Daerah-daerah dengan populasi dan lalu lintas babi yang tinggi menjadi titik rawan penyebaran virus ini. Beberapa daerah di Indonesia yang teridentifikasi sebagai daerah rawan penularan ASF antara lain Nusa Tenggara Timur (NTT), Papua, Sulawesi Selatan, Bali, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, Kepulauan Riau, Sulawesi Tengah, dan Jawa Tengah. Penyebaran ASF di wilayah-wilayah ini menimbulkan keprihatinan besar karena dapat menyebabkan kerugian besar bagi industri peternakan babi dan juga ancaman terhadap kesejahteraan ekonomi dan sosial masyarakat setempat.
Serangan Penyakit pada Pohon Pisang
Selain ancaman ASF pada babi, petani pisang di Indonesia juga menghadapi berbagai penyakit yang menyerang tanaman pisang. Menurut Kompas.com, yang ditulis oleh Sakina Rakhma Diah Setiawan, berikut beberapa penyakit utama yang menyerang pohon pisang:
1. Penyakit Kerdil
Penyakit kerdil pada pohon pisang disebabkan oleh virus Banana bunchy top virus (BBTV) dan Abaca bunchy top virus (ABTV). Penyakit ini ditularkan oleh kutu daun (Pentalonia nigronervosa). Gejalanya meliputi daun muda yang tegak, pendek dan sempit, serta tangkai daun yang lebih pendek dari biasanya. Daun menjadi kuning di tepinya dan mengering.
Upaya pengendalian penyakit kerdil meliputi penanaman bibit bebas virus, pembongkaran dan pembakaran tanaman yang terserang, serta penyemprotan insektisida untuk mengendalikan vektor hama.
2. Layu Fusarium
Penyakit layu fusarium disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporum. Jamur ini menyebabkan daun pisang menguning, pelapah menjadi layu, dan terjadi perubahan warna pada bonggol pisang.Â
Pengendalian dilakukan dengan membersihkan gulma yang menjadi inang sementara jamur tersebut dan sanitasi lahan yang baik.
3. Layu Bakteri
Layu bakteri yang disebabkan oleh Pseudomonas solanacearum menyerang akar, bonggol, dan batang pisang.Â
Upaya pengendalian meliputi pembungkusan buah dengan plastik transparan untuk mencegah datangnya serangga dan pengelolaan drainase yang baik.
4. Penyakit Darah (BDB)
Penyakit darah atau Blood Disease Bacterium (BDB) menunjukkan gejala daun menguning dan layu, bunga jantan mengering, serta batang berubah warna menjadi kecoklatan dan membusuk.Â
Pengendalian dilakukan dengan menanam bibit yang sehat, membongkar dan membakar tanaman yang terserang, serta penyemprotan bakterisida.