"Sudah ditampung?"
"Sudah, tapi percuma saja kalau tidak disimpan di lemari es."
Dhani mengangguk-angguk. Sekelebat pikiran muncul di kepalanya.
"Istri pak Roni 82 yang baru melahirkan sebulan lalu berlawanan denganmu. Produksi susunya sangat sedikit, bahkan kadang sama sekali tidak keluar. Bagaimana kalau aku berikan saja kelebihan air susumu untuknya? Hitung-hitung amal, daripada terbuang percuma."
Nisa termenung. Kalau hanya amal memang biasa, tapi siapa tahu dengan demikian mereka bisa mendapat sekedar imbalan untuk kebutuhan hidup mereka. Pak Roni 82 terkenal sebagai orang kaya yang dermawan. Bagaimanapun juga, beliau pasti akan sangat menghargai pemberian itu.
"Jangan berpikir yang tidak-tidak," kata Dhani melihat ekspresi istrinya, "ingat, ini amal. Jangan berharap lebih!"
Nisa kaget lalu beristighfar dalam hati. Ya, jika beramal tidak boleh mengharapkan imbalan. Syukurlah suaminya mengingatkan.
"Aku ambil kelebihan itu dan langsung ke rumah beliau," kata Dhani akhirnya sambil menyerahkan Sahroni kecil ke dalam gendongan Nisa.
Cigugur, 8 April 2011
Note: meneruskan cerita Ramdhani Nur dan Mamar, penggemar berat susu dalam perspektif yang berbeda..sengaja juga tanpa gambar dan agak sedikit maksa karena dikejar-kejar kumpulan bapak-bapak RT..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H