Konflik Gundala mengalir seperti gerakan sentripetal. Dari masyarakat kelas bawah melawan preman di pasar hingga menuju elit pemerintah yang saling berebut kepentingan.Tara Basro dan Prit Timoty sebagai Wulan dan Pak Agung mampu membangun efek romantisme serta komedi di film ini. kepolosan dan nasehat pak Agung tentang menolong sesama serasa natural ditambah lagi Wulan meskipun seorang aktifis namun tetap memiliki sisi kewanitaa dalam hubungannya dengan Sancaka. Tedi(adik Wulan) memakai headset tanpa musik juga punya nilai plus karena setelah diganti oleh Sancaka kita akan mendengar lagu Kesunyian Malam  yang memiliki koneksi dengan film Joko Anwar yang lain "Pengabdi Setan"
     Sangat di sayangkan menjelang puncak konflik film ini menjadi membingungkan, banyak karakter dan cameo yang dipaksakan untuk muncul. Hannah Al Rashid Sebagai Cantika, Kelly Tandiono sebagai Mutiara Cempaka, Cecep Arif Rahman Sebagai Swara Batin, Cornelio Sunni Sebagai pelukis, Aming Sugandi sebagai Pemahat, , Tanto Ginanjar sebagai pandai besi dan banyak lagi yang dimunculkan serempak setelah mendapat telepon dari "Bapak" Pengkor( Jika di Pengabdi Setan ada "Ibu" mungkin di film Joko Anwar berikutnya ada Anak, Tante atau Om). Sebagai penonton saya kesulitan mengingat cameo ini karena tidak adanya pengenalan yang jelas dan kemampuan bertarung yang di miliki.
     Keanehan keanehan semakin kentara di ujung film ini. Palang pintu kereta yang ditampilkan berkali kali dalam scene. Bahkan setelah seluruh pengawal Ridwan Bahri(Lukman Sardi) di bunuh di tempat yang sama, masih terdapat scene melewati palang pintu yang sama.
     Serum Amoral yang di sebarkan dalam beras juga tidak masuk akal, moral lebih masuk dalam ranah psikologi atau filsafat karena berasal dari Nilai(Value). Dalam buku Steven Covey "Seven Habbit of Highly effective People" Moral berasal dari Saripati nilai  yang dipelajari manusia sedangkan serum merupakan konsep medis yang berhubungan dengan kesehatan jasmaniah.
     Untunglah pada akhir cerita ini cukup menjanjikan, Pevita Pierce yang muncul dalam kedipan mata sebagai Sri Asih pasti akan menggiring saya ke bioskop tahun 2020. Sujiwo Tejo sebagai Ki Wilawuk yang di bangkitkan oleh Ghazul(Ario Bayu) juga terlihat mengerikan untuk jadi villian masa depan. Meskipun masih terdapat kemustahilan kenapa semua serum bisa hancur bersamaan dengan hancurnya kaca yang mengurung Ki Wilawuk. Mustahil kedua kaca tersebut berasal dari materi yang sama karena Ghazul tidak mampu memecah kaca yang mengurung Ki Wilawuk. Dia menunggu kekuatan Gundala untuk memecah kaca tersebut.
     Pada Akhirnya meskipun terdapat kekurangan, Gundala masih merupakan gebrakan perfilman pasca era milenial. Mungkin kesibukan Joko Anwar yang menggarap berbagai judul film secara bersamaan pada tahun ini memberi celah-celah yang bisa diperbaiki di masa depan. Yang pasti beliau masih merupakan idola saya yang sibuk berkarya bukan hanya kata atau belaga Hollywood.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H