Mohon tunggu...
aris riswiyanto
aris riswiyanto Mohon Tunggu... Desainer - Pemuda Biasa

Bankers

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Tidak Ada yang Tidak Bisa

24 April 2019   08:53 Diperbarui: 30 Mei 2019   18:47 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tentunya anda tidak asing dengan sederet nama pengusaha sukses atau pebisnis besar yang sering menghiasi pemberitaan di berbagai media. Kita mengenal namanya setelah mereka berpenghasilan besar atau sukses dibidangnya seperti sekarang ini. 

Pertanyaannya adalah apakah mereka terlahir dalam keadaan kaya atau sudah ada label sukses di wajah mereka? Sebagian besar jawabnya adalah tidak. Mereka adalah para pekerja keras yang tidak mengenal kata menyerah, selalu bangkit dalam keterpurukan.

Pernahkan anda mendengar seorang pengusaha besar dulunya pernah bejualan asongan, menjadi pekerja bangunan, penjaja minuman keliling sampai cleaning service? Mungkin pernah mendengar kisah orang yang sedari kecil hidup dalam kekurangan dan keterbatasan ekonomi keluarga? Mereka adalah orang-orang tangguh yang selalu berjuang dalam segala keadaan. Buahnya belum tentu manis, namun yakinlah bahwa setiap usaha akan membuahkan hasil.

Tapi apakah kesuksesan seseorang selalu dinilai dengan pencapaian financial? Jawabnya juga tidak. Sukses financial adalah sedikit indicator kesuksesan, ada yang sukses menjadi pelajar berprestasi, ada yang sukses menjadi pelayan masyarakat, ada juga yang sukses menjadi pekerja-pekerja tangguh.

Dalam tulisan ini saya ingin sedikit mengupas kisah saya, seorang pemuda perantauan dari Jawa yang mengadu nasib ke wilayah Sumatera. Terlahir di keluarga sederhana dengan nama Riswiyanto. Tidak sefantastis kisah orang-orang hebat yang berpenghasilan luar biasa atau kisah orang yang berhasil menduduki jabatan strategis, namun kisah ini cukup menginspirasi dan memotivasi bagi saya sendiri.

Kisah ini dimulai tahun 1998 dimana kelulusan seorang pemuda dari SMK yang disambut oleh krisis ekonomi dan era reformasi. Susahnya mencari pekerjaan mendorong saya banting stir dari disiplin penerbangan yang selama ini dipelajari menjadi seorang pelaut. B

eberapa bulan pekerjaan pelaut digelutinya dengan ketekunan dan sepenuh hati. Namun kontrasnya antara pekerjaan dan background pendidikan membuat saya Tidak bertahan lama menggeluti pekerjaan tersebut. Akhirnya saya pun berhenti dan mencoba mencari pekerjaan yang lain. 

Suatu ketika mendapat informasi ada penerimaan anggota Polri, kesempatan untuk menjadi bintara polisi pun tidak saya sia-siakan. Tiga kali mendaftar, test sampai tingkat nasional, tiga kali pula kegagalan harus diterima.

Pilihan selanjutnya adalah mengadu nasib keluar Jawa, memanfaatkan ajakan seorang paman di pertengahan tahun 2000, transportasi lautpun dipilih mengantarkan saya menuju ke perantauan dengan segudang harapan. Tidak banyak bekal yang dibawa waktu itu, hanya beberapa helai pakaian dan surat penting untuk melamar pekerjaan. 

Yang masih melekat dalam ingatan saya adalah tangis ibu ketika melepas keberangkatan seraya memberikan sebuah bungkusan kecil sebesar kelingking yang terbuat dari kain batik dilipat dan dijahit tangan (diakhir cerita anda akan tahu apakah isinya) Tidak dikatakan apa manfaat pemberiannya itu, hanya berpesan agar berhati-hati, ramah pada siapapun dan ngalah boso sekecap (jawa: mengalah dan menghindari pertengkaran)

Pengaduan nasibnya pun tak semulus bayangan, disambut dengan kerasnya pelabuhan tujuan, menjadi rebutan para pekerja jasa transportasi membuat saya harus menurut naik transportasi yang sebenarnya tidak sesuai dengan tujuan, namun akhirnya sampai juga walau harus melanjutkan dengan transportasi lainnya. 

Pekerjaan pertama saya adalah di sebuah bengkel elektronik. Bekerja ditempat tersebut menjadi kesenangan tersendiri karena hobynya adalah elektronika (sekedar info, saat SMP saya sudah bisa merakit radio mini). Tidak begitu lama perkerjaan ini digeluti karena penghasilannya masih belum menutupi kebutuhan ekonomi dan ingin mencari pengalaman dibidang lain. 

Beberapa pekerjaan digeluti dalam rentan waktu dua tahun, hingga pada tahun 2002 menerima informasi dari teman yang bekerja sebagai security bahwa ada lowongan pekerjaan di sebuah perbankan swasta.

Singkat cerita ia pun diterima di perusaan tersebut. Setahun lebih menjadi karyawan dasar menjadi pintu untuk memasuki dunia perbankan lebih dalam, walaupun ada yang mengatakan bahwa berbekal ijazah SMK susah berkarir di perbankan. 

Tidak menyerah dengan keadaan, berbekal uang 1 jutaan di tahun 2003 saya bertekat menimba ilmu di sebuah universitas swasta (padahal uang muka perkuliahan waktu itu 3 jutaan belum lagi uang semester, untungnya biaya tersebut masih bisa dicicil) belum sampai tamat perkuliahan, tahun 2004 mendapat tugas di posisi bagian kas yang membuat saya semakin tertantang, apalagi sebagai seorang pemuda single biasanya lebih suka main kesana kemari karena waktunya lebih banyak dan belum mempunyai banyak tanggungan. 

Dalam pekerjaan sehari-hari disaat rekan-rekan belum banyak yang datang saya sudah sampai duluan di kantor, disaat rekan-rekan sudah pulang saya lebih senang membantu pekerjaan rekan lainnya yang belum selesai atau sekedar menemani.

Di sela kesibukan pekerjaan dan rutinitas, di tahun 2007 akhirnya kelulusan dari universitas saya raih. Tidak seperti teman kuliahnya yang datang bersama keluarga saat wisuda, saya ingat sekali hanya datang sendirian tanpa didampingi keluarga. Hal itu tidak membuat kecil hati karena sadar bahwa di perantauan harus bisa mandiri. 

Setelah kelulusannya itu, tibalah tantangan berikutnya, posisi supervisor dipercayakan kepada saya. Melalui beberapa proses interview dan juga doa orang tua, amanah itu mulai dijalani dengan penuh tanggung jawab. Berbagai tantangan dan kendala dilalui dengan mulus tentunya dengan kerjasama tim dan dukungan dari leader serta management. 

Sampai suatu ketika ujian itu tiba,,. dua hari menjelang lebaran 2008 dihari terakhir sebelum liburan hari raya, kejadian yang tak terduga menimpa, kesalahan penghitungan menyebabkan ia harus mengganti sejumlah uang. Selain itu saya juga di non aktifkan dari pekerjaannya untuk sementara waktu. 

Walaupun admistrasi sudah selesai dilakukan, namun sebulan lebih non job sempat membuat saya patah semangat dan berniat mengundurkan diri. Sebuah penghiburan diterima ketika diperkenankan bergabung di bagian pengelolaan data sebagai staff. Sifat tekun membuat pekerjaan baru berjalan lancar dan ia diterima oleh rekan-rekan sekerja.

Tahun 2012 secercah harapan baru datang seiring perintah penugasan di kantor cabang lainya sebagai pengelola kas sekaligus seluruh proses transaksi back office. Rasa senang sekaligus khawatir atas kepercayaan tersebut sempat terbersit di benak. 

Berbekal keyakinan dan niat akan memberikan yang terbaik bagi perusahaan membawa saya sampai ke kantor yang dituju. Langkah pertama adalah menghadap pimpinan serta semua rekan kerja disana. Sungguh diluar dugaan sambutan rekan kerja disana, ramah dan hangat (keramahan dan kekeluargaan memang sudah menjadi budaya perusahaan ini). Beberapa minggu penugasan, akhirnya kembali ke kantor semula dengan aktivitas seperti biasanya.

Setelah penugasan, saya menghadap pimpinan dan memberikan laporan tentang tugas dan tanggung jawab di kantor penugasan. Yang pertama saya lakukan adalah menyampaikan rasa terimakasih bahwa sudah dipercaya dengan tanggung jawab yang diberikan selama penugasan. Sungguh bijak apa yang disampaikan pimpinan saat itu "management tidak menutup mata atas potensi, integritas dan semangat kerja dari karyawannya, kamu layak".

Semenjak itu, tantangan demi tantangan diberikan kepada saya. Pertengahan tahun 2012 supervisor bagian data dipercayakan kepada saya. Walaupun dengan berbagai kekurangan untuk tugas tersebut, berkat kerjasama tim dan dukungan management, tugas pun berjalan lancar. Dipenghujung 2013 kembali mendapat tantangan untuk menjadi PIC bagian umum. 

Meskipun dengan zero experience dibidang tersebut namun berbekal dukungan management, tantangan itu tidak disia-siakan. Satu yang menjadi pegangannya, yaitu kemauan belajar dan memberikan yang terbaik untuk tugas baru tersebut. 

Saya mengibaratkan dirinya seperti seorang yang tidak bisa berenang, namun dipaksa dan didorong ke sebuah kolam. Namun keyakinan bahwa pimpinannya adalah mentor yang baik dan terbukti saat saya dalam kesulitan menghadapi pekerjaannya, pimpinan sering memberikan arahan yang diibaratkannya sering memberikan pelampung agar tidak tenggelam dan dapat melaksanakan tugas sebagaimana alur yang benar. Kepercayaan ini pun dijalani dengan lancar tentunya didukung oleh rekan-rekan sekerjanya yang memberikan support penuh dan menerima keberadaannya.

Di akhir cerita ini saya ingin menyampaikan bahwa sukses tidak hanya dinilai dari materi atau kedudukan yang didapatkan. Sukses bagi saya adalah menekuni bidang yang dipercayakan dengan sungguh-sungguh dan memberikan yang terbaik sehingga berbuah maksimal.

Sebelum saya simpulkan, ingin tau apa isi dari bungkusan kecil pemberian ibu diawal perantauan saya? Saya tanyakan kepada ibu ketika pada suatu saat pulang kampung, jawabnya adalah bungkusan itu berasal dari potongan kain kebaya pernikahan ibu. Untuk apa? "Ibu menyayangimu, semoga bungkusan itu selalu mengigatkan akan kedua orangtuamu, jangan lupa jenguk kami nak"

Percayalah, do'a orang tua amatlah ijabah, semoga kita tidak lupa akan jasa beliau, apa yang kita raih hari ini adalah karunia yang di atas serta campurtangan orang-orang tercinta disekeliling kita. Yang kita nikmati hari ini adalah buah dari apa yang kita tanam sebelumnya. Yang kita tabur hari ini belum tentu seketika itu kita tuai, mungkin esok, lusa, bulan depan atau bahkan tahun depan. 

Kegagalan dan ujian tentunya akan menghiasi perjalanan kita, gagal bukan berarti kita tidak bisa, namun agar kita lebih gigih berusaha meraihnya. Selalu tabur kebaikan, optimalkan kemampuan kita, bangkit dari kegagalan, yakin akan masa depan yang lebih baik, banyak orang telah membuktikan "Tidak ada Yang Tidak Bisa".

Salam AR 32365

#TAYTB

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun