film dokumenter, ada satu judul film yang saya sukai dan masih melekat dalam ingatan.
Membahas soalFilm dokumenter yang sedikit-banyak memengaruhi cara berpikir dan perilaku saya dalam menggunakan internet dan media sosial.
Film dokumenter tersebut berjudul The Social Dilemma. The Social Dilemma merupakan film original Netflix yang tayang pada tahun 2020. Film ini disutradarai oleh Jeff Orlowski dengan durasi 94 menit.
Memang sudah tayang cukup lama, tapi saya rasa film dokumenter ini akan tetap relate dengan kehidupan manusia sampai beberapa tahun atau malah puluhan tahun kedepan.
Karena The Social Dilemma menyorot tren perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang sampai saat ini masih dan bisa jadi seterusnya akan hidup berdampingan dengan manusia.
Mengungkap sisi gelap teknologi dari berbagai sudut pandang
Secara garis besar, The Social Dilemma mengangkat tema sisi gelap teknologi yang secara sadar-tak sadar menjadi hal yang mengkhawatirkan bagi kehidupan sosial manusia.
Kekhawatiran itu juga dirasakan oleh orang-orang hebat nan cerdas yang berada dibalik pengembangannya.
Nama-nama mantan petinggi perusahaan teknologi seperti Google, Apple, Facebook, Instagram, Twitter, Pinterest, Youtube, dan lainnya dihadirkan untuk menjadi narasumber dalam film ini.
Mereka menyampaikan permasalahan kompleks yang berasal dari penggunaan platform yang mereka kembangkan.
Mereka menyebut, sumber masalahnya berasal dari perusahaan pengembang teknologi itu sendiri yang mendesain platform buatannya dengan bentuk yang persuasif dan adiktif.
Ironisnya, Tim Kendall ikut merasakan dampaknya. Orang yang dahulunya sempat menjabat sebagai Presiden Pinterest dan juga bekerja di perusahaan Facebook selama lima tahun itu mengakui pengaruh buruk dari keberadaan teknologi.
Tim mengatakan bahwa ia justru terperangkap oleh platform buatan perusahaannya sendiri. Ia menjadi kecanduan menatap layar ponselnya dan kerap kali abai dengan keluarganya. Narasumber lain juga menuturkan hal serupa.
Dari sisi yang lebih luas lagi, teknologi disebut sebagai alat yang sangat efektif untuk mengendalikan massa.
Melalui informasi palsu, menyesatkan, dan provokatif yang beredar di platform media sosial, masyarakat bisa dipengaruhi dan dimanipulasi.
Massa yang tergiring kabar-kabar bohong dan keliru itu bisa menimbulkan masalah sosial yang lebih besar, seperti kepanikan massal, perpecahan, bahkan kerusuhan.
Sementara itu, dari sisi bisnis sendiri, berbagai platform yang dibuat dan dikembangkan oleh perusahaan teknologi bertujuan untuk meraup keuntungan sebesar-besarnya.
Narasumber mengakui hal itu dalam sesi wawancara yang dibuat. Perusahaan menempatkan kita, pengguna platform teknologi sebagai 'produk' yang dijual.
Maksudnya adalah perusahaan teknologi berusaha menarik perhatian kita untuk lebih lama menatap dan scrolling di platform buatan mereka.
Dengan begitu platform tersebut bisa menampilkan lebih banyak tayangan iklan yang dibayar oleh pengiklan kepada perusahaan. Sederhananya, 'produk' yang dimaksud adalah perhatian kita yang dijual kepada pengiklan.
Bukan cuma dari sisi bisnis saja, The Social Dilemma juga membahas masalah kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan terutama pada kalangan remaja yang disebabkan oleh penggunaan teknologi.
Film dokumenter dengan bumbu drama keluarga
Tak sekadar tanya jawab biasa, The Social Dilemma juga menyajikan drama keluarga sebagai ilustrasi masalah dari penggunaan teknologi.
Adegan drama keluarga dalam film ini dibuat relate dengan kondisi yang kebanyakan terjadi di lingkungan masyarakat.
Drama tersebut diperankan oleh beberapa aktor dan aktris diantaranya; Skyler Gisondo, Kara Hayward, Sophia Hammons, Barbara Gehring, dan Chris Grundy.
Dalam keluarga kecil itu diperlihatkan hubungan yang mulai memburuk karena smartphone yang mereka pegang. Mereka berdekatan secara fisik, tapi pikiran dan jiwa mereka perlahan berjauhan.
Hubungan sosial anak-anak keluarga tersebut juga mengalami perubahan karena penggunaan media sosial. Tuntutan dan tren media sosial membuat mereka tertekan, cemas, bahkan depresi.
Ancaman lain seperti cyberbullying, propaganda, paparan radikalisme, dan masalah sosial lainnya juga diilustrasikan dalam film ini.
Selain itu, drama keluarga dalam film ini dibuat semakin menarik dengan ilustrasi yang menggambarkan proses dibalik layar dari platform teknologi saat mengendalikan kehidupan penggunanya.
Bukan film yang mengajak untuk anti pada teknologi
Jangan salah paham. Meski mengungkap berbagai sisi negatif dari teknologi, khususnya internet dan media sosial, film dokumenter ini tidak bertujuan untuk membuat orang-orang menjadi takut dan anti dengan perkembangan teknologi.
Karena sejak awal sudah mereka sampaikan, bahwa kemajuan teknologi ini membawa banyak sekali dampak positif bagi manusia.
Menghubungkan banyak orang di seluruh dunia, menjaga ikatan yang terpisah jarak, menjaring wawasan dan pengetahuan yang melimpah, serta beragam manfaat lainnya.
Namun yang perlu mendapat perhatian serius adalah cara kerja perusahaan teknologi yang harus dibenahi. Perusahaan teknologi harus mengutamakan kepentingan sosial di atas kepentingan lainnya terutama kepentingan bisnis.
Sebab mereka punya tanggung jawab besar atas isu-isu yang tersebar melalui platform yang mereka buat.
Peran kita sebagai pengguna teknologi juga dibutuhkan dengan membentuk pikiran dan sikap bijak demi terciptanya lingkungan sosial yang kondusif dan jauh dari kata manipulasi.
Menurut saya pribadi, The Social Dilemma adalah salah satu film dokumenter yang harus ditonton setidaknya satu kali seumur hidup.
Karena film dokumenter ini cukup sukses membuka mata kita untuk menyadari fakta betapa rumit dan dilematisnya teknologi yang ada saat ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H