Teing hang adalah upacara adat Manggarai yang dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur dan ucapan terima kasih kepada nenek moyang, sebagai bentuk penghargaan atas bantuan dan dukungan yang selalu mereka berikan kepada masyarakat Manggarai.
Dalam teing hang, "korban sembelihan" biasanya berupa manuk bakok (ayam berbulu putih) dan manuk cepang (ayam berbulu dengan aneka warna). Setelah melakukan torok tae (pemanggilan arwah leluhur), darah ayam tersebut ditebarkan di beberapa petak sawah.Â
Keyakinan turun-temurun di masyarakat Manggarai menyatakan bahwa dengan melakukan ritus teing hang terlebih dahulu, hasil panen padi akan bertambah.
Ako Woja: Simbol Keharmonisan dan Kebersamaan
Setelah selesai dengan upacara adat, warga kampung berkumpul untuk menentukan waktu dan tata cara panen. Meskipun setiap keluarga memiliki sawah sendiri, saat panen tiba, semua sawah dianggap sebagai tanggung jawab bersama. Inilah esensi dari praktik dodo: kebersamaan dalam tindakan, di mana seluruh komunitas bergotong-royong untuk mencapai tujuan bersama.
Setiap anggota masyarakat Cekalikang turun tangan untuk membantu memanen padi di semua sawah, satu per satu. Di tengah riuhnya suasana panen, terdapat kehangatan yang timbul dari kerja sama dan kepedulian satu sama lain. Ini adalah momen di mana perbedaan sosial dan ekonomi tampaknya pudar, dan yang tersisa hanyalah semangat gotong-royong yang mengikat erat komunitas ini.
Pentingnya Mempertahankan Tradisi
Praktik ako woja di Kampung Cekalikang bukan hanya sekadar kegiatan rutin, tetapi juga merupakan peristiwa yang memperkuat ikatan sosial dan semangat gotong-royong di antara masyarakat Manggarai. Dalam setiap panen, mereka merayakan bukan hanya hasil bumi yang melimpah, tetapi juga kebersamaan dan solidaritas yang menjadi ciri khas dari kehidupan mereka.
Melalui praktik dodo ini, masyarakat Manggarai tidak hanya mempertahankan warisan budaya mereka, tetapi juga memperkuat fondasi kehidupan sosial dan agraris mereka. Di tengah arus modernisasi dan perubahan sosial, menjaga tradisi seperti dodo menjadi penting untuk memastikan kelangsungan budaya dan identitas lokal.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!