Di atas tanah yang pernah kami tanami doa
Tumbuh bangunan megah, mencakar langit asa
Di tengah riuh perayaan merdeka
Kami, warga di pelosok ini, tak merdeka
Kau bangun jalan, bentangkan jembatan
Tapi hak kami kau lupakan, sirna di awan
Lahan kami digusur, tak ada ganti rugi
Hanya janji manis, membungkus pahit mimpi
Kami dijajah, bukan oleh bangsa asing
Tapi oleh negeriku sendiri, yang katanya sejahtera
Tangan-tangan penguasa mencengkeram keras
Menjauhkan kami dari tanah yang menghidupi kami
Kau bicara pembangunan, demi masa depan bangsa
Tapi yang kami rasakan hanya derita yang tak kunjung reda
Lahan-lahan kami berubah jadi tumpukan batu
Hutan kami jadi milik mereka yang punya kuasa, punya ratu
Di Labuan Bajo, pariwisata itu gemerlap
Tapi di balik itu, rakyat berteriak, tak ada yang mendengar
Kami di Racang Buka, terusir tanpa bicara
Proyek pariwisata itu bukan milik kami, hanya ilusi saja
Golo Mori, jalan itu indah bagi mereka
Namun kami yang kehilangan rumah, hidup dalam derita
Presiden meresmikan, media memuja
Tapi hak kami tak kunjung tiba, kami hanya dilupakan begitu saja
Di Poco Leok, panas bumi jadi hantu
Tanah ulayat kami, mereka anggap milik yang baru
Kami menolak, tapi siapa yang peduli? Â
Pemerintah datang dengan tentara, seolah kami tak berarti
Kemerdekaan? Apa itu merdeka? Â
Bagi kami yang diabaikan, itu hanya kata hampa
Tak ada arti jika kami terus ditindas
Oleh mereka yang seharusnya melindungi, tapi malah merampas
Kami dijajah oleh kebijakan yang memihak mereka
Oleh undang-undang yang tak pernah mengerti derita
Kami korban pembangunan, korban kemajuan
Tapi kami bukanlah bagian dari kemerdekaan
Lihatlah kami, wahai penguasa
Kami yang menangis di tengah bising ibu kota
Kami yang terus berjuang mempertahankan hak
Tapi yang kau berikan hanya ancaman dan penindasan
Apa arti kemerdekaan jika kami masih terbelenggu? Â
Apa arti keadilan jika kami selalu disingkirkan? Â
Kami menunggu hari di mana kami benar-benar merdeka
Bukan dari penjajah asing, tapi dari penindasan negeriku sendiri
Kami masih dijajah, dalam diam dan lara
Oleh mereka yang duduk di singgasana kekuasaan
Kami tak ingin merdeka hanya dalam kata
Kami ingin merdeka dalam rasa, dalam hidup yang sebenarnya
Di tanah kami yang kau rampas tanpa tanya
Kami masih bertahan, walau harapan mulai memudar
Kami ingin kebebasan yang sesungguhnya
Bukan sekadar janji-janji di atas podium megah
Kami warga yang terlupakan
Tapi kami masih hidup, masih berdiri
Meski hari-hari kami penuh dengan ketidakpastian
Kami tetap berjuang, demi kemerdekaan yang sebenarnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H