Mohon tunggu...
ARI SUDRAJAT
ARI SUDRAJAT Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Jadilah bagian dari perubahan untuk bangsa yang besar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengungkap Keindahan Alam Kampung Nelayan Bobaneigo Halmahera Barat

17 September 2022   09:45 Diperbarui: 17 September 2022   09:57 716
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perahu lokal (Bagang) yang terdampar di pinggiran pantai Bobaneigo/dokpri

Pagi yang tenang dan damai disambut keramahan warga penduduk desa setempat. Potret pagi ini saya abadikan dilayar kamera ponsel. Senyum dan sapa yang begitu hangat bersahaja menandakan penduduk Bobaneigo adalah masyarakat yang ramah dan bersahabat.

Pada tulisan sebelumnya saya menceritakan kisah getir yang dialami pada saat saya bertugas di Kabupaten Halmahera barat, tepatnya di Desa Bobaneigo yang lokasinya dekat dengan teluk Halmahera.

Namun dibalik itu ada surga yang menambah semangat saya untuk mengabdi sebagai pejuang masa depan untuk anak bangsa. Sebagai seorang  pengagum keindahan alam, saya menyaksikan daerah Halmahera yang penuh kejutan akan keindahan alam.

Kejutan itu nampak jelas di mata kepala saya, bukan sembarang pelosok tapi justru disini merupakan tempat wisata yang jauh lebih indah menyimpan banyak kekayaan alam yang jarang orang ketahui. Kultur yang beraneka ragam. Ditambah lagi adanya berlian hidup Indonesia, flora dan fauna.

Perahu lokal (Bagang) yang terdampar di pinggiran pantai Bobaneigo/dokpri
Perahu lokal (Bagang) yang terdampar di pinggiran pantai Bobaneigo/dokpri

Kabupaten Halmahera Barat berada di Pulau Halmahera yang terletak diantara 1o - 3o Lintang Utara dan 125o - 128o BT berbatasan dangan Kabupaten Halmahera Utara, Laut Maluku dan Kota Ternate, Halmahera Selatan dan Halmahera Timur, dan Kota Tidore Kepulauan.

Pagi itu, saya mengunjungi Kampung nelayan desa Bobaneigo, lantaran penasaran dengan laut yang indah. Di sekeliling pantai, deretan pulau kecil dan hutan mangrove menjadi pelengkap sempurna, seakan tempat ini telah didesain oleh sang pencipta untuk diwariskan oleh penduduk bersuku Gorap.

Suku Gorap merupakan penduduk asli di desa ini, Bobaneigo. Berada dikawasan teluk Halmahera, mereka hidup sebagai nelayan mencari ikan di laut dengan menggunakan perahu lokal yang disebut Bagang. Begitulah cara hidup dan mempertahankan budaya masyarakat suku Gorap. 

Suku Gorap sendiri adalah salah satu dari tujuh suku yang mendiami dataran pulau Halmahera bagian barat. Enam diantara adalah suku Loloda, Tabaru, Gamkonora, Wayoli, Sahu, dan Suku Ternate.

Selain suku diatas, ada beberapa suku yang bertetangga, namun secara administratif sudah masuk kedalam wilayah Halmahera Utara, yaitu dua suku besar Galela dan Tobelo. Kemudian suku Tidore di Pulau Tidore serta suku Makean yang tersebar di tanah Halmahera.

Selain itu, ada berbagai keunikan ragam motif kerajinan tangan suku Gorap di Bobaneigo, Halmahera Barat bagian timur. Sebuah nilai seni dan estetika yang unik dari tangan- tangan pengrajin tikar suku Gorap. Keindahan anyaman itu juga diciptakan oleh kaum perempuan Bobaneigo yang pandai membuat produk anyaman tikar dengan sentuhan bermacam-macam motif  yang menawan.

TIKARI atau tikar anyaman bambu hasil produk suku Gorap Bobaneigo/dokpri
TIKARI atau tikar anyaman bambu hasil produk suku Gorap Bobaneigo/dokpri

Orang-orang suku Gorap biasa menyebutnya "TIKARI". Terbuat dari bahan daun pandan yang sudah dikeringkan. Dalam proses pembuatannya butuh waktu selama sebulan, dibutuhkan kesabaran yang tinggi dan keuletan serta nilai seni yang tinggi.

Mata pencaharian masyarakat disini rata-rata dari hasil laut, memanfaatkan sumberdaya yang sudah disediakan oleh alam. Selin itu ada juga yang berkebun, seperti cengkeh, Kopra dan pala. 

Masyarakat suku Gorap memiliki bahan makanan pokok seperti sagu, ubi kayu, pisang dan beras. Bahan makanan tersebut mudah didapatkan lantaran hidup diatas tanah yang subur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun