Mohon tunggu...
Aris Taoemesa
Aris Taoemesa Mohon Tunggu... Lainnya - Belajar

Belajar dan terus belajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dijajah oleh "Kemerdekaan"

11 September 2021   00:54 Diperbarui: 11 September 2021   01:04 511
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tampaknya perlu waktu untuk membaca tulisan ini sampai selesai untuk meluruskan kerutan di dahi akibat membaca judul tulisan ini. Saya tidak lagi sedang berlelucon dengan memberikan judul seperti di atas. Kita hanya perlu duduk bersama untuk menyamakan persepsi kita sambil seruput dua ruput kopi atau teh.

Merdeka!!! Siapa sih yang tidak semangat dengan teriakan ini? Siapa sih yang tidak ingin merdeka? Semua orang menginginkannya. Bangsa kita menginginkannya dan nyatanya negara kita sudah merdeka 76 Tahun dari penjajah yang menjajah bangsa kita selama bertahun-tahun. Dan itu sangat luar biasa!

Definisi merdeka dari berbagai sumber yaitu bebas dari perhambaan, bebas dari penjajahan, berdiri sendiri, sejahtera, kaya, kuat, dan mandiri. Semua orang pasti sudah mengetahuinya bahkan anak kecil pun tahu.

Mari kita kembali dengan frasa, "Dijajah oleh Kemerdekaan". Dua kata utama yang antonim ditambah sebuah kata penghubung "oleh" yang maknanya tidak bisa diabaikan. 

Dijajah berarti masih belum merdeka sedangkan merdeka berarti bebas dari penjajahan sehingga tidak ada lagi tekanan dan beban.  

Jika digabungkan ke dalam frasa "Dijajah oleh Kemerdekaan" maka akan berarti dijajah oleh kebebasan dari penjajah. Makin bingung? Baik, mari kita biarkan mengalir.

Merdeka memungkinkan kita untuk bebas. Bebas dari segala bentuk penjajahan, tekanan, dan bisa menentukan pilihan sendiri. Namun di sinilah letak penjajahan baru itu.

Karena orang sudah bebas dan merdeka, maka orang bebas untuk memilih bekerja atau malas-malasan. Tidak ada lagi kerja paksa. Orang bisa bebas berhenti dari pekerjaan yang ia tidak sukai. Orang bebas untuk tidur-tiduran di rumah sambil menunggu bantuan pemerintah. 

Daya juang untuk menghidupi diri sendiri (dan mungkin juga keluarga jadi semakin dianggap berat. Dan ini akan berdampak kepada negara juga. Dampaknya sangat besar, kesejahteraan rakyat.

Karena bebas dan merdeka, maka orang bebas berkomentar di media sosial dan kadang-kadang tidak mempedulikan perasaan orang lain. 

Hoaks dengan cepat beredar karena semua orang memiliki kebebasan akses, kebebasan menyebarkan, dan kebebasan membaca. Dan ini sangat sering terjadi di masyarakat kita.

Karena bebas merdeka, banyak orang merusak fasilitas negara bahkan ketika mereka sedang menyampaikan aspirasi mereka. Karena orang sudah merdeka fasum (fasilitas umum) dan fasos (fasilitas sosial) lainnya dirusak. 

Negara mengalami kerugian dan jika ini terus terjadi maka tidak heran jika negara kita semakin banyak mengeluarkan biaya lebih salah satunya untuk kerusakan-kerusakan tersebut.

Karena bebas dan merdeka, banyak orang bebas membuang sampah mereka dengan sembarangan. Bebas makan di mana saja dan bebas pula meninggalkan sisa makanan dan sampah mereka. Padahal salah satu penyebab banjir adalah penumpukan sampah pada saluran air dan jika banjir sudah terjadi maka yang kadang disalahkan adalah pemerintah.

Karena bebas dan merdeka, orang bebas pula membeli kendaraan sendiri dan bebas untuk tidak naik transportasi umum. Mobil semakin banyak, macet di mana-mana, dan polusi udara semakin tinggi. Itulah sebuah pilihan.

Karena sudah bebas dan merdeka, orang bebas tidak menjaga alam, membakar hutan, mengeksploitasi semaunya demi kepentingan sendiri dan golongan. Karena sudah bebas dan merdeka, orang bebas memiliki gaya hidup mewah dan trendi meskipun harus tercekik oleh angsuran dan hutang di mana-mana.

Karena sudah bebas dan merdeka, orang bebas untuk belajar atau tidak belajar sesuatu. Bebas untuk memilih antara main game atau belajar. Bebas untuk memilih mengembangkan kemampuannya atau berhenti dengan kemampuan sekarang (zona nyaman).

Semua hal tersebut di atas adalah kemungkinan yang bisa muncul dan memang sering muncul di era kemerdekaan kita. Saya tidak mengatakan bahwa kita harus dijajah dan menentang kemerdekaan. 

Kemerdekaan adalah sesuatu hal yang wajib dan penjajahan harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan peri-keadilan, seperti yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945.

Saya juga tidak mengatakan bahwa hidup sesuai keinginan diri sendiri adalah sesuatu yang salah, tapi batasan kebebasan tetap perlu diperhatikan. 

Ada "General Truth", istilah yang digunakan Rhenald Kasali dalam bukunya, "Transformasi Bojonegoro Melawan Kutukan Alam" atau kebenaran yang diyakini secara umum yang perlu kita junjung sama-sama. Contoh general truth tersebut adalah menghindari korupsi, tidak membuang sampah sembarang, tidak melanggar lalu lintas, dan lain-lain.

Kasarnya adalah bahwa saat ini kita sedang dijajah oleh diri kita sendiri. Diri kita sendiri (personal) menjajah diri kita sendiri dengan berdalih bahwa kita sudah merdeka sehingga kita bebas untuk melakukan apa saja sesuai dengan keinginan diri kita sendiri. 

Kita dijajah oleh keinginan-keinginan kita yang membawa kita pada suatu titik yang tidak kita inginkan terjadi di dalam kehidupan kita bahkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Soekarno pernah mengatakan, "Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu lebih susah karena melawan bangsamu sendiri". 

Kata-kata ini seriang diucapkan oleh para demonstran untuk memprotes kebijakan pemerintah yang dianggap tidak berpihak kapada rakyat atau tidak berpihak secara menyeluruh. 

Tapi, izinkanlah saya untuk menyederhanakan kalimat Bung Karno tersebut menjadi, "Perjuangan Soekarno (dan para pahlawan kita) lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuangan kita lebih susah karena melawan diri sendiri".

"Penjajahan" yang ditimbulkan oleh "kemerdekaan" itu sendiri adalah lawan kita sekarang. Kita harus merdeka melawan diri kita sendiri. Merdeka melawan rasa "merdeka" yang menyebabkan kita menjadi manusia malas, manusia serakah, manusia egois dan mementingkan diri sendiri, manusia yang tidak bisa menahan diri, manusia yang tidak peduli lingkungan, manusia yang tidak peduli sesama manusia, dan tidak peduli bangsa kita.

Tapi, mungkin ini adalah perjuangan semur hidup kita. Bahkan semua orang di dunia, tetapi beberapa negara sudah menerapkannya dan menjadi maju. Kerja sama antara pemerintah dan rakyat melawan penjajah terkecil namun besar. Mereka berhasil mengenali musuhnya dan perlahan mengalahkan musuh-musuh mereka masing-masing sehingga menjadi sebuah kemerdekaan yang secara pribadi bahkan kemerdekaan sebuah bangsa, menjadi negara yang maju. Negara-negara tersebut seperti Denmark, Luksemburg, Swiss, Inggris, Prancis, Austria, Finlandia, Swedia, Norwegia, Jerman, dan negara-negara lainnya. (sumber: Kompas.com)

Tidak salah jika saya menyebutkan bahwa musuh kita sekarang adalah diri kita sendiri. Musuh kita adalah penjajah yang ada di dalam diri kita sendiri yang menjajah dengan lembut namun menyengsarakan, bukan hanya diri sendiri tapi orang lain bahkan bangsa kita. Tidak salah pula jika kita selalu menggaungkan istilah "mulai dari diri sendiri". 

Kita adalah garda terdepan melawan diri kita sendiri, musuh kita. Jika semua orang berhasil mengalahkan musuh terbesarnya yaitu sifat-sifat buruk dalam dirinya sendiri maka bisa dibayangkan Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 275 Juta orang akan merdeka seutuhnya. 

Tak akan ada sampah di mana-mana, tak akan mudah berita hoaks tersebar di mana-mana, manusia-manusia akan sejahtera tanpa menunggu bantuan pemerintah, kasus korupsi tidak ada lagi, orang berhutang tidak ada lagi, dan bangsa kita akan menjadi bangsa yang maju seperti bangsa-bangsa yang tersebut di atas. Tak perlu besar-besar, cukup mengalahkan musuh kita masing-masing, diri kita sendiri

MERDEKA!!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun