Mohon tunggu...
Aris Heru Utomo
Aris Heru Utomo Mohon Tunggu... Diplomat - Penulis, Pemerhati Hubungan Internasional, kuliner, travel dan film serta olahraga

Penulis beberapa buku antara lain Bola Bundar Bulat Bisnis dan Politik dari Piala Dunia di Qatar, Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana, Antologi Kutunggu Jandamu. Menulis lewat blog sejak 2006 dan akan terus menulis untuk mencoba mengikat makna, melawan lupa, dan berbagi inspirasi lewat tulisan. Pendiri dan Ketua Komunitas Blogger Bekasi serta deklarator dan pendiri Komunitas Blogger ASEAN. Blog personal: http://arisheruutomo.com. Twitter: @arisheruutomo

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Menyambangi Nelayan WNI di Kunak, Sabah

26 Januari 2025   09:02 Diperbarui: 27 Januari 2025   13:49 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bincang-bincang bersama Neoayan WNI di Kunak Sabah, sumber foto: Dokpri Aris Heru Utomo

Sabtu sore (25/01/2025), penulis berkunjung ke Kampung Madai Madai, salah satu pemukiman yang terdapat di Daerah Kunak, Sabah, Malaysia.

Sabah sendiri merupakan salah satu negara bagian di Malaysia yang terletak di ujung utara Pulau Kalimantan. Sedangkan Kampung Madai Madai persis berada di tepi muara sungai yang menghadap ke laut lepas Laut Sulawesi.

Dalam kunjungan ini penulis bertemu dan berbincang-bincang di sebuah warung sederhana dengan sekitar 40 warga negara Indonesia (WNI) yang tinggal di kampung Madai-Madai dan sekitarnya.

Sebagian besar dari mereka adalah WNI asal Nusa Tenggara Timur (NTT) yang bekerja sebagai nelayan dan pekerja kapal pada berbagai perusahaan perikanan di Sabah. Tidak sedikit di antara mereka adalah nelayan berpengalaman yang telah tinggal selama puluhan tahun di Sabah.

"Di sekitar kampung Madai Madai ini diperkirakan terdapat sekitar 300 orang WNI yang berprofesi sebagai nelayan. Mereka tinggal menyebar di berbagai tempat. Kalau sekarang yang datang hanya 40 orang, hal itu dikarenakan yang lainnya sedang melaut. Biasanya mereka melaut bisa berhari-hari," papar Silaus Surya, seorang WNI yang sudah tinggal di Kunak selama lebih dari 30 tahun.

"Kalau saat bulan purnama, biasanya banyak nelayan yang tidak melaut. Sehingga pada saat itu kita bisa lebih banyak lagi menjumpai keberadaan mereka," tambah Silaus.

Ketika penulis tanyakan alasan mengapa memilih menjadi nelayan di Sabah dibandingkan di daerah asalnya di NTT, Silaus mewakili rekan-rekannya pun menjelaskan alasannya jauh-jauh merantau meninggalkan kampung halamannya.

Menurut Silaus, para WNI ini memilih menjadi nelayan dan bekerja pada berbagai perusahaan perikanan di Sabah karena tuntutan ekonomi.

Di daerah asalnya mereka tidak mungkin menjadi nelayan yang dapat memperoleh pendapatan yang memadai untuk mencukupi kebutuhan keluarganya karena kondisi perairan yang ganas dan keterampilan yang kurang memadai serta pendapatan yang kecil.

Di Sabah, dengan keterampilan yang terbatas, mereka dapat menjadi nelayan dengan upah minimum yang cukup memadai. Bahkan apabila mereka telah berpengalaman, apalagi bisa menjadi kapten kapal, maka pendapatannya bisa meningkat belasan hingga puluhan kali dari upah minimum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun