Pengertian
Just-in-Time, atau lebih dikenal sebagai Just-in-Time, adalah metode manajemen persediaan yang dirancang untuk mencapai kualitas, menekankan biaya, dan mencapai waktu pengiriman seefisien mungkin. Memungkinkan perusahaan untuk mengirimkan produk mereka, termasuk barang dan jasa, tepat waktu, memungkinkan mereka untuk mengurangi permintaan dan menghilangkan semua pemborosan dalam proses produksi.
Pada tahun 1940-an, Toyota Kichira menyadari bahwa hanya mengandalkan dana dan peralatan pemerintah merupakan kelemahan perusahaan.
Toyoda Kira percaya bahwa industri Jepang tidak akan mampu bertahan jika perusahaan Jepang mampu mengejar ketinggalan dengan Amerika Serikat, yang pada saat itu sangat sukses secara internasional. Krisis minyak tahun 1973 dan resesi berikutnya mempengaruhi pemerintah, bisnis, dan masyarakat di seluruh dunia. Pada tahun 1974, ekonomi Jepang jatuh ke nol dan banyak perusahaan bangkrut. Toyota Motor Corp. adalah satu-satunya perusahaan Jepang yang tidak terpengaruh oleh krisis, dan meskipun laba Toyota turun, perusahaan ini secara konsisten mengungguli perusahaan lain dalam hal pendapatan.
Kekuatan Toyota dipengaruhi oleh sistem produksi yang digunakan perusahaan. Saat itu, konsep JIT (Just In Time) sebagai bagian dari sistem produksi Toyota diperkenalkan ke dunia untuk pertama kalinya. Konsep ini muncul karena Taichi Ohno, pencetus konsep JIT (Just In Time), menilai proses manufaktur perusahaan Jepang sebelumnya terlalu boros.
Just-in-time mengacu pada supermarket di mana pelanggan bisa mendapatkan apa yang mereka butuhkan pada waktu dan jumlah yang mereka inginkan. Supermarket hanya membawa apa yang mereka jual, dan pelanggan hanya membeli apa yang mereka butuhkan karena pengiriman dijamin. Perusahaan mengandalkan metode just-in-time untuk mengelola produksi secara efisien dan memenuhi pesanan yang masuk. Perusahaan menemukan pendekatan JIT bermanfaat karena membantu mengurangi pemborosan dan mempertahankan arus kas positif.
Memahami sistem manufaktur just-in-time lebih mudah ketika studi kasus menjelaskan just-in-time. Contoh tepat waktu dapat dilihat dari perusahaan otomotif terkenal Toyota.
Meskipun ada banyak manfaat menerapkan sistem manajemen on-the-fly, sistem manajemen hanya dapat bekerja jika empat hal penting berhasil diterapkan.
Bagian yang sangat berbahaya dari penerapan just-in-time adalah kurangnya pemasok yang andal dan pemadaman non-peluang. Misalnya, jika tidak ada persediaan tetap, hilangnya salah satu sumber bahan baku dapat menyebabkan penundaan produksi atau menghentikan usaha. Selain itu, bencana alam atau konflik politik dapat memblokir rute perdagangan, membuat Anda dan pelanggan Anda tidak terlihat.
Lebih buruk lagi, hanya sedikit perusahaan yang mampu memastikan potensi biaya sebenarnya dari kegagalan persediaan secara real time. Pada tahun 1997, kebakaran di salah satu perusahaan pemasok Toyota melumpuhkan produksi P-valve Toyota. Kerusakannya sangat parah sehingga produksi bisa dihentikan selama berminggu-minggu. Meskipun proses manajemen just-in-time telah digunakan di seluruh dunia sejak akhir 1970-an, proses tersebut telah diperbaiki melalui penggunaan teknologi canggih.
Selain Toyota, perusahaan lain seperti Dell, Harley-Davidson, dan Apple menggunakan sistem just-in-time untuk memastikan perusahaan mereka dapat memaksimalkan penghematan, produktivitas, dan kepuasan pelanggan.
Perusahaan-perusahaan ini memiliki sumber daya dan komitmen budaya yang diperlukan untuk mengatasi potensi kemacetan dan memastikan produksi dan pasokan tidak terganggu, yang berpotensi berkembang untuk mencegah penundaan yang diantisipasi. Menggunakan solusi pengadaan end-to-end berbasis cloud dapat mencakup dukungan untuk penempatan inventaris tepat waktu. Sistem otomasi pers tertanam dirancang untuk meningkatkan proses berkelanjutan dengan memusatkan manajemen data untuk meningkatkan transparansi dan akurasi. Selain analitik canggih yang didukung oleh teknologi AI, lebih mudah untuk melakukan pembelian yang lebih strategis, mengembangkan alur kerja dan kontrol proses yang responsif, serta menghubungkan manajemen inventaris ke lingkungan perangkat lunak yang ada.
Kesimpulan
Pendekatan Just In Time ini adalah untuk menghemat biaya persediaan, persediaan akan tersedia saat Anda membutuhkannya, sehingga persediaan habis. Metode Just In Time yang ada tidak hanya cocok untuk departemen gudang, tetapi juga dapat diterapkan di departemen produksi, tetapi metode Just In Time juga memiliki kelemahan yang harus diperhatikan oleh setiap perusahaan yang ingin menggunakan metode ini. Namun, keberhasilan sistem just-in-time sangat bergantung pada komitmen seluruh karyawan di perusahaan, dari bawah hingga atas.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI