“Iya jadi gitu tipsnya dan itu yang sudah kulakukan. Pernah ada pemuda yang dia menerapkan tips tersebut. Dia awalnya juga belum pernah menghapal Al Quran, setelah menerapkan tips tersebut dia bisa hapal Al Quran dalam dua bulan.”
Saya nelen ludah. Bisa sih tapi itu berarti saya harus semedi. Harus fokus. Dan itu tidak mugkin mengingat saya mah apa atuh. Masih ada amanah sebagai mahasiswi Psikologi, anggota organisasi dan yang jelas kesiapan mental untuk semedi yang belum terpatri.
“Wah hebat, mesti butuh fokus ya?”
“Iya jelas. Dia mondok khusus. Gak pernah keluar-keluar. Meninggalkan hal yang berbau duniawi.”
“Gak sekolah?”
“Gak. Dia fokus hapalan.”
Well yang ini gak bisa diterapin. Akhirnya si hafidzah menjelaskan ke saya tentang cara menyicil mengaji 500 kali. Kalau gak salah inget perhari 1 juz maka kurang lebih jangka 10 tahun sudah bisa 500 kali, dengan catatan ‘konsisten’.
Well, bisa diterapin. Tapi 1 juz kayakke belum sanggup mengingat diri yang sok busy dan istiqomah? Hehe ane mah apa atuh, masih lemaah... Jangankankan 1 juz baru beberapa lembar biasanya saya sudah tepar. Ngantukkannya itu lhoo..
“Oh iya inget, kalau hapalan jangan lupa suruh nyimak.. soalnya untuk tahu salah benernya, untuk tahsin.”
Hafidzah 3
Dengan pertanyaan yang sama. Saya paling sering lihat ukhti yang satu ini umik-umik (muraja’ah) hehe.