berDIALEKTIKA MATERIALISME
Pemahaman ini mengingatkan kita untuk memilih memperkuat persatuan dengan kelompok progresif lainnya melalui penciptaan dan pemeliharaan kondisi-kondisi yang diperlukan. Di sisi lain, kita juga harus berupaya untuk terus memisahkan musuh dari sekutunya dan melemahkan persatuan mereka. Selain itu, kita perlu secara cermat mempertimbangkan situasi di mana kita akan memilih bentuk perjuangan yang bersifat antagonistik atau non-antagonistik dalam menghadapi musuh.
1. Hukum dialektika dan metode dialektika
Apa itu metode dialektika? Metode ini memandang, menyelidiki, dan menganalisis segala sesuatu yang kita hadapi secara konkret, berdasarkan prinsip-prinsip hukum dialektika yang berlaku secara objektif. Namun, penerapan metode dialektika dipengaruhi oleh dua faktor subjektif, yaitu:
a. Seberapa lengkap dan akurat pengetahuan seseorang tentang hukum dialektika.
b. Seberapa banyak pengalaman yang dimilikinya dalam praktik menggunakan metode tersebut, atau sejauh mana keterampilannya dalam penerapannya.
Dengan memahami perbedaan antara hukum dialektika yang objektif dan metode dialektika yang subjektif, kita dapat mengaplikasikannya secara praktis sebagai berikut:
a. Kita harus terus melatih pandangan dialektika materialis kita, dengan rajin mempelajari teori-teori revolusioner, mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan secara saksama, dan yang terpenting, terlibat langsung dalam praktik, terutama dalam perjuangan massa rakyat revolusioner.
b. Melatih cara pandang dengan metode dialektika, yaitu meneliti, menganalisis, dan memecahkan setiap masalah yang kita hadapi, misalnya dengan mengenal sesuatu secara objektif dan selengkap mungkin, mengumpulkan data, berdiskusi dengan rekan-rekan, berdialog dengan massa rakyat, mendengarkan pendapat orang lain, mempelajari tulisan, analisis, atau karya ilmiah orang lain, serta berusaha menyimpulkan dan menganalisis serta menguraikan secara sistematis, baik secara lisan maupun tulisan.
Metode dialektika diterapkan berdasarkan hukum-hukum umum dialektika sebagai pedoman untuk mendekati, mengenali, dan menganalisis hal-hal yang khusus dan konkret, serta untuk menemukan hukum-hukum dialektika yang khusus dalam menguasai hal-hal tersebut. Hukum-hukum dialektika yang umum bersifat abstrak, merupakan hasil abstraksi dari hukum-hukum dialektika yang khusus dan konkret dalam realitas. Sebenarnya, hukum umum dialektika itu tidak ada; yang ada hanyalah hukum-hukum dialektika yang khusus dan konkret. Setiap masalah memiliki hukum dialektika yang khusus dan konkret. Oleh karena itu, memecahkan suatu masalah berarti menemukan dan memahami hukum dialektikanya yang khusus. Hukum-hukum umum hanya berfungsi sebagai pedoman. Seperti yang dikatakan oleh para revolusioner sepanjang sejarah pergerakan rakyat: jangan berbicara secara umum dan abstrak, tetapi pecahkan masalah secara khusus dan konkret.
2. Hukum umum dialektika yang pertama: Kesatuan dari segi-segi yang berlawanan
Dalam karya 'Anti-Duhring', Engels memperkenalkan tiga hukum umum dialektika. Hukum dialektika pertama, yakni Kesatuan dari segi-segi yang berlawanan atau kontradiksi, menunjukkan bahwa pergerakan dunia material atau realitas objektif terjadi karena adanya segi-segi atau faktor-faktor yang saling bertentangan di dalamnya. Oleh karena itu, secara mendasar, 'dialektika adalah studi tentang kontradiksi dalam esensi segala sesuatu'. Dengan kata lain, hukum kontradiksi adalah inti dari dialektika. Tanpa adanya kontradiksi internal, tidak akan ada gerak dan perkembangan, yang berarti tidak ada eksistensi sama sekali.
a. **Pengertian tentang Kontradiksi** Â
  Dalam filsafat, pengertian kontradiksi sangat luas, tidak hanya mencakup segi-segi yang berlawanan atau bertentangan, tetapi juga segi-segi yang berbeda dan berlainan.
b. **Keumuman Kontradiksi** Â
  Terdapat dua aspek: pertama, bahwa dalam segala hal terdapat segi-segi yang berkontradiksi. Kedua, bahwa dalam setiap proses perkembangan, dari satu tahap ke tahap lainnya, selalu ada kontradiksi. Setelah satu kontradiksi pada tahap tertentu terselesaikan, kontradiksi baru akan muncul pada tahap perkembangan yang berikutnya, dan proses ini terus berlanjut. Implikasi praktis dari pemahaman ini adalah bahwa kita tidak boleh menghindari kontradiksi atau masalah, dan kita tidak boleh merasa lelah atau putus asa dalam menghadapi dan menyelesaikan kontradiksi (masalah). Di dunia ini, tidak ada masalah yang dapat diselesaikan secara permanen tanpa munculnya masalah baru.
c. **Kekhususan Kontradiksi** Â
  Kekhususan kontradiksi memiliki dua pengertian: pertama, bahwa setiap hal memiliki kontradiksi yang khas, berbeda dengan kontradiksi pada hal lainnya. Kedua, dalam proses perkembangannya, setiap tahap memiliki kontradiksi yang khas, sehingga kita dapat membedakan satu tahap perkembangan dari yang lain. Sebagai contoh, dalam perkembangan kupu-kupu, kontradiksi pada tahap telur berbeda dengan kontradiksi pada tahap ulat, dan seterusnya. Implikasi praktisnya adalah kita harus mengenali dan menyelesaikan masalah secara konkret, tidak boleh hanya secara umum dan garis besar, atau dengan sekadar meniru. Cara penyelesaian masalah tertentu tidak bisa diterapkan mentah-mentah pada masalah lain. Demikian pula, solusi untuk suatu tahap perkembangan tertentu tidak dapat diterapkan secara langsung pada tahap perkembangan yang berbeda.
d. **Kontradiksi Dasar** Â
  Dalam suatu materi atau realitas objektif, terdapat lebih dari satu kontradiksi. Kontradiksi atau kontradiksi-kontradiksi yang menentukan sifat dari suatu materi atau realitas objektif, atau yang menentukan keberadaannya, disebut sebagai kontradiksi atau kontradiksi-kontradiksi dasar. Perubahan pada kontradiksi dasar berarti perubahan dari satu kualitas ke kualitas lain, atau dari satu materi menjadi materi yang lain. Misalnya, eksploitasi buruh oleh kaum kapitalis merupakan kontradiksi dasar dari masyarakat kapitalis, dan ketika kontradiksi ini hilang, masyarakat kapitalis juga akan lenyap dan berubah menjadi masyarakat yang berbeda.
  Implikasi praktis dari pemahaman ini adalah kita hanya bisa memahami sesuatu dengan baik jika kita mengenali dengan jelas apa kontradiksi dasarnya. Hanya dengan demikian kita dapat mengetahui apakah sesuatu mengalami perubahan kualitatif, dan juga dapat berusaha untuk mengubahnya.
e. **Kontradiksi Pokok atau Utama** Â
Pada setiap tahap perkembangan suatu hal, tidak semua kontradiksi yang ada memiliki peran yang sama. Di antara kontradiksi-kontradiksi tersebut, pasti ada satu kontradiksi yang paling menonjol dan memainkan peran utama. Kontradiksi ini disebut sebagai kontradiksi pokok atau utama. Contohnya, sebelum kemerdekaan tahun 1945, kontradiksi antara rakyat Indonesia (terutama pekerja) dengan penjajah kolonial merupakan kontradiksi pokok dalam masyarakat Indonesia. Implikasi praktisnya adalah kita harus dapat mengidentifikasi kontradiksi pokok ini, karena dengan menyelesaikannya, kontradiksi-kontradiksi lain dapat diselesaikan dengan lebih mudah. Misalnya, tanpa memecahkan kontradiksi antara rakyat Indonesia dan penguasa kolonial, kita tidak bisa menyelesaikan kontradiksi antara kaum petani dan tuan-tuan feodal, karena kelas feodal ini dipertahankan oleh sistem kolonial.
f. **Mutasi** Â
Kontradiksi pokok tidak selalu tetap. Dalam kondisi dan situasi tertentu, kontradiksi yang sebelumnya bukan pokok dapat berubah menjadi kontradiksi pokok. Pergeseran atau perubahan ini disebut mutasi kontradiksi pokok. Sebagai contoh, kaum imperialis pernah berusaha agar kontradiksi antardaerah atau antarsuku di Indonesia menjadi kontradiksi pokok, sehingga bangsa kita dapat dipecah belah dan dikuasai oleh mereka. Implikasi praktisnya adalah kita harus memahami kondisi atau syarat yang memungkinkan suatu kontradiksi untuk bermutasi menjadi kontradiksi pokok. Hanya dengan mengetahui kondisi ini, kita dapat mendorong atau mempercepat mutasi tersebut, atau sebaliknya, mencegah dan menghambatnya. Sebagaimana manusia dapat menciptakan mesin penetas dengan mengetahui secara jelas dan tepat syarat-syarat yang dibutuhkan agar telur ayam menetas menjadi anak ayam.
g. **Kedudukan Dua Segi dalam Suatu Kontradiksi** Â
Dua segi yang berkontradiksi tentu memiliki kualitas yang berbeda. Salah satu segi pasti mewakili kekuatan lama yang tidak memiliki masa depan, sedangkan segi lainnya mewakili kekuatan baru yang sedang tumbuh. Dalam proses perkembangan, kedudukan kedua segi ini juga tidak sama. Pada awal perkembangan kontradiksi, segi lama yang tampak besar dan kuat menempati posisi dominan dan memimpin, sedangkan segi baru yang masih kecil dan lemah berada dalam posisi dikuasai dan dipimpin. Namun, dalam perkembangannya, segi baru ini tumbuh dan menjadi semakin kuat, sementara segi lama semakin melemah dan usang, hingga akhirnya segi baru menggantikan segi lama sebagai pemimpin. Ini menunjukkan bahwa arah perkembangan kontradiksi mengalami perubahan. Jika sebelumnya bergerak ke satu arah, kini berbalik ke arah lain. Implikasi praktis dari pemahaman ini adalah kita harus selalu berusaha memahami dengan baik segi-segi yang berkontradiksi, baik dari segi kualitas maupun kedudukannya dalam proses perkembangan. Jika kita ingin mengalahkan musuh rakyat yang tertindas, kita harus mempelajari dengan mendalam kondisi dan posisi musuh, serta kondisi kita sendiri. Selain itu, bagi kita yang menginginkan perubahan dan pembebasan, kita harus selalu berfokus pada kekuatan-kekuatan yang sedang tumbuh dan memiliki masa depan, serta mendukung syarat-syarat yang diperlukan bagi perkembangannya, agar kita dapat membantu mempercepat pertumbuhannya.
h. **Kesatuan yang Relatif, Pertentangan yang Mutlak** Â
Ketika kita melihat dua segi dalam suatu kontradiksi, kita dapat melihat bahwa kedua segi tersebut sejak awal hingga akhir proses perkembangannya selalu bertentangan, dan selalu berusaha untuk mengenyahkan satu sama lain tanpa syarat. Ini berarti pertentangan antara kedua segi tersebut adalah mutlak, terlepas dari kondisi apapun. Kesatuan di antara keduanya mungkin terjadi karena perbedaan kualitas dan posisi dalam kesatuan tersebut, di mana ada yang menguasai dan ada yang dikuasai. Kesatuan ini bersifat sementara, karena dalam perkembangannya, kedua segi tersebut akan mengalami mutasi, di mana yang semula dikuasai akan menjadi yang menguasai, dan terjadi perubahan kualitatif, menggantikan kesatuan yang lama dengan yang baru. Pemahaman ini berarti bahwa kompromi dengan musuh hanya bersifat sementara (taktis), sedangkan perjuangan melawan musuh adalah mutlak (strategis), berlangsung terus menerus, dengan bentuk dan bidang yang bervariasi. Â
Dalam kontradiksi, ada dua pengertian:
**1. Berdasarkan wataknya, ada kontradiksi yang antagonistik, seperti antara kaum buruh dan kapitalis, atau petani dan tuan-tuan feodal, di mana kepentingannya bertentangan langsung. Ada juga kontradiksi yang non-antagonistik.
**2. Berdasarkan bentuknya, perjuangan antara kedua segi yang berkontradiksi bisa bersifat antagonistik atau non-antagonistik. Perjuangan yang non-antagonistik adalah perjuangan yang terbuka dan tidak melibatkan kekerasan. Contohnya, perjuangan kaum buruh melawan majikan yang masih dalam bentuk protes atau perundingan, atau bahkan mogok kerja yang tertib, masih digolongkan sebagai perjuangan non-antagonistik. Namun, jika terjadi pengambilalihan pabrik dengan kekerasan, maka perjuangan tersebut menjadi antagonistik. Kontradiksi yang bersifat antagonistik belum tentu harus langsung mengambil bentuk perjuangan yang antagonistik; bisa saja masih dalam bentuk perjuangan non-antagonistik, seperti aksi-aksi reformasi. Semua tergantung pada kondisi dan situasi yang ada. Namun, pada tingkat terakhir dari perkembangannya, kontradiksi ini pada umumnya akan mengambil bentuk perjuangan yang antagonistik, karena tidak ada penguasa yang rela menyerahkan kekuasaannya secara sukarela; mereka akan mempertahankannya dengan kekerasan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H