penghuni kaki bukit mulai ramai  bermunculan.  Dari serangga kecil  yang hinggap dan berlompatan, hingga burung pemakan bebijian. Kicauan riuh rendah dan derik kaki serangga saling bersahutan menyapa kehangatan pagi yang ceria" tutur sang narator dari balik panggung.
Setelah kalimat itu terucap, cahaya merah kembali mewarnai panggung. Tapi kali ini diiringi efek suara yang rusuh dan menegangkan, manakala sesosok kostum tangan raksasa memasuki panggung. Tangan itu merebahkan bunga-bunga cantik di atas panggung. Padahal para bunga telah berteriak dan menjerit supaya manusia jangan memetik lalu merusak kehidupan flora di kaki bukit.
"Ternyata, manusia yang telah diberikan akal dan budi telah kalah oleh nafsu sok berkuasa dan merusak.  Mereka menyiksa binatang, merusak tumbuhan dan alam. Bahkan mereka menelantarkan anak-anak yang mereka lahirkan  sendiri," ujar sang narator mengakhiri.
Tirai kain diturunkan perlahan.