"Tidak apa-apa, lanjutkan saja tidurnya kalau masih mengantuk," ujar penulis
"Oh tidak apa-apa, kami memang sudah saatnya bangun," ujar seorang pemuda yang ikut terbangun melihat kedatangan penulis. Ia dan beberapa temannya kemudian bergegas membereskan alas tidurnya dan meninggalkan halaman dalam masjid.
Melewati halaman dalam masjid, penulis kemudian memasuki ruang utama masjid yang tidak terkunci. Di ruang dalam masjid yang tidak terlalu luas ini, pada bagian tengahnya terdapat 4 tiang utama dari beton yang berfungsi menyangga kerangka atap masjid, dengan kipas angin besar di bawah atap. Keberadaan 4 tiang utama masjid ini mengingatkan penulis akan tiang utama atau saka guru setinggi sekitar 17 meter di Masjid Agung Demak yang dibuat oleh Wali Songo.Â
Seperti lazimnya bagian dalam sebuah masjid, di ruangan ini terdapat tempat untuk imam memimpin sholat dan sebuah mimbar untuk berkhotbah. Menariknya, mimbar yang terbuat dari kayu tersebut dicat kuning emas.
Usai melihat-lihat bagian dalam masjid, penulis menuju papan informasi dimana pada salah satu bagiannya terdapat foto seorang ulama bernama Sheikh Hasabollah At-Tohiri. Dari keterangan yang terdapat di sebelah foto tersebut, diketahui bahwa Sheikh Hasabollah At-Tohiri merupakan seorang tokoh agama di Sandakan yang lahir pada tahun 1910 dan merupakan anak seorang pedagang asal Yaman yang kerap bolak-balik ke Sandakan dan kemudian menetap di kota tersebut. Â Sheikh Hasabollah At-Tohiri dikenal aktif berdakwah dan menjadi pengurus organisasi keagamaan di Sandakan.
Selesai melihat-lihat bagian dalam masjid, penulis berjumpa dengan pengurus masjid bernama Ahmad Saufi. Ia baru saja keluar dari salah satu ruangan di masjid, yang tampaknya menjadi tempat tinggalnya.
"Assalamualaikum wr wb, saya Aris dari Tawau," ujar penulis memperkenalkan diri.
"Waalaikum salam wr wb. Saya Ahmad Saufi, pengerusi (pengurus) masjid ini sejak sekitar tiga tahun lalu," ujar Saufi
Setelah berkenalan, kami pun kemudian berbincang-bincang tentang sejarah Masjid Jamek dan bangunan masjid.
Menurut Saufi, dari angka yang terdapat pada logo masjid diketahui bahwa Masjid Jamek didirikan pada 1887. Awalnya masjid ini dikenal sebagai Masjid Jamek Bandaran Sandakan dan pernah menjadi pusat pengajian agama terpenting pada era pemerintahan Inggris di Borneo Utara.Â