Mohon tunggu...
Aristyanto
Aristyanto Mohon Tunggu... Guru - Aku iki wong cilik sing ndeso, lugu tur wagu ning kudu digugu

Hobi catur, badminton dan (sedang mulai suka) menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Uang Saku Anak dan Permasalahannya

9 Januari 2023   13:28 Diperbarui: 9 Januari 2023   13:31 1481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

UANG SAKU ANAK DAN PERMASALAHANNYA

"Mamah, uang saku aku ditambah lah, teman-temanku sangunya pada 15 ribu", begitu kata-kata lirih yang keluar dari mulut anak laki-laki ketigaku yang masih duduk dibangku kelas 4 SD tadi malam, ketika kami balik dari masjid dekat rumah, melangkah bersama, menyusuri jalan pulang selepas sholat 'Isa berjamaah. Mulutnya terkatup kuat dan bibirnya bergetar hebat menahan luapan tangis hatinya. Di balik kegamangan ucapan kata-katanya yang ku-tangkap, yang ku-yakin telah sempat menggelayut penuh kebimbangan di hatinya selama seharian tadi, dia terlihat lega dengan curahan dan luapan kata-katanya itu. Sambil tetap berjalan pulang, kulihat kelopak matanya basah akibat rembesan air mata, entah karena haru atau sedih.

Pantas saja, kulihat anakku yang nomor tiga ini selama seharian dirumah terlihat murung wajahnya. Tidak seperti biasanya dia lalui hari-hari istirahat sepulang sekolahnya, dengan hanya stay di rumah dan tidak pergi bermain kemanapun, ternyata ini jawaban dari pertanyaan yang sempat singgah dibenakku tadi, anakku punya masalah dengan besaran uang saku harian yang biasa ia terima dariku, lalu hatinya berkecamuk keras, protes dan berontak dengan kenyataan itu, hingga kemudian jadi satu pikiran yang mengganjal di benaknya selama seharian yang pada akhirnya kini tercurahkan juga. Ia berusaha melobi ibunya dengan permintaan uang tambahan jajannya.

Lalu, apakah uang saku itu? Perlukah anak diberi uang saku? Berapa besaran uang saku yang pantas untuk anak? Kemudian, terkait permintaan tambahan uang saku dari anak, haruskah dikabulkan?

Pengertian Uang Saku

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti uang saku adalah uang yang dibawa untuk keperluan sewaktu-waktu. Arti lainnya dari uang saku adalah uang jajan.

Menurut Yusuf C dalam Uang Saku Anak dan Cara Mengaturnya, Uang saku anak adalah uang pemberian orang tua yang diperuntukkan secara berkala untuk keperluan uang jajan selama anak bersekolah, oleh karenanya uang saku dikenal juga dengan uang jajan.

Besaran Uang Saku Anak

Hal yang seringkali membuat orangtua bingung adalah mengenai besaran uang jajan anak, mengingat tidak ada patokan baku tentang besaran uang saku pada anak. Setiap orangtua bisa berbeda-beda dalam menentukan nominal uang saku anak. Lantas, berapa besaran uang saku anak sekolah?

Untuk menjawab pertanyaan itu dan menentukan besaran pasti uang jajan anak sekolah, berikut ini adalah hal-hal yang bisa menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan berapa uang saku anak sekolah masih menurut Yusuf C dalam tulisannya Uang Saku Anak dan Cara Mengaturnya.

1. Melihat keumuman

Salah satu hal yang bisa menjadi patokan besaran uang saku bagi anak sekolah adalah dengan melihat keumuman yang diberikan orangtua lainnya. Ditempat saya untuk anak usia sekolah dasar, umumnya pemberian uang jajan sebesar Rp  2 ribu sampai Rp 5 ribu. Sedangkan uang jajan anak SMP sebesar Rp 5 ribu sampai Rp 10 ribu, dan untuk uang jajan anak SMA secara umum sebesar Rp 10 ribu sampai 15 ribu per hari.

Tetapi keumuman besaran uang saku anak ini tentu saja tidak hanya tergantung tingkat atau jenjang sekolahnya saja tetapi juga sesuai strata sosial ekonomi orang tua dan sekolah tempat anak belajar.  Uang saku anak dengan strata ekonomi orang tua menengah keatas tentu tidak akan sama dengan uang jajan anak dari orang tua sederhana maupun miskin. Uang saku anak sekolah negeri biasa tentu akan berbeda dengan uang saku anak yang bersekolah di sekolah-sekolah favorite dan mahal.

2. Melihat usia anak

Aspek lain yang menentukan besaran uang jajan untuk anak adalah dengan melihat usia anak. Tidak disarankan terjadinya penyamaan besaran nominal uang saku untuk anak SD, SMP dan SMA. Karena setiap anak sesuai usianya mempunyai kebutuhan yang berbeda-beda. Anak-anak yang lebih tua dan memiliki jenjang pendidikan lebih tinggi tentu akan mempunyai kebutuhan akan uang yang lebih besar daripada anak yang masih muda dengan jenjang pendidikan yang lebih rendah. Pendek kata, dalam menentukan berapa besaran uang saku anak sekolah orangtua bisa memperhatikan kebutuhan anak secara lebih seksama. Yang menjadi bahan pertimbangan paling umum adalah dengan memperhatikan apakah sang anak suka bawa bekal makanan sendiri dari rumah ketika sekolah atau tidak, ataupun melihat apakah sang anak menanggung biaya transportasi sendiri atau tidak. Semua itu bisa menjadi penentu besar kecilnya nominal uang saku bagi anak sekolah.

Manfaat Pemberian Uang Saku.

Setiap orangtua mempunyai norma, kebijakan dan aturan yang berbeda-beda dalam menerapkan uang jajan atau uang saku bagi anak. Apapun pilihan orang tua, baik untuk memberikan uang saku pada anak ataupun tidak maka hal tersebut tergantung situasi dan kondisi anak dan orang tuanya. Sebagian orangtua ada yang menganggap pemberian uang saku bagi anak sangat penting. Akan tetapi, sebagian orangtua yang lain menganggap pemberian uang saku bagi anak tidak penting. Namun sebagian besar orangtua lebih memilih memberikan uang saku pada anak dengan alasan banyak manfaat dan keuntungan yang akan didapat anak dengan memberikan uang saku padanya.

Memang ada sebagian orang tua yang menganggap bahwa permasalahan uang jajan anak sekolah adalah hal sepele, padahal keberadaannya sangat perlu diperhatikan mengingat hal ini dapat mempengaruhi perkembangan psikis dan mental anaknya.  Yah, meski terkesan sederhana uang jajan nyatanya bisa menjadi sarana belajar bagi anak, mulai dari belajar self control, berhitung, hingga belajar menentukan prioritas.  

Kalau anak melakukan kesalahan dalam membelanjakan uang sakunya maka sang anak akan merasakannya sendiri kerugiannya, sehingga ia dapat menyesal dan tak melakukan hal sama lagi di kemudian hari. Itulah diantara manfaat dan fungsi uang saku sebagai sarana anak untuk belajar mengelola uang dengan baik sejak dini.

Lebih lanjut manfaat memberikan uang saku pada anak yang sebaiknya kita tahu bisa dijabarkan sebagai berikut:

1. Melatih anak untuk bisa bertanggungjawab terhadap keuangannya

Dengan adanya uang saku maka sang anak akan mulai belajar mengenal cara mengatur uang. Orangtua bisa memberikan pengarahan, panduan  dan bimbingan pada anak bagaimana cara mengelola uang saku secara baik dan benar supaya uang tersebut tak lekas habis dan bermanfaat secara maksimal untuknya. 

2. Untuk memenuhi kebutuhan anak

Manfaat uang saku pada anak yang lain adalah berguna untuk memenuhi kebutuhan anak yang tak terduga. Tentu saja tidak hanya orang dewasa saja yang mempunyai kebutuhan tak terduga dalam hidupnya, anak sekolah pun seringkali menemui kebutuhan yang tak terduga ini di kehidupan sekolahnya, semisal tiba-tiba diminta guru mengkopi materi, tiba-tiba ada infak kematian orang tua teman yang meninggal, tiba-tiba ada iuran tugas kelompoknya  atau tiba-tiba perlu beli alat tulis, buku catatan yang habis dan lain sebagainya.

3. Memperkenalkan pada anak cara kelola uang yang baik

Dengan adanya uang saku buat anak maka orangtua bisa memberikan segala arahan dan informasi penting yang bermanfaat bagi anak tentang cara kelola keuangan agar anak bisa lebih cerdas dalam finansial. Semisal seperti apa itu berhemat, apa pentingnya berhemat dan menabung, bagaimana cara menabung yang baik hingga menerangkan bagaimana cara berinvestasi untuk masa depan mereka.

Mengatur Uang Saku Anak

Menurut Ibu Nadia Harsya, salah satu pakar financial planner ada beberapa cara dalam menentukan uang jajan anak yang tepat dan produktif. Lebih lanjut bahasanya sebagai berikut:

1. Ajarkan anak untuk memahami konsep uang

Hal pertama yang paling fundamental adalah mengajarkan anak tentang konsep uang. Setidaknya ada empat poin penting yang harus dipahami anak terkait hal ini, tentunya sesuai tahapan usianya. Empat konsep dasar uang tersebut adalah menghasilkan, belanja, berbagi, dan menabung.

Dalam konsep menghasilkan uang, orang tua perlu memberi pemahaman kepada anak bahwa orang secara umum harus bekerja sendiri untuk mendapatkan uang. Bentuknya bisa berupa gaji, hasil berdagang, atau yang lainnya. Anak-anak setidaknya harus paham dari mana uang berasal. Jika anak berpikir bahwa uang bisa keluar begitu saja dari mesin ATM misalnya, itu artinya pemahaman mereka tentang uang masih belum benar.

Kemudian belanja, anak harus tahu bahwa untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup maka kita harus pandai-pandai membelanjakan uang yang telah kita hasilkan itu. Mereka harus sadar bahwa kebutuhan itu banyak ragamnya, jika kita boleh bagi setidaknya kita mengenal ada tiga jenis kebutuhan hidup yaitu kebutuhan primer, sekunder dan tersier. Prioritas pemenuhan kebutuhan hidup harus ditentukan berdasarkan jenisnya ini. 

Konsep belanja yang tepat, pemenuhan kebutuhan tersier tidak boleh mengalahkan kebutuhan sekunder dan primer, pemenuhan kebutuhan sekunder tidak boleh mengalahkan kebutuhan primer dan begitu seterusnya.

Selanjutnya berbagi, dalam hal ini anak-anak harus selalu kita ingatkan, bahwa di sebagian harta milik kita ada hak-hak untuk mereka yang lebih membutuhkan. Kemudian mereka juga harus paham bahwa manusia sebagai makhluk sosial yang artinya manusia sebagai warga masyarakat, dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat berdiri sendiri dalam mencukupi kebutuhan hidupnya. Meskipun dia mempunyai kedudukan dan kekayaan yang berlimpah, manusia akan selalu membutuhkan orang lain. Maka, kesadaran untuk berbagi ini harus kita ditumbuh-kembangkan sedini mungkin ada dan hadir pada diri anak-anak kita.

Terakhir menabung, tidak ada kebutuhan besar dalam hidup kita yang bisa dipenuhi tanpa menabung dan anak harus dipahamkan konsep ini. Orang bisa punya rumah nonsen tanpa menabung dulu, orang bisa punya mobil nonsen tanpa menabung dulu, orang bisa bayar biaya rumah sakit untuk pengobatan penyakit omong kosong tanpa menabung dulu. Menabung itu bukan ketamakan dan kerakusan atas harta dan kekayaan dunia tetapi keniscayaan dan keharusan agar kebutuhan-kebutuhan besarnya kelak dapat terpenuhi.

2. Beri uang jajan sesuai usia anak

Faktor usia harus dipertimbangkan dalam pemberian uang jajan. Sebab faktanya, tidak semua anak siap diberi tanggung jawab mengelola uang karena idealnya anak bisa diberi uang jajan saat mereka berusia sekitar 8-9 tahun. Pasalnya, di usia ini anak sudah lebih matang dalam kemampuan berhitung serta sudah bisa menentukan apa yang ia mau, sedangkan untuk anak di bawah usia 8 tahun, mereka cukup dibiasakan membawa bekal dari rumah berupa barang atau makanan untuk keperluan harian mereka.

3. Sesuaikan dengan kebutuhan anak

Tak ada aturan baku terkait besaran uang jajan anak, karena masing-masing mereka memiliki ragam kebutuhan yang berbeda. Tentunya, orang tua perlu mengetahui secara rinci apa saja kebutuhan anak dan memperhitungkannya dengan bijak. Mulai dari kebutuhan jajan di kantin hingga uang transportasi jika ada.

Kebutuhan uang jajan untuk anak SD, SMP, dan SMA tentu akan berbeda. Untuk jenjang yang sama pun bahkan bisa berbeda antara daerah yang satu dengan yang lain, dan untuk lebih bijaknya orang tua mungkin perlu melakukan survei kepantasan dan kesesuaian terlebih dahulu.

4. Buat kesepakatan terkait besaran uang jajan anak

Kesepakatan tentang besaran uang jajan antara orang tua dan anak harus dibuat tegas dan jelas sejak awal. Misalnya, anak akan diberi uang jajan sekolah dengan jumlah sekian rupiah sehari. Hal ini sangat penting agar anak tidak punya prasangka buruk kepada ibu dan bapaknya akibat dari tidak transparan dan tidak jelasnya mereka khususnya dalam hal penentuan hak-hak yang boleh anak tuntut dari bahagian keuangan keluarga. Kemudian lebih lanjut, orangtua bisa memberikan pengarahan, panduan  dan bimbingan pada anak bagaimana cara mengelola uang saku secara baik dan benar supaya uang tersebut tak lekas habis dan bermanfaat secara maksimal. Terakhir, ada baiknya besaran uang jajan dilebihkan sedikit agar anak bisa belajar mengelola kelebihan dana yang ia miliki, baik untuk ditabung, beramal, maupun bersedekah.

Jika Anak Membutuhkan Uang Jajan Tambahan

Bagaimana jika karena suatu kondisi, suatu hari anak butuh uang jajan lebih dari biasanya semisal permasalahan yang menimpa saya diatas? Dalam situasi seperti ini, orang tua bisa memberlakukan syarat dan kesepakatan terpisah. Orang tua bisa memberikan penawaran misalnya "Nak, kamu boleh punya uang jajan tambahan dengan syarat A, B, C, dan seterusnya. Yang demikian ini berlaku bagi orang tua yang memang punya uang lebih dikantongnya dan bisa menyisihkan bagiannya untuk tambahan uang jajan anak. Tetapi meskipun demikian, tidak perlu kemudian orang tua membiasakan anak dengan iming-iming uang jajan ini agar mereka mau menuntaskan tugasnya. Karena nantinya anak bahkan malah akan punya kecenderungan hanya mau mengerjakan segala sesuatunya jika hanya ada reward saja.

Kemudian, bagi orang tua dengan penghasilan kecil atau pas-pasan yang kadang bahkan kesulitan membagi uang untuk pemenuhan kebutuhan harian keluarganya, ya mau bagaimana lagi? Tidak mungkin lah bagi mereka ini memaksakan diri memberi tambahan uang jajan bagi anak-anaknya jika tidak ingin kestabilan kebutuhan hidup kesehariannya terganggu. Y

ang paling bijak buat mereka ini tentunya adalah anak-anak mereka harus diberi pengertian sebisa mungkin agar mereka bisa memahami kondisi mereka yang pas-pasan itu. Bahwa boleh memang kita punya keinginan dan kemauan dalam hidup ini, tetapi bahwa tidak semua keinginan kita harus terealisasi dan tidak semua kemauan kita harus terpenuhi itu pasti. Yang terbaik bagi orang tua kemudian adalah senantiasa mencontohkan dan mengajarkan anak gaya hidup sederhana dan berhemat agar kelak anak-anak kita bisa kaya dan berkecukupan dimasa depan sesuai slogan hemat pangkal kaya.

Demikianlah beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memberikan uang jajan anak sekolah bagi orang tua. Tentu saja hal ini bukan aturan baku bagi siapapun karena pada prinsipnya orang tua juga perlu menyesuaikan diri dengan kondisi sosial ekonomi mereka masing-masing. Dengan menerapkan langkah yang tepat dalam memberikan uang jajan pada anak, secara tidak langsung kita juga telah melatih anak untuk cerdas dan berdisiplin dalam mengatur, memakai dan menggunakan uang.

Semoga informasi ini bermanfaat!

Reverensi:

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun