Mohon tunggu...
Aris Heru Utomo
Aris Heru Utomo Mohon Tunggu... Diplomat - Penulis, Pemerhati Hubungan Internasional, kuliner, travel dan film serta olahraga

Penulis beberapa buku antara lain Bola Bundar Bulat Bisnis dan Politik dari Piala Dunia di Qatar, Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana, Antologi Kutunggu Jandamu. Menulis lewat blog sejak 2006 dan akan terus menulis untuk mencoba mengikat makna, melawan lupa, dan berbagi inspirasi lewat tulisan. Pendiri dan Ketua Komunitas Blogger Bekasi serta deklarator dan pendiri Komunitas Blogger ASEAN. Blog personal: http://arisheruutomo.com. Twitter: @arisheruutomo

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Menyambangi Nelayan WNI di Kunak, Sabah

26 Januari 2025   09:02 Diperbarui: 27 Januari 2025   13:49 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Jadi berapa pendapatan seorang nelayan yang menjadi pekerja di sebuah perusahaan perikanan?," tanya penulis

"Nelayan mula-mula yang tugasnya hanya bantu membantu, bisa memperoleh sekitar RM 1.000 -- RM 2.000 (sekitar Rp 3,5 Juta -- Rp. 7 Juta) per bulan. Kalau hasil tangkapan lagi bagus, bisa lebih dari itu. Mereka bisa dapat tambahan insentif dan persentase pembagian hasil" ujar Antoni, salah seorang WNI yang sudah lama dipercaya menjadi kapten kapal.

"Pendapatan tersebut relatif bersih karena makan dan minum selama bekerja di tanggung perusahaan," tambah Antoni.

Sebuah pendapatan yang tidak kecil bagi seorang nelayan pemula, apalagi bila dibandingkan dengan pendapatan yang tidak menentu di daerah asalnya. 

Dengan keadaan seperti ini maka tidak mengherankan apabila banyak WNI dari berbagai daerah seperti NTT mencoba peruntungan dengan bekerja di Malaysia, termasuk di Sabah. Entah menjadi nelayan ataupun pekerja perkebunan sawit.

"Dengan pendapatan yang relatif cukup, apakah terdapat masalah yang dihadapi selama menjadi nelayan?," tanya penulis

"Permasalahan utama adalah keluarga. Pemerintah Malaysia tidak memberikan ijin tinggal bagi keluarga. Sehingga mereka harus tinggal di luar Sabah dan karenanya kami harus berpisah sementara untuk waktu yang lama. Karena kalau sering-sering kembali ke kampung halaman untuk bertemu keluarga, pendapatan kami bisa habis di ongkos," ujar Silaus.

"Tapi beruntung wilayah Kunak ini tidak jauh dari Pulau Sebatik, sehingga kemudian sebagian dari keluarga kami bisa menempatkan keluarganya di sana dan dikunjungi sebulan sekali," tambah Silaus.

Sebagai informasi, Pulau Sebatik adalah sebuah pulau yang terletak di perbatasan Indonesia -- Malaysia, antara Tawau dan Pulau Sebatik di Kabupaten Nunukan.

Tiga perempat bagian pulau ini merupakan wilayah Indonesia dan seperempatnya wilayah Malaysia. Terdapat transportasi laut yang menghubungkan Tawau -- Nunukan setiap harinya.

"Lalu permasalahan lainnya apa?," tanya penulis lagi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun