Tidak dapat dipungkiri bahwa pembangunan suatu negara merupakan kunci di mana negara tersebut sudah maju dalam pengadaan berbagai akses vital maupun pendukung, menjangkau kemudahan dalam mobilitas masyarakat, sarana penghubung antar daerah, mempercepat pemerataan pembangunan, dan sebagai manifestasi cita-cita luhur bangsa Indonesia untuk mewujudkan Indonesia yang maju berkeadilan menuju Indonesia Emas pada tahun 2045.
Perwujudan pembangunan dalam artian penyediaan sarana dan prasarana dapat di lihat jauh di awal-awal masa kemerdekaan Indonesia, tidak dapat dipungkiri dengan kekacauan politik yang terjadi serta berbagai halangan yang mendera, tidak menyurutkan semangat pembangunan untuk membuktikan bahwa Indonesia di usia yang baru merdeka ini mampu bersaing dengan negara-negara yang sudah lebih maju dalam membangun.
Berbagai bukti nyata pembangunan yang dilakukan pada masa pemerintahan Soekarno dapat terlihat ketika Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games ke-4 pada tahun 1962, sarana dan prasarana pendukung suksesnya penyelenggaraan Asian Games ini dibangun untuk membuktikan pada negara-negara Asia lainnya bahwa Indonesia sudah mampu menyelenggarakan perhelatan akbar ini dengan sarana yang begitu baik.
Dibangunnya sarana seperti jalan Sudirman-Thamrin, Bundaran Hotel Indonesia, Jembatan Semanggi, Stadion Gelora Bung Karno, kawasan kompleks olahraga Senayan, Monumen Patung Selamat Datang dan sarana lainnya dalam mendukung suksesnya Asian Games merupakan sebagian kecil bagaimana pada masa itu, Indonesia begitu dengan semangatnya membangun untuk membuktikan nasionalisme Indonesia yang begitu menggelora.
Perhelatan akbar ini juga menjadi cikal bakal berdirinya TVRI sebagai saluran televisi pertama di Indonesia, diuji coba pada 17 Agustus 1962 pada peringatan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dari halaman Istana Merdeka Jakarta dan baru pada 24 Agustus 1962, TVRI mengudara untuk pertama kalinya menyiarkan perhelatan Asian Games hingga sampai saat ini terus menemani setiap jengkal perjalanan bangsa ini.
Tidak hanya pembangunan sarana dan prasarana untuk perhelatan akbar Asian Games, berbagai pembangunan lainnya di Indonesia seperti dibangunnya Bendungan Djuanda atau yang kita kenal dengan Jatiluhur di Purwakarta sebagai sarana air bersih dan PLTA bagi sebagian Jawa menjadi insfrastruktur yang kita gunakan hingga saat ini. Semangat nasionalisme dalam membangun Indonesia dapat terukir dengan jelas sejak awal-awal masa kemerdekaan Indonesia.
Berlanjutnya pembangunan berbagai infrastruktur di Indonesia tidak sampai di situ saja, pada masa pemerintahan Soeharto, semangat dalam membangun begitu sangat terasa, kondisi politik, ekonomi yang stabil, dan keterbukaannya Indonesia kepada dunia internasional dapat terlihat dengan berbagai macam sarana yang dibangun.
Pada masa itu, Repelita atau Rencana Pembangunan Lima Tahun menjadi tonggak dasar dalam pembangunan di Indonesia, fokus pemerintah dalam hal pembangunan tercermin dari perencanaan yang dikeluarkan setiap lima tahun sekali dengan fokus yang lebih terperinci.
Pada Repelita I (1969-1974), pemerintah membuat kebijakan yang menekankan kepada bidang pertanian dan pembangunan infrastruktur tahap awal. Dalam Surat Keputusan Presiden No. 319 Tahun 1986 mengenai Repelita I, bahwa sasaran yang ingin dicapai pada pembangunan ini meliputi "Pangan, sandang, perbaikan prasarana, perumahan rakyat, perluasan lapangan pekerjaan, dan kesejahteraan rohani"
Pada bidang pertanian, program Repelita I mampu membuat berbagai sarana yang mendukung kelangsungan petani di Indonesia, pembangunan sarana seperti jalan, jembatan, waduk, saluran irigasi bisa dapat dibangun untuk meningkatkan produksi pada bidang pertanian. Program ini mampu meningkatkan jumlah produksi padi, mempercepat mobilitas para petani untuk menjual hasil pertaniannya serta meningkatkan mutu hasil pertanian agar mempunyai daya saing tinggi di pasaran.