Mohon tunggu...
Aristo Lamboru Landukati
Aristo Lamboru Landukati Mohon Tunggu... Buruh - Mahasiswa

Menjinakkan imajinasi agar tak liar mempermainakan naluri

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Akal-akalan si Miskin

2 Maret 2019   17:50 Diperbarui: 2 Maret 2019   18:57 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Senangkopi.blogspot.com

Kita adalah orang-orang kecil

Pita-pita mungil dan sekian janji usil

Adalah makanan ringan bagai penyicil

Kelakar duniawi penguasa pekik

Harus diakali serentetan perih

Dari tanah, air dan udara

Miskin adalah materi

Penuh akan persepsi

Asumsi-asumsi yang sudah basi

Demi makan sehari-hari

Tulislah beberapa puisi

Lalu kau menerka janji-janji

Dan makananmu hari ini

Makanan hampa pelarian diri

Mengetuk-ngetuk keadilan

Dari lapar kerongkongan

Akhirnya kentuk berontak

Lalu hatiku berobat ke puskesmas

Bekal nasihat dan keadaan

Aku barulah nekat

Kita orang kecil, Jadi besar

Harus dengan cara bar-bar

Lancarkan situasi

Tajamkan puisi-puisi

Anak-anak serjana tinggi

Biarkan mereka pada berdiri

Kita orang-orang kecil

Lahan dirampas kita harus ludahi

Kerja tak ada masih bisa mengebuli

Makan tak ada masih bisa tanam-tanami

Salah siapa janji-janji

Hampa luruh tak ada bukti

Jangan salahkan kami

Hancur runtuhnya demokrasi

Pendidikan tak mumpuni

Materi tak tercukupi

Tiap hari minum kopi

Tapi hidup seperti mati

Belum lagi arus globalisasi

Miskin kami harus diadili

Perempuan mungil sudah jadi pelacur

Anak-anak sedang digembala menjadi pengamen

Tuhan, adakah dompet dicelanamu?

Bolehkan aku copet barang sebentar?

Nanti bisa kutebu dosaku

Dengan uang dosa hasil korupsi penguasa

Tuhan, lihatlah rumah kami dibabat habis

Alam ciptaanMu dirampas pula

Tuhan, aku mau mengaku masih manusia

Tapi mereka itu siapa Tuhan?

Bentuk sama pikiran tapi hati tak ada

Tuhan, maafkan kami mengakali

Dosa-dosa demi sesuap nasi

Narkoba jadi saksi bisu kami

Adalah bungkam yang terbenam

Tuhan, maafkan hamba mengakali kecurangan-kecurangan ini

Huru-hara dinegeri ini

Siasat siapa Tuhan?

Lalu kami ini siapa Tuhan?

Pendidikan tak pantas juga ditindas

Tak seperti mereka, pendidikan ada tapi tak punya hati

Lantas kami ini apa?

Kami berdosa lalu mereka apa? Siapa? Tuhan

Aku jahatkah?

Setangkai bungaku yang remuk dan air mata yang mengucur dimalam itu

Mengadu padamu sebab apa Tuhan?

Maafkan hambamu mengakali

Salah benar selama ini

Telah menjadi barang murahan

Tawar menawar dan pembenaran yang tak karuan

Lalu atas dosa kami Tuhan?

Hamba mengadu

Kami manusia dan korban globalisasi dan asasi-asasinya

Maafkan miskin iman kami

Yang menawar mahal bagi hati 

Tuhan tolong diskonkan nama-nama kami

Agar namaMu tak menjadi barang murahan yanh disemaykan dalam sumpah serapah sampah

Oleh mereka yang katanya Manusia

# MesinKetik

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun