Mohon tunggu...
Arivin Dangkar
Arivin Dangkar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Arivin Dangkar atau sering dipanggil Arivin memiliki hobi membaca dan menulis. Ia lahir di kampung Cekalikang pada tanggal 24 Oktober 2000 dari pasangan Yosef dan Yuliana. Kemudian menempuh pendidikan di Universitas Katolik Indonesia Santu Paulus Ruteng. Ia juga aktif dalam berbagai kegiatan di kampus, Arivin bergabung dengan Unit Kegiatan Mahasiswa Jurnalistik PBSI dan pernah menjabat sebagai anggota BEM di bidang departemen Infokom.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Merdeka dalam Kata, Dijajah dalam Nyata

19 Agustus 2024   19:04 Diperbarui: 19 Agustus 2024   19:33 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah seorang warga dari Komunitas Racang Buka di Labuan Bajo memegang poster berisi protes kepada Presiden Joko Widodo. (Dok: Floresa.co)

Di atas tanah yang pernah kami tanami doa

Tumbuh bangunan megah, mencakar langit asa

Di tengah riuh perayaan merdeka

Kami, warga di pelosok ini, tak merdeka

Kau bangun jalan, bentangkan jembatan

Tapi hak kami kau lupakan, sirna di awan

Lahan kami digusur, tak ada ganti rugi

Hanya janji manis, membungkus pahit mimpi

Kami dijajah, bukan oleh bangsa asing

Tapi oleh negeriku sendiri, yang katanya sejahtera

Tangan-tangan penguasa mencengkeram keras

Menjauhkan kami dari tanah yang menghidupi kami

Kau bicara pembangunan, demi masa depan bangsa

Tapi yang kami rasakan hanya derita yang tak kunjung reda

Lahan-lahan kami berubah jadi tumpukan batu

Hutan kami jadi milik mereka yang punya kuasa, punya ratu

Di Labuan Bajo, pariwisata itu gemerlap

Tapi di balik itu, rakyat berteriak, tak ada yang mendengar

Kami di Racang Buka, terusir tanpa bicara

Proyek pariwisata itu bukan milik kami, hanya ilusi saja

Golo Mori, jalan itu indah bagi mereka

Namun kami yang kehilangan rumah, hidup dalam derita

Presiden meresmikan, media memuja

Tapi hak kami tak kunjung tiba, kami hanya dilupakan begitu saja

Warga Poco Leok di Kabupaten Manggarai menghadang utusan pemerintah kabupaten dan PT PLN.(Dok: Floresa.co)
Warga Poco Leok di Kabupaten Manggarai menghadang utusan pemerintah kabupaten dan PT PLN.(Dok: Floresa.co)

Di Poco Leok, panas bumi jadi hantu

Tanah ulayat kami, mereka anggap milik yang baru

Kami menolak, tapi siapa yang peduli?  

Pemerintah datang dengan tentara, seolah kami tak berarti

Kemerdekaan? Apa itu merdeka?  

Bagi kami yang diabaikan, itu hanya kata hampa

Tak ada arti jika kami terus ditindas

Oleh mereka yang seharusnya melindungi, tapi malah merampas

Kami dijajah oleh kebijakan yang memihak mereka

Oleh undang-undang yang tak pernah mengerti derita

Kami korban pembangunan, korban kemajuan

Tapi kami bukanlah bagian dari kemerdekaan

Lihatlah kami, wahai penguasa

Kami yang menangis di tengah bising ibu kota

Kami yang terus berjuang mempertahankan hak

Tapi yang kau berikan hanya ancaman dan penindasan

Apa arti kemerdekaan jika kami masih terbelenggu?  

Apa arti keadilan jika kami selalu disingkirkan?  

Kami menunggu hari di mana kami benar-benar merdeka

Bukan dari penjajah asing, tapi dari penindasan negeriku sendiri

Kami masih dijajah, dalam diam dan lara

Oleh mereka yang duduk di singgasana kekuasaan

Kami tak ingin merdeka hanya dalam kata

Kami ingin merdeka dalam rasa, dalam hidup yang sebenarnya

Di tanah kami yang kau rampas tanpa tanya

Kami masih bertahan, walau harapan mulai memudar

Kami ingin kebebasan yang sesungguhnya

Bukan sekadar janji-janji di atas podium megah

Kami warga yang terlupakan

Tapi kami masih hidup, masih berdiri

Meski hari-hari kami penuh dengan ketidakpastian

Kami tetap berjuang, demi kemerdekaan yang sebenarnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun