Drama tersebut diperankan oleh beberapa aktor dan aktris diantaranya; Skyler Gisondo, Kara Hayward, Sophia Hammons, Barbara Gehring, dan Chris Grundy.
Dalam keluarga kecil itu diperlihatkan hubungan yang mulai memburuk karena smartphone yang mereka pegang. Mereka berdekatan secara fisik, tapi pikiran dan jiwa mereka perlahan berjauhan.
Hubungan sosial anak-anak keluarga tersebut juga mengalami perubahan karena penggunaan media sosial. Tuntutan dan tren media sosial membuat mereka tertekan, cemas, bahkan depresi.
Ancaman lain seperti cyberbullying, propaganda, paparan radikalisme, dan masalah sosial lainnya juga diilustrasikan dalam film ini.
Selain itu, drama keluarga dalam film ini dibuat semakin menarik dengan ilustrasi yang menggambarkan proses dibalik layar dari platform teknologi saat mengendalikan kehidupan penggunanya.
Bukan film yang mengajak untuk anti pada teknologi
Jangan salah paham. Meski mengungkap berbagai sisi negatif dari teknologi, khususnya internet dan media sosial, film dokumenter ini tidak bertujuan untuk membuat orang-orang menjadi takut dan anti dengan perkembangan teknologi.
Karena sejak awal sudah mereka sampaikan, bahwa kemajuan teknologi ini membawa banyak sekali dampak positif bagi manusia.
Menghubungkan banyak orang di seluruh dunia, menjaga ikatan yang terpisah jarak, menjaring wawasan dan pengetahuan yang melimpah, serta beragam manfaat lainnya.
Namun yang perlu mendapat perhatian serius adalah cara kerja perusahaan teknologi yang harus dibenahi. Perusahaan teknologi harus mengutamakan kepentingan sosial di atas kepentingan lainnya terutama kepentingan bisnis.
Sebab mereka punya tanggung jawab besar atas isu-isu yang tersebar melalui platform yang mereka buat.
Peran kita sebagai pengguna teknologi juga dibutuhkan dengan membentuk pikiran dan sikap bijak demi terciptanya lingkungan sosial yang kondusif dan jauh dari kata manipulasi.