Mohon tunggu...
Ariya Hadi Paula
Ariya Hadi Paula Mohon Tunggu... Penulis - Fiksionis, jurnalis independen dan kolomnis sosial humaniora

Ariya hadi paula adalah Alumni IISIP Jakarta. Pernah bekerja sebagai desainer grafis (artistik) di Tabloid Paron, Power, Gossip, majalah sportif dan PT Virgo Putra Film .Jurnalis Harian Dialog, Tabloid Jihad dan majalah Birokrasi. Penikmat berat radio siaran teresterial, menyukai pengamatan atas langit, bintang, tata surya dan astronomi hingga bergabung dengan Himpunan Astronom Amatir Jakarta (HAAJ) dan komunitas BETA UFO sebagai Skylover. Saat ini aktif sebagai pengurus Masyarakat Peduli Peradaban dan dakwah Al Madania Bogor.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pentas Bunga Pasrah

31 Juli 2022   22:53 Diperbarui: 5 September 2024   09:28 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Betul wahai kamboja yang baik. Seekor kumbang memang diciptakan untuk  mengambil sari madu dari setiap bunga yang sedang tumbuh mekar, mengumpulkannya lalu juga menikmatinya," tambah mawar jelita.

Bunga matahari yang dari tadi diam  membisu, tiba-tiba bergerak maju ke depan  merangkul bunga kamboja eksotik.

Kadang sebagai mahluk Tuhan yang terbatas pengetahuannya, Kita sulit memahami  kemauan dan tujuan Sang Pencipta dengan seluruh ciptaan-Nya. Tahukah Kamu bahwa dengan hinggapnya kumbang pada setiap bunga, maka akan terbawa olehnya serbuk sari yaitu benih-benih cikal bakal bunga yang baru. Benih itu tersebar ke seluruh penjuru bukit sebagaimana dia terbang ke segala arah," tutur bunga matahari yang anggun dan bijaksana.

"Betul sekali bunga matahari. Sang kumbang perkasa  memang menghisap sari madu Kami, tapi sesungguhnya dia tengah menebar  dan menumbuhkan benih-benih penuh kasih di Bukit Cinta Sejati.  Seperti...." sambung melati cantik.

"Seperti Papi Erdin bersama Mama Siva dan Mama Fiesta membangun rumah yatim bagi Kami anak -anak yang kehilangan kasih sayang orangtua," sambut mawar jelita sambil menunjuk seorang lelaki lanjut usia yang di sisi kanan dan kirinya merapat mesra dua ibu muda berhijab ungu muda.

Seketika applause dan pandangan  para penonton pentas tertuju kepada ketiga sosok yang disebutkan namanya tadi.  Mereka adalah pendiri dan pengurus Rumah Yatim al Insaniyah. Tampak oleh hadirin, kedua ibu muda menggenggam  jemari tangan kiri dan kanan Papi Erdin dengan lembut yang bergetar karena usia. Seakan memberitahu semua orang jika mereka bahagia dan bangga pada sang kumbang' di rumah cinta sejati.

Setelah tepuk tangan dan keriuhan mereda, pandangan kembali ke  pentas drama anak  bertajuk "Bunga Pasrah" yang digelar dalam rangka menyambut Tahun Baru Islam 1 Muharram 1444 Hijriyah sekaligus menyambut bulannya anak yatim dan kaum dhuafa.

"Mentari pagi semakin meninggi.  Para penghuni kaki bukit mulai ramai  bermunculan.  Dari serangga kecil  yang hinggap dan berlompatan, hingga burung pemakan bebijian. Kicauan riuh rendah dan derik kaki serangga saling bersahutan menyapa kehangatan pagi yang ceria" tutur sang narator dari balik panggung.

Setelah kalimat itu terucap, cahaya merah kembali mewarnai panggung. Tapi kali ini diiringi efek suara yang rusuh dan menegangkan, manakala sesosok kostum tangan raksasa memasuki panggung. Tangan itu merebahkan bunga-bunga cantik di atas panggung. Padahal para bunga telah berteriak dan menjerit supaya manusia jangan memetik lalu merusak kehidupan flora di kaki bukit.

"Ternyata, manusia yang telah diberikan akal dan budi telah kalah oleh nafsu sok berkuasa dan merusak.  Mereka menyiksa binatang, merusak tumbuhan dan alam. Bahkan mereka menelantarkan anak-anak yang mereka lahirkan  sendiri," ujar sang narator mengakhiri.

Tirai kain diturunkan perlahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun