Selanjutnya berbagi, dalam hal ini anak-anak harus selalu kita ingatkan, bahwa di sebagian harta milik kita ada hak-hak untuk mereka yang lebih membutuhkan. Kemudian mereka juga harus paham bahwa manusia sebagai makhluk sosial yang artinya manusia sebagai warga masyarakat, dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat berdiri sendiri dalam mencukupi kebutuhan hidupnya. Meskipun dia mempunyai kedudukan dan kekayaan yang berlimpah, manusia akan selalu membutuhkan orang lain. Maka, kesadaran untuk berbagi ini harus kita ditumbuh-kembangkan sedini mungkin ada dan hadir pada diri anak-anak kita.
Terakhir menabung, tidak ada kebutuhan besar dalam hidup kita yang bisa dipenuhi tanpa menabung dan anak harus dipahamkan konsep ini. Orang bisa punya rumah nonsen tanpa menabung dulu, orang bisa punya mobil nonsen tanpa menabung dulu, orang bisa bayar biaya rumah sakit untuk pengobatan penyakit omong kosong tanpa menabung dulu. Menabung itu bukan ketamakan dan kerakusan atas harta dan kekayaan dunia tetapi keniscayaan dan keharusan agar kebutuhan-kebutuhan besarnya kelak dapat terpenuhi.
2. Beri uang jajan sesuai usia anak
Faktor usia harus dipertimbangkan dalam pemberian uang jajan. Sebab faktanya, tidak semua anak siap diberi tanggung jawab mengelola uang karena idealnya anak bisa diberi uang jajan saat mereka berusia sekitar 8-9 tahun. Pasalnya, di usia ini anak sudah lebih matang dalam kemampuan berhitung serta sudah bisa menentukan apa yang ia mau, sedangkan untuk anak di bawah usia 8 tahun, mereka cukup dibiasakan membawa bekal dari rumah berupa barang atau makanan untuk keperluan harian mereka.
3. Sesuaikan dengan kebutuhan anak
Tak ada aturan baku terkait besaran uang jajan anak, karena masing-masing mereka memiliki ragam kebutuhan yang berbeda. Tentunya, orang tua perlu mengetahui secara rinci apa saja kebutuhan anak dan memperhitungkannya dengan bijak. Mulai dari kebutuhan jajan di kantin hingga uang transportasi jika ada.
Kebutuhan uang jajan untuk anak SD, SMP, dan SMA tentu akan berbeda. Untuk jenjang yang sama pun bahkan bisa berbeda antara daerah yang satu dengan yang lain, dan untuk lebih bijaknya orang tua mungkin perlu melakukan survei kepantasan dan kesesuaian terlebih dahulu.
4. Buat kesepakatan terkait besaran uang jajan anak
Kesepakatan tentang besaran uang jajan antara orang tua dan anak harus dibuat tegas dan jelas sejak awal. Misalnya, anak akan diberi uang jajan sekolah dengan jumlah sekian rupiah sehari. Hal ini sangat penting agar anak tidak punya prasangka buruk kepada ibu dan bapaknya akibat dari tidak transparan dan tidak jelasnya mereka khususnya dalam hal penentuan hak-hak yang boleh anak tuntut dari bahagian keuangan keluarga. Kemudian lebih lanjut, orangtua bisa memberikan pengarahan, panduan  dan bimbingan pada anak bagaimana cara mengelola uang saku secara baik dan benar supaya uang tersebut tak lekas habis dan bermanfaat secara maksimal. Terakhir, ada baiknya besaran uang jajan dilebihkan sedikit agar anak bisa belajar mengelola kelebihan dana yang ia miliki, baik untuk ditabung, beramal, maupun bersedekah.
Jika Anak Membutuhkan Uang Jajan Tambahan
Bagaimana jika karena suatu kondisi, suatu hari anak butuh uang jajan lebih dari biasanya semisal permasalahan yang menimpa saya diatas? Dalam situasi seperti ini, orang tua bisa memberlakukan syarat dan kesepakatan terpisah. Orang tua bisa memberikan penawaran misalnya "Nak, kamu boleh punya uang jajan tambahan dengan syarat A, B, C, dan seterusnya. Yang demikian ini berlaku bagi orang tua yang memang punya uang lebih dikantongnya dan bisa menyisihkan bagiannya untuk tambahan uang jajan anak. Tetapi meskipun demikian, tidak perlu kemudian orang tua membiasakan anak dengan iming-iming uang jajan ini agar mereka mau menuntaskan tugasnya. Karena nantinya anak bahkan malah akan punya kecenderungan hanya mau mengerjakan segala sesuatunya jika hanya ada reward saja.