"Apa lagi yang harus dibujuk-bujuk? Sudah jelas-jelas dia nolak. Siti nggak mau sama kamu! Kamu saja yang kebangetan bodohnya, ngejar-ngejar Siti terus. Sudah, sekarang nurut saja sama Bapak!"
Tarjan mencureng, melirik ibunya. Yang dilirik malah hanya tertegun dengan pandangan kosong.
***
Malam itu Tarjan gelisah dan sedih, tidak bisa memejamkan mata. Pikirannya kacau, batinnya galau. Perkataan bapaknya tadi sore dirasa-rasa ada benarnya juga.
"Kamu sekarang sudah tua. Seharusnya sudah bisa memikirkan mana yang baik dan mana yang tidak patut. Sekarang tinggal meyakinkan diri, kamu mau bagaimana? Kalau tetap memilih Siti, apa nggak berarti menyia-nyiakan semua biaya untuk bisa jadi PNS? Si Naning saja!"
Di luar sana, terdengar berisik suara anjing. Melolong panjang. Menjijikkan sekali.
***
[Tamat]
Cigugur, 2 Mei 2012
- saduran bebas dari Cerkak Banyumasan: "Tarjan" oleh Ki Ali Jawa Ngapak