Dalam situasi darurat ini, Guru dipusingkan dengan penerapan Pembelajaran Jarak Jauh. Sebuah metode cara belajar baru yang sangat menantang bagi Guru.Â
Terbukti dari hasil survey yang kami himpun dalam program #SekolahLawanCorona bahwa Guru tidak bisa memandu proses pembelajaran murid secara langsung, terbatasnya akses terhadap pekerjaan yang mempengaruhi pendapatan, terbatasnya komunikasi dengan rekan kerja dan pemimpin sekolah.Â
Bagi murid sendiri mereka tidak bisa mengikuti proses pembelajaran dengan guru secara langsung, tidak bisa melakukan aktivitas atau kegemaran sebagaimana biasa dan terbatasnya komunikasi dengan teman bermain. Sedangkan untuk orangtua sendiri mereka jadi bertambah waktu dan energi untuk mendampingi pembelajaran anak, terbatasnya akses terhadap pekerjaan yang mempengaruhi pendapatan serta terbatasnya komunikasi dengan rekan kerja atau pergaulan sosial lain.Â
Situasi ini makin diperparah dengan hasil survey Kemdikbud bahwa hanya 67,11% Guru mampu mengoperasikan perangkat digital. Tulisan ini bertujuan untuk membagikan praktik-praktik baik yang penulis lakukan dan terbukti memberikan dampak positif bagi murid, tentu saja setelah mengalami banyak kegagalan. Apa kuncinya? Komitmen terhadap tujuan, Mandiri terhadap cara dan selalu lakukan refleksi.
Saya Ari Wibowo,S.s Guru Sekolah Cikal Jakarta Selatan sejak tahun 2010 sampai sekarang, namun sejak November 2019 saya mendapatkan amanah untuk berkontribusi di Pendidikan lebih luas lagi melalui Organisasi Profesi Guru yaitu Komunitas Guru Belajar Nusantara yang berdiri sejak tahun 2013 dan sudah tumbuh di 150 daerah di seluruh Indonesia.Â
Saya sendiri sebagai Guru Penggerak untuk KGB Jakarta Selatan. Sebagai Guru Penggerak perubahan Pendidikan Indonesia saya selalu ingat Sumpah Guru Belajar yang kami ucapkan dengan lantang di kongres pertama kami Oktober tahun lalu yang berbunyi:
Kami Guru Belajar Nusantara Bersumpah,
Memperjuangkan Kemerdekaan Belajar Untuk Mengembangkan Praktik Baik Pengajaran
Kami Guru Belajar Nusantara Bersumpah,
Memilih Berpihak dan Bersekutu Dengan Murid Untuk Belajar Bersama Mencapai Tujuan Pendidikan
Kami Guru Belajar Nusantara Bersumpah,
Menginisiasi Kolaborasi Dengan Pemangku Kepentingan Untuk Mewujudkan Kebaikan Berkelanjutan di Masa Depan
Sebelum Pandemi
Sudah menjadi budaya kami untuk selalu membagikan praktik baik pengajaran yang terbukti berhasil memberikan dampak bagi murid. Bagaimana caranya? Komunitas Guru Belajar Nusantara membangun kanal-kanal komunikasi melalui beberapa platform seperti Whatsapp dan Telegram.Â
Platform-platform tersebut berfungsi selain untuk jaringan komunikasi pengurus juga sebagai kanal belajar anggota Komunitas Guru Belajar di seluruh daerah. Setiap dua bulan sekali kami menerbitkan Surat Kabar Guru Belajar (SKGB), Media ini berisi Praktik - Praktik baik Guru-Guru anggota Komunitas Guru belajar.Â
Menariknya Media Surat Kabar Guru Belajar ini sepenuhnya dikelola oleh Guru-Guru anggota Komunitas Guru Belajar. Para kontributornya seperti penulis, desainer grafis, layout, pembuat infografis semua dikelola secara swadaya oleh Guru dan sampai saat ini sudah ada 28 edisi yang bisa diunduh Gratis maupun berbayar dengan harga yang terjangkau dan manfaatnya pun dikembalikan kembali ke para kontributor guru guru yang terlibat.
Akibat pandemi COVID-19, banyak Sekolah dan Perguruan Tinggi ditutup. Seperti dalam cuitan UNICEF Amerika Serikat tertanggal 9 Maret (sumber: @UNICEFUSA), hampir 300 juta peserta didik terkena dampak penutupan institusi pendidikan tersebut termasuk Indonesia.Â
Secara bertahap Dinas Pendidikan masing-masing daerah pun mengambil sikap untuk menghentikan proses pembelajaran Sekolah secara tatap muka selama masa Pandemi Corona melanda negeri. Apa berikutnya? Sekolah menginstruksikan proses belajar mengajar dilakukan dari rumah atau Belajar Di Rumah (BDR).Â
Di masa ini Guru-Guru dituntut untuk kreatif dan akrab dengan ragam teknologi sebagai penyambung hubungan mereka dengan murid dan orangtua.Â
Di awal-awal Pandemi saya berkesempatan diundang untuk mengisi webinar sebuah Perusahaan yang secara tahunan menggelar Program Pelatihan Guru.Â
Sejenak saya berpikir akan seperti apa alur belajar yang akan saya sampaikan melalui platform daring nanti. Sebagai Guru #MerdekaBelajar bagi saya perlu rasanya merasakan apa yang guru rasakan.Â
Dengan berempati, saya banyak mendengar cerita-cerita teman Guru anggota Komunitas Guru Belajar yang gagap teknologi alias kemampuan literasi digital yang terbatas.Â
Guru "terpaksa" harus belajar menggunakan ragam aplikasi live streaming online seperti Google meet, Zoom, Webex, Youtube Live, Google Classroom dan sebagainya untuk bisa menyampaikan pembelajaran kepada murid-murid.Â
Gambar berikut adalah suara-suara Guru yang saya kumpulkan dengan menggunakan platform Mentimeter.com ketika saya mengajak peserta Webinar saya untuk berpartisipasi mengeluarkan perasaan mereka dalam melaksanakan pembelajaran jarak jauh di masa Pandemi.Â
Saya akui masih banyak Guru-Guru yang salah kaprah dalam menerapkan Pembelajaran Jarak Jauh bagi murid-muridnya, misalnya masih banyak Guru yang memaksakan untuk menggunakan aplikasi tertentu untuk digunakan Murid padahal di masa Pandemi ini Sekolah harus lebih kuat melakukan kolaborasi dengan orangtua karena orangtua lah sebagai perpanjangan tangan guru dalam membantu melaksanakan PJJ dirumah.Â
Bayangkan jika Guru memaksakan kehendaknya untuk murid menggunakan Google classroom misalnya untuk mengumpulkan tugas, sementara orangtua tidak paham bahkan tidak diajak untuk mengenali dahulu di awal penggunaan Google classroom atau aplikasi lainnya untuk belajar si anak. Alih-alih mau terlihat canggih malah jadi sumber masalah.Â
"Memilih platform E-learning untuk diterapkan di kelas itu sama seperti ketika memilih makanan yang cocok untuk tubuh kita, Nah pastikan platform E-learning yang anda pilih sesuai dengan kebutuhan kelas anda bukan sesuai keinginan kita" tutur saya di Webinar Daring Gtk.Â
Komunitas Guru Belajar Nusantara dan Kampus Guru Cikal sejak awal Organisasi ini lahir, selalu jalan barengan dengan melahirkan gerakan-gerakan atau inisiatif yang selalu berpihak pada murid.
 Lahirnya panduan pembelajaran 5M atau kalau saya sendiri mengenalnya dengan 5C's dengan bertujuan mendorong kolaborasi orangtua, guru dan murid untuk berdaya belajar dalam menghadapi situasi darurat akibat wabah virus Corona.Â
Bagaimana tahapan Jurus Pembelajarannya? Apakah berhasil dan berdampak pada murid?Â
Menyusun Strategi Pembelajaran
Menentukan Teknologi Yang Digunakan
Mensosialisasikan Proses Pembelajaran
Monitoring Proses Pembelajaran
Refleksi
Yakinlah anda tidak sendirian dalam menghadapi kepusingan ini, namun anda pun bisa tetap memilih untuk berdaya. Ada Guru Titik di Magelang yang menggunakan aplikasi Tiktok untuk belajar, ada Guru Titis di Sanggau, Kalimantan yang berkolaborasi dengan RRI dalam menyampaikan pembelajaran lewat radio, ada pula Guru Iwan di Bandung yang ikhlas melakukan kunjungan ke rumah-rumah muridnya yang tidak memiliki HP.Â
Artinya apa? Inilah penerapan esensi Merdeka Belajar sesungguhnya dimana di masa Pandemi ini banyak Guru tergerak untuk kembali memahami profil murid bahkan keluarganya sehingga membuat Guru pun mencari cara belajar yang sesuai dengan keadaan dan kebutuhan siswanya, tidak terpaku terhadap ketuntasan kurikulum namun bagaimana menumbuhkan belajar yang kontekstual dan bermakna bukan penyelesaian tugas-tugas LKS semata.Â
Menurut saya, Pandemi ini adalah tantangan dan juga kesempatan bagi Guru untuk mempraktikan cara mengajar baru  dan menunjukan empati pada beragamnya keadaan orang tua dan anak.Â
Akhir kata, Pendidikan adalah urusan bersama butuh kerja barengan untuk #SemuaMuridSemuaGuru. Mari padukan 3 kekuatan: keahlian, komunitas dan teknologi. Keahlian Guru dan orangtua, kekuatan jejaring komunitas dan kecanggihan teknologi belajar.
Salam #MerdekaBelajar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H