Mohon tunggu...
A K Basuki
A K Basuki Mohon Tunggu... karyawan swasta -

menjauhi larangan-Nya dan menjauhi wortel..

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Percakapan Aku dan Sebut Saja Dia, Dia (bukan Nama Sebenarnya)

12 Maret 2011   07:36 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:51 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dia :  Ya. Hasilnya aku di sini karena kau kini tidak sebebas dulu untuk membiarkanku masuk ke dalam pikiranmu. Setidaknya pil-pil itu yang membuatnya.

Aku :  (bingung) Aku tidak mengerti. Pagi ini kau sudah membuktikan bahwa kapanpun saja kau bisa masuk. Pintu itu terkunci dari luar dan kau sudah ada di sini..jangan-jangan kau memang salah satu di antara orang-orang itu.

Dia :  Selamat, kau menjadi bertambah bodoh!

Aku : (garuk-garuk kepala)

Dia :  Orang-orang sok itu merasa dirinya pintar dengan memberimu pil-pil untuk melenyapkan suara-suara dalam kepalamu. Mereka bermaksud baik, tapi salah dalam perhitungan. Mereka justru menciptakan sesuatu yang baru, satu visualisasi tentangku, untukmu. Untuk kita! (bertepuk tangan).

Aku :  Jadi sebenarnya siapa kau?

Dia :  Tidak penting. Asalkan kau dengarkan ide-ideku dan mematuhi rencana yang aku buat, hidupmu tidak akan sesuram ini lagi. Mungkin tubuhmu terkurung, tapi orang terkurung bukanlah orang yang tidak mampu berbuat apa-apa. Bukan begitu? Kita akan selalu bisa memainkan permainan kita yang menarik.

Pintu kamar diketuk, seseorang berteriak tentang waktu sarapan dan kemudian terlihat menu hari ini disorongkan melalui lubang kecil yang bisa dibuka dan ditutup hanya dari luar, di bagian bawah pintu.

Aku : (tersenyum girang) Sepertinya menarik mendengarkanmu.

Dia :  Isi perutmu sebelum kau penuh dengan ide-ide dariku selanjutnya. Kita akan mulai lagi dari awal. (mengumpat tidak jelas tentang pil-pil yang disebutnya jahanam).

Aku :  (nyengir) Baiklah. Tapi aku mau makan dulu..aku lapar. Emm..jatah siapa ini? Kenapa hanya satu? Pasti mereka lupa. Aku berikan untukmu saja kalau begitu, Saudara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun