Mohon tunggu...
Ni Komang Aristya Julianingsih
Ni Komang Aristya Julianingsih Mohon Tunggu... Mahasiswa - -

Mahasiswa Undiksha

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hal yang Bisa Kita Temuin Saat Perayaan Hari Raya Kuningan

20 November 2021   10:36 Diperbarui: 20 November 2021   10:39 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Hari raya Kuningan telah tiba!!!

Hari raya Kuningan merupakan hari raya serangkaian dengan hari raya Galungan. Tepat pada Saniscara Kliwon wuku Kuningan atau Hari Sabtu Kliwon wuku Kuningan. Dilaksanakan setiap 210 hari oleh masyarakat Hindu Bali, menggunakan perhitungan kalender Bali yaitu 1 Bulan dihitung dengan 35 hari. Makna Hari raya Kuningan sama dengan Galungan yaitu merupakan hari kemenangan dharma (kebaikan)  melawan adharma (kejahatan). Dimana para leluhur yang berada dengan keluarga akan disuguhkan sesajen dalam upacara perpisahan untuk kembali ke stananya atau tempatnya masing-masing. Dipercayai juga bahwa pada hari raya Kuningan ini harus melakukan persembahyangan jangan lewat dari jam 12.00 siang, karena energi alam semesta muncul atau bangkit dari pagi hari hingga tengah hari. Setelah itu para leluhur akan kembali ke asalnya.

Hal- hal menarik apa aja sih yang bisa kita temuin di saat hari raya Kuningan ini? Yuk disimak yaa!!!

1. Membuat Nasi Kuning.

Akan terasa kurang jika tidak membuat nasi kuning pada saat hari raya Kuningan ini. Lambang dari nasi kuning sendiri adalah kemakmuran yang telah diberikan oleh Sang Pencipta ( Ida Sang Hyang Widhi Wasa) kepada kita dan juga seagai bentuk wujud terimakasih serta syukur atas segala anugerah dari Ida Sang Hyang Widhi. Nasi kuning sebagai pelengkap sesajen saat Hari Raya Kuningan. Nantinya nasi kuning akan diletakkan dalam selanggi, selanggi biasanya dibuat dari bahan daun Nangka, janur , ron. Selanggi yang dalamnya sudah diisi oleh nasi kuning melambangkan anugrah kemakmuran kepada kita semua.

Berikut cara membuat nasi kuning yang bisa kalian coba :

1. cuci beras terlebih dahulu, setelah bersih rendam dengan air kunyit serta air jeruk nipis dan diamkan selama satu malam. Jika sudah, tiriskan lalu kukus selama kurang lebih 15 menit.

2. sambil menunggu, rebus santan dan garam, kaldu jarum juga rempah-rempah yang lain sambil diaduk, jika sudah mendidih, aduk samapai uapnya menghilang.

3.  Siapkan wadah, lalu masukan beras sedikit demi sedikit sambil diaduk dengan santan hingga rata.

4. dandang dipanaskan, kemudian isi air dengan rempah-rempah rebusan santan tadi, tutup kemudian biarkan hingga mendidih, lalu kukus beras yang sudah tercampur dengan santan selama kurang lebih 30 menit.

5. nasi kuning siap untuk disajikan.

Jika kalian tidak sempat membuat nasi kuning, tidak usah khawatir karena nasi kuning bisa kita beli atau temui di pasar dekat rumah. Tak sekedar nasi saja, nasi kuning akan dilengkapi oleh beberapa lauk seperti daging ayam, kacang-kacangan, telur, kacang Panjang dan saur atau serundeng. Nasi kuning nantinya akan disantap bersama keluarga saat sudah selesai bersembahyang.

2. Sarana seperti alat senjata.

Jika kita melihat dan amati sarana serta makna yang terkandung dalam prasana upacara saat hari raya Kuningan identik dengan alat-alat seperti senjata dalam perang, seperti tamiang, Ter, endongan, dan sampian gantung.

1. Membuat Tamiang.

Membuat tamiang selalu identik dengan perayaan hari raya Kuningan. Tamiang sendiri merupakan simbol kekuatan yang isa menjaga kita dari hal-hal yang negative agar tidak sampai mengenai kita sebagai umat manusia. Tamiang berasal dari kata "tameng" yang artinya adalah sebagai pelindung diri, sehingga bisa dikatakan sebagai kekuatan dalam mempertahankan kemenangan kebaikan (dharma) yang diperoleh saat hari suci Galungan. Tamiang juga menyimbolkan Dewata Nawasanga sebagai penjaga seluruh arah mata angin. Tamiang yang berbentuk bulat diartikan sebagai roda alam atau cakraning manggilingan yang dipercayai sebagai roda kehidupan yang akan selalu berputar.Tamiang nantinya akan dipasang di pojok-pojok rumah dan di pelinggih-pelinggih rumah.  

2. Ter

Dan adapun sarana Ter. Ter disimbolkan sebagai senjata panah untuk kelengkapan perang dalam kehidupan kita dan senjata yang paling ampuh adalah ketenangan pikiran.

3. Membuat Endongan.

Endongan disimbolkan sebagai kekuatan Dewa Sangkara. Disimbolkan sebagai Dewa Sangkara karena bentuknya menyerupai senjata angkus, dan tulang lindungnya sebagai tali. Dewa Sangkara juga yang memberikan kesuburan serta kemakmuran pada kita semua. Makna dari Endongan itu sendiri adalah perbekalan. Ilmu pengetahuan dan bhakti (jnana) merupakan bekal yang paling utama dalam menjalani kehidupan. Tentunya anak-anak dan remaja sangat penting untuk mendapatkan perbekalan seperti ini. Di jaman seperti sekarang endongan seperti tas yang dilengkapi dengan segala perbekalan. Di dalam endongan berisikan daun paku cemara atau tumbuhan lain yang biasa hidup di daerah pegunungan. Di dalam endongan juga berisi makanan seperti nasi kuning beserta lauknya, dan juga jajan pisang, tebu. Makna dari simbol perang tersebut adalah kebijaksanaan, pengetahuan, etika dan hukum sebagai bentuk pelindung manusia saat dharma (kebaikan) melawan adharma (kejahatan) selama 10 hari.

4. Membuat sampian gantung.

Sampian gantung sendri merupakan makna simbolik dari penolak bala. Tersirat dalam makna peperangan agar kita selalu siap siaga dengan menjaga vibrasi diri dan lingkungan yang selalu baik. Penolak bala yang dimaksud adalah untuk meletakkan komitmen pada diri untuk selalu menjaga karakter diri, lingkungan fisik, sosial budaya yang baik.

Makna "perang" dari yang sudah dijelaskan diatas adalah pada hakikatnya sepeti kehidupan kita, bagaimana kita sebagai manusia selalu berusaha berperang dari hal negatif sehingga bisa menemukan jalan kehidupan yang lebih baik dan sejahtera, baik itu kehidupan di dunia maupun kehidupan di dunia akhirat nantinya.

Diusahakan saat membuat Banten untuk hari raya Kuningan terbuat dari bahan yang bisa dimakan. Wadah nasi kuning sendiri juga sekarang banyak yang terbuat dari ron atau janur yang berwarna, sehingga itu kurang baik jika lungsuran akan dimakan, usahakan menggunakan ron atau janur yang tidak diberi pewarna dan tak lupa dicuci dengan bersih

3. Tidak Boleh Bersembahyang Lewat dari Pukul 12.00.

Bhagawan Dwija menjelaskan mengenai waktu persembahyangan pada saat hari raya Kuningan, bahwa pada saat hari raya Kuningan, Ida Sang Hyang Widhi Wasa memberikan berkah ke dunia serta para umatnya dimulai dari pukul 00 sampai pukul 12 siang. Seperti yang sudah dijelaskan diatas bahwa hingga pukul 12 siang, energi yang ada pada alam semesta bangkit.

4. Beberapa Tradisi Daerah Bali yang Ada Pada Saat Kuningan.

a. Perang Jempana

Perang Jempana merupakan tradisi yang dilakukan pada saat hari raya Kuningan. Perang Jempana ini dilakukan oleh penduduk setempat dengan membaa tandu atau jempana yang berisi sesajen dan simbol para dewata. Ngambeng Jempana atau atraksi saling dorong antar warga yang diiringi dengan tabuhan gong baleganjur merupakan puncak dari tradisi ini. Setelah itu, para pemuka agama akan memercikkan umat dengan air suci atau yang disebut dengan tirta. Para dewa dilambangkan dengan uang logam kepeng dan  benang tridatu yang dikeluarkan dari jempana untuk kemudian dibawa kembali ke pura.

b. Ngurek

Miri dengan tradisi debus, Ngurek juga menggunakan senjata tajam sebagai alat pada tradisi ini. Senjata tajam tersebut nantinya akan melukai peserta Ngurek dengan keadaan kesurupan. Tradisi ini disebut Ngunying, yang konon merupakan uangkapan bhakti kepada Ida Sang Hyang Widhi. Ngurek berasal dari kata "urek" yang artinya menusuk. Biasanya senjata tajam yang digunakan dalam tradisi Ngurek adalah keris, tombak atau senjata tajam lainnya.

c. Gerebeg Mekotek

Gerebeg Mekotek merupakan tradisi sebagai upacara para tantara kerajaan Mengwi yang telah memenangkan peperangan melawan kerajaan Blambangan. Tradisi ini menggunakan kayu dengan Panjang 2,5 meter yang sudah dikupas kulitnya. Menggunakan kayu sebagai ganti dari tombak agar menghindari terjadi cidera seperti luka. Tradisi Mekotek ini akan menjadi permohonan berkah dan kesuburan tanah pertanian oleh penduduk setempat.

Bisa kita simpulkan bahwa dengan melalui perayaan hari raya Kuningan inilah kita diingatkan untuk selalu menjaga nyamabraya atau rasa persaudaraan, yang bisa meningkatkan rasa persatuan serta solidaritas sosial, dan tak lupa para umat diharapkan selalu ingat kepada lingkungan sehingga terciptanya harmonisasi alam semesta berserta juga dengan isinya, serta jangan pernah lupa untuk selalu mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan, Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas segala berkat-nya.q

Nahh itu dia beberapa hal-hal menarik yang bisa kita temuin pada saat hari raya Kuningan. Bagaimana? Menarik bukan?

Nama : Ni Komang Aristya Julianingsih

NIM : 2111031160

Jurusan : Pendidikan Dasar

Prodi : S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun