Mohon tunggu...
Aristyanto (Ais) Muslim
Aristyanto (Ais) Muslim Mohon Tunggu... Guru - Guru SMP

Saya memiliki hobi membaca dan mencari baik ilmu dan pengalaman di buku dan teknologi

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Sekapur Sirih tentang Metode Berpikir: Hakikat sebagai Seorang Manusia

21 Agustus 2024   12:30 Diperbarui: 21 Agustus 2024   16:24 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Materialisme Dialektika: Menyatakan bahwa segala sesuatu terus berkembang sesuai hukum-hukum dialektika. Pandangan ini melihat dunia sebagai suatu keseluruhan yang terus-menerus berkembang dan berubah, tidak statis. Contoh dalam kehidupan sehari-hari termasuk ungkapan seperti "bumi berputar terus, ada siang ada malam" dan "habis gelap terbitlah terang." Ini menunjukkan bahwa dunia dan kehidupan selalu mengalami perkembangan.

INTI PANDANGAN MATERIALISME DIALEKTIKA

KENYATAAN ADALAH MATERIAL

Seperti halnya filsafat materialis lainnya, materialisme dialektik menegaskan bahwa materi atau keadaan (being) adalah yang pertama (primer), sedangkan ide atau pikiran adalah yang kedua (sekunder). Materi di sini bukan hanya benda fisik, tetapi segala sesuatu yang nyata dan dapat ditangkap oleh indera—dilihat, dibaui, didengar, diraba, dan dirasakan. Yang lebih penting, materialisme dialektik mengakui bahwa materi atau kenyataan objektif itu ada di luar kesadaran subjektif kita, artinya, keberadaan materi tidak bergantung pada kesadaran atau pengetahuan kita. Misalnya, pengaruh resesi ekonomi dunia terhadap ekonomi kita tetap ada, terlepas dari apakah kita menyadarinya atau tidak. Ada orang yang hanya menganggap sesuatu sebagai kenyataan jika mereka sudah menyadarinya; dengan kata lain, mereka berpikir bahwa keberadaan suatu kenyataan ditentukan oleh kesadaran subjektif mereka. Pandangan ini disebut idealisme subjektif. Tanpa disadari, seseorang bisa terjebak dalam pandangan ini, hingga jatuh ke dalam subjektivisme.

Dasar material dari pandangan bahwa ide atau pikiran adalah sekunder adalah sebagai berikut:

  1. Ide atau Pikiran Berasal dari Materi: Sebuah ide atau pikiran harus dihasilkan oleh materi, yaitu otak. Tanpa otak, tidak akan ada ide atau pikiran.

  2. Isi Ide Adalah Refleksi dari Kenyataan Objektif: Sebuah ide adalah refleksi dari kenyataan objektif atau materi, meskipun materi tersebut sangat abstrak. Misalnya, ide tentang masyarakat yang adil dan makmur adalah refleksi dari kenyataan masyarakat yang tidak adil dan miskin, yang kemudian melahirkan cita-cita tentang masyarakat yang adil dan makmur.

Dalam mencerminkan kenyataan objektif, ide atau pikiran tidak hanya berfungsi sebagai cermin atau alat pemotret yang hanya mencerminkan objek apa adanya. Ide dapat mengembangkan lebih jauh, menghubungkan, membandingkan dengan kenyataan lain, dan kemudian menarik kesimpulan atau keputusan, yang pada akhirnya melahirkan ide untuk mengubah kenyataan tersebut. Peran aktif dari ide ini sangat penting dalam pandangan materialisme dialektik, karena tujuan utama berpikir adalah untuk memecahkan masalah atau mengubah kenyataan, bukan hanya sekadar mencerminkan kenyataan tersebut. Namun, ide itu sendiri tidak dapat langsung mengubah kenyataan atau keadaan; untuk mewujudkannya, ide memerlukan dukungan kekuatan material. Kekuatan material inilah yang secara konkret mengubah kenyataan atau keadaan tersebut. Misalnya, gagasan tentang kemerdekaan Indonesia tidak akan menjadi kenyataan tanpa menghimpun dan menggerakkan rakyat Indonesia untuk mewujudkannya.

Manfaat praktis dari prinsip pertama filsafat materialisme dialektik adalah bahwa ketika menghadapi suatu masalah, kita harus memulai dari kenyataan objektif sebagaimana adanya, bukan dari dugaan atau pikiran subjektif kita. Dengan pengetahuan yang lengkap mengenai kenyataan tersebut, barulah kita dapat menyusun ide atau cara yang tepat untuk menyelesaikannya.

KENYATAAN ADALAH KESATUAN ORGANIK

Dunia material atau kenyataan objektif merupakan suatu kesatuan yang organik, di mana setiap gejala atau peristiwa yang terjadi tidak berdiri sendiri, melainkan saling berhubungan satu sama lain. Seperti tubuh manusia, setiap bagian memiliki hubungan yang tak terpisahkan dengan bagian lainnya. Oleh karena itu, suatu gejala hanya dapat dipahami dan dijelaskan jika dilihat dalam hubungannya dengan keadaan-keadaan lain yang terkait di sekitarnya, sebagai gejala-gejala yang saling memengaruhi. Misalnya, pertumbuhan padi hanya dapat dipahami jika kita memahami hubungannya dengan kondisi tanah, air, matahari, serta hubungan antar bagian-bagian dari tanaman padi itu sendiri, seperti akar, batang, dan daun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun