Saat teror Stalinist menimpanya dan kawan-kawan revolusionernya selama bertahun-tahun, ia berusaha menyelamatkan diri. Pada tahun 1938, selain Stalin dan beberapa yang meninggal secara alami, Kollontai adalah satu-satunya anggota Komite Sentral bulan Oktober 1917 yang tersisa tanpa lumuran darah. Bagi Stalin, ia adalah orang yang mudah ditaklukkan tanpa kekerasan. Sebagai seorang Bolshevik lama dan figur yang populer di dunia internasional, ia dapat digunakan untuk menunjukkan kemajuan Soviet dalam isu kebebasan perempuan.
Kollontai meninggal pada tahun 1952 dalam keadaan terlupakan, dengan pemikiran yang dikekang, namun tetap mendukung Uni Soviet. Ia merasa berbicara tentang keburukan pemerintahan Stalin adalah sia-sia ketika aroma kemenangan revolusi masih terasa. Ia menghibur diri dengan berpikir bahwa "Semuanya akan hilang oleh waktu. Ide-ide yang humanistik akan selalu menang ... Kecenderungan garis reaksioner tidak akan mampu bertahan lama. Tidak akan pernah! Sejarah telah membuktikan ini di banyak negara dan masyarakat."
Gerakan pembebasan perempuan pada akhir 1960-an dan 70-an menghidupkan kembali kenangan akan perempuan luar biasa ini, yang berjuang dengan gigih untuk sosialisme dan pembebasan perempuan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H