Mohon tunggu...
Aristo Lamboru Landukati
Aristo Lamboru Landukati Mohon Tunggu... Buruh - Mahasiswa

Menjinakkan imajinasi agar tak liar mempermainakan naluri

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Ibu

8 Februari 2019   13:28 Diperbarui: 8 Februari 2019   13:52 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika senja hendak menelan matahari
Kembali pada singgasana
Awan menyelimuti kepergian Berganti malam penuh kesunyian

Dering mendesing bunyi smartphone pembelian ibu Memecah kesendirianku
Saat menyaksikan senja berganti malam

Ada kabar dari tempat yang jauh
Tempat pertama kali  Melihat dunia
dingin mencekam menyelimuti rasa

Ada kabar ibu telah berpulang kepada llahi
Tetesan air mata menari dipipiku  Batin menolak pada kepergian yang tak  kurestui
kenapa harus ibu?
kenapa harus sekarang?
Kata yang berperang melawan Ketidak inginanku
Untuk hati yang mencoba ikhlas

Ibu..

Karena rasa ingin lebih
Demi ingin yang terlampau hebat
Aku menggores luka
Mengundang marah
Melukis kecewa di wajah Keriput yang termakan usia

Maaf ..


Kata yang tak sempat diucapkan  mulut kepada telingamu
Sepertimu yang tak pernah jujur tentang marah dan kecewamu
Seperti kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu

Maaf...

Aku yang kau cintai
Tak mampu melukis senyum
Menggambar bangga diwajahmu

Terimakasih...
Menjadikan aku lelaki kuat
Dari lentik jemari penuh do'a Dengan harap yang tak pernah pudar
Dalam sadar penuh sabar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun