Memang terdapat ketimpangan karena komponen sekolah belum bisa berjalan secara normal, namun jika ada komitmen bersama antara ketiga komponen ini maka permasalahan akan lebih mudah diatasi seperti pepatah "Berat sama dipikul, ringan sama di jinjing" solusi yang ingin ditawarkan dalam menghadapi permasalahan ini antara lain :
Konsep ini yang selalu didengungkan pemerintah baik pusat maupun daerah, sebagai contoh siswa kelas 1 yang baru mulai mengenal huruf angka kemudian menggunakan dalam kalimat sederhana bisa diajarkan melalui media youtube, vidio pembelajaran serta Whatsapp.Â
Kelebihan media daring ini adalah fleksibilitas waktu, serta jenjang pendampingan yang diberikan bisa terarah sesuai dengan teori pendidikan yang ada.Â
Namun pola pendidikan daring ini memiliki beberapa kelemahan antara lain belum mampu diterapkan di daerah yang sinyal internetnya masih lemah, atau di daerah yang kondisi masyarakatnya belum melek teknologi.Â
Baca juga : Mengajari Anak Batak Aksara Batak: Metode Sim-ak
Kelemahaman yang lain pada ketersediaan sarana prasarana dan pemanfaatannya. kita tahu beberapa siswa tidak memiliki telepon genggam, beberapa orang yang terkadang harus bekerja sampai malam sehingga telepon genggam baru bisa digunakan oleh siswa tersebut saat malam hari.Â
Jadi sebaiknya pembelajaran model daring ini harus di kombinasikan dengan luring misalnya penugasan melihat televisi edukasi atau melalui buku paket yang sebelumnya di bagikan.
Memanfaatkan komunikasi antara guru dan orang tua siswa dalam mengajar keaksaraan siswa
Kita harus memiliki pandangan yang sama bahwa orang tua selalu ingin memberi yang terbaik untuk anaknya. Memang beberapa orang tua memiliki kelemahan di waktu, intelektual, dan kemampuan pedagogi.Â
Fungsi sekolah adalah sebagai jembatan tersebut, ketika awal tahun ajaran baru pihak sekolah harus memiliki program dan panduan orang tua dalam mendidik anaknya kemudian disosialisasikan secara tatap muka sesuai protokol kesehatan atau melalui daring.